tap... tap... tap...
Seseorang berlari dengan langkah mantap menyusuri koridor kerajaan dengan tergesa-gesa. Dengan baju besi yang terlihat sangat berat itu ia berlari, hingga mengeluarkan suara yang cukup berisik, suara besi yang tergesek. Napasnya begitu memburu, lelah pun dirasakannya, ia hanya berharap dapat sampai ke istana utama atau yang juga bisa disebut sebagai balai istana, Da Tian Wang Feng, sesegera mungkin.
huft... huft...
Suara napas yang begitu terdengar, namun ia tidak boleh berhenti, itulah tugas seorang penjaga gerbang istana.
tap... tap... crekk... crekk...
Suara langkah kaki dan besi tergesek itu pun membuat para menteri dan penasihat yang sedang rapat menoleh ke arah pintu utama istana Da Tian Wang Feng.
Dengan cepat si penjaga pintu gerbang istana berlutut di hadapan sang kaisar.
"Lapor, Yang Mulia!" ucapnya dengan intonasi yang sedikit tinggi agar dapat terdengar dengan jelas oleh kaisar yang sedang duduk di singgasananya.
Kaisar mengerenyitkan alisnya dan bertanya...
"Kau tahu aku sedang mengadakan rapat dengan menteri dan penasihatku... lalu mengapa kau berani datang mengusik rapat penting ini?" tanya kaisar dengan nada kesal.
Si penjaga pintu gerbang tersebut menundukkan kepalanya dengan takut.
"Hamba tidak berani, Yang Mulia!" tunduknya dengan wajah yang ia palingkan menatap lantai.
Kaisar pun kembali bertanya, namun kali ini, kekesalannya sedikit berkurang dari sebelumnya.
"Lalu apa yang akan kau laporkan? Kuharap ini penting, karena bila tidak, mungkin kau akan mendapat masalah..." ancam kaisar dengan tegas.
Dengan gagah berani, pria penjaga pintu itu berdiri dengan kedua tangannya yang menyatu tanda hormat, ia pun melaporkan apa yang perlu ia laporkan...
"Yang Mulia, pangeran ke-7 dan rombongannya telah tiba di perbatasan dan akan segera memasuki wilayah kerajaan!"
Terkejut, kaisar langsung berdiri dari duduknya.
"Benarkah?" tanyanya, memastikan yang baru saja di dengarnya.
"Hamba, tidak berani berbohong, Yang Mulia!"
Kaisar pun langsung berjalan dengan langkah cepat, keluar dari istana, meninggalkan rapat begitu saja. Seorang penasihat kerajaan mencegah kaisar dari meninggalkan rapat tersebut, namun apa daya, sekedar rapat tak mampu menghentikkannya dari bertemu kembali dengan putra-putra kesayangannya. Maka kaisar pun terus berjalan menyusuri koridor istana, menuju pintu gerbang utama. Tentu saja dengan ditemani para pengawal.
Sesampainya di pintu gerbang, kaisar tak dapat menemukan sosok yang ia tunggu. Ia pun menunggu... dan terus menunggu. Tak berapa lama kemudian, kaisar dapat melihat sosok yang ia kenali sebagai putranya, menunggang kuda dengan begitu gagah.
"Ah!"
Perasaan senang yang tak mampu untuk diungkapkan, hanya mampu dirasakan yang kini sedang memenuhi hati kaisar. Kaisar kini dapat melihat rombongan yang berada di belakang putranya tengah berjalan semakin dekat dengannya.
Sampailah mereka pada tujuan mereka. Satu persatu turun dari kuda yang mereka tunggangi dan berjalan maju menghadap kaisar. Pangeran ke-7 membantu Ling Er turun dari kuda, kemudian menghampiri kaisar. Dengan penuh hormat, pangeran ke-7 menundukkan kepalanya dan mengangkat kedua tangannya yang saling bertautan satu sama lain ke atas, tanda hormat. Ling Er tersenyum melihatnya, sebab ia tahu, pangeran secara perlahan telah berubah, tak seperti pangeran Qi Long yang dulu. Ia jauh lebih menghargai sosok seorang ayah yang tengah berhadapan dengannya. Ling Er pun melakukan hal yang sama dengan sang pangeran, memberi tanda hormat pada sang kaisar, namun dengan cara yang berbeda, yang jauh lebih anggun, sebab Ling Er seorang perempuan. Setelah Ling Er, Zhi Peng, You Peng, pangeran Bei Long dan para prajurit ikut memberi hormat pada kaisar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legend Of Wu Dinasty
RomanceDahulu kala, di zaman dinasty Wu sedang berjaya, hiduplah seorang kaisar yang tegas dan bijaksana. Ia adalah kaisar Wu Lun. Ia juga hebat dalam ilmu bela diri dan ilmu pedang. Ada seorang permaisuri cantik di sampingnya, selalu menyertainya. Begitu...