Seoul
30 Mei 2016
17.40 pmLami POV
Sudah berjam - jam aku berada disini. Aku berusaha menenangkan perasaanku yang sama sekali tidak baik untuk saat ini. Dengan berbusanakan seragam sekolah, aku menyendiri di tepi Sungai Han. Pikiranku terus mengulang kejadian itu. Kejadian yang kulihat tadi pagi.
Apa sebenarnya hubungan mereka? Apa mereka merahasiakan sesuatu dariku? Aku benar - benar tidak ingin mengingatnya, tetapi pikiranku terus mengulangnya. Aku mengacak - acak rambutku kesal sambil berteriak seperti orang tidak waras. Hal itu membuat rasa benci ku kepada Hina semakin menjadi - jadi.
Tap tap tap..
Suara langkah kaki terdengar samar di telingaku. Suara nya semakin terdengar jelas. Tiba - tiba jantungku berdebar cepat. Perasaan takut menyelimutiku. Aku memberanikan diri menoleh ke arah dimana orang itu mendekat. Sampai pada akhirnya, seseorang membekap mulutku guna mencegah agar aku tidak berteriak. Orang itu menuntunku masuk ke sebuah mobil hitam.Jaemin POV
Aku sebenarnya tak enak hati meninggalkan Hina di rumah sendirian. Apalagi sekarang ia sedang sedikit demam. Ya, aku dan Hina tidak berangkat sekolah hari ini. Lebih tepatnya, membolos. Tapi karena Lami masih di sekolah, aku memutuskan menuju ke sekolah. Sekolah pun tampak sepi karena 1 jam yang lalu bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tapi kuyakin Lami tidak akan pulang terlebih dulu tanpa seizin ku.
Setelah aku menapakkan kaki di kelas Lami, tas miliknya masih ada dikursinya. Tunggu, bukankah itu Jeno? Mengapa dia masih ada di kelas ini. Aku yang penasaran pun mendekat ke arahnya.
"Jeno ya, apa yang kau lakukan disini?", tanyaku. Jeno menoleh pelan lalu melepas earphone dari telinganya. Sontak ia membulatkan matanya dan segera berdiri begitu menyadari keberadaanku. "Mengapa kau begitu terkejut?" sambungku bertanya untuk yang kedua kalinya.
"Kau tidak bersama Lami?", tanyanya dengan matanya yang masih membulat. Aku hanya menggeleng pasti. "Memangnya kenapa?", tanyaku sambil mengangkat satu alisku.
"Ani, seharian ini dia tidak mengikuti pelajaran. Aku mencarinya ke seluruh penjuru sekolah tapi aku tak melihatnya", jelasnya dengan nada panik. Aku yang mendengarnya juga tak kalah panik. Tanpa pikir panjang, aku berlari mengelilingi area sekolah sekali lagi. Begitu juga dengan Jeno. Sampai akhirnya, aku dan Jeno kelelahan. Tiba - tiba terdengar notif Line dari ponsel milik Jeno. Ia terlihat membelalakan matanya.
"Aku dapat informasi. Ayo ikuti aku!", seru Jeno sambil menggendong tas miliknya. Kuambil tas ku dan tas milik Lami. Aku dan Jeno memutuskan mencari Lami diluar area sekolah. Terlebih lagi Jeno mendapat informasi setelah menerima pesan Line yang entah dari siapa.
Author POV
Malam semakin larut. Jalanan semakin sepi. Namun, terlihat 3 namja yang tengah berbincang - bincang. Dua orang diantaranya masih mengenakan seragam yang sama. Sedangkan yang satu lagi mengenakan celana jeans hitam dan hoodie berwarna putih.
"Kau yakin orang yang kau lihat itu Lami?", tanya salah satu orang yang berseragam sekolah. Namja yang berhoodie putih itu mengangguk yakin. Yakin dengan apa yang ia lihat sore tadi. Ya, Mark Lee, sang ketua kelas melihat Lami sedang berada di tepi Sungai Han sore ini. Tapi Mark hanya sekedar tau hal itu. Ia tidak mengetahui bahwa Lami juga di paksa masuk ke sebuah mobil oleh seseorang.
Jaemin yang mendengar penjelasan Mark sedikit tenang. Hanya sedikit. Jaemin mencoba mengirim pesan Line pada Lami, berharap Lami membalas pesannya. Tak lama setelah Jaemin mengirim pesan pada Lami. Jeno berpamitan untuk pulang karena urusan memdadak. Lantas Jaemin tak bisa melarangnya.
"Bagaimana kalau kita mencarinya di sekitar Sungai Han? Mungkin dia masih ada disekitar Sungai Han", usul Mark yang disusul anggukan dari Jaemin. Baru beberapa langkah Jaemin berjalan, ia menerima telepon dari seseorang.
"Yeobeoseyo?", ucap Jaemin memulai percakapan di telepon. Mark hanya melihat Jaemin yang berbicara di telepon.
"Jaemin ah, kau tau dimana Hina? Aku khawatir padanya. Hina tidak menjawab panggilan telepon dariku sejak tadi sore", tutur seorang paruh baya yang merupakan eomma nya Hina. Mendengar itu Jaemin langsung menelan ludahnya. Pasalnya ia baru teringat bahwa Hina sedang demam.
"Kalau begitu jangan khawatir. Aku akan datang ke rumah Hina segera", Jaemin berusaha menenangkan eomma Jaemin.
"Gomawo Jaemin ah, tolong pastikan dia baik - baik saja", kata eomma Hina halus.
"Ne..", panggilan sudah berakhir. Saat ini Jaemin tengah dilanda rasa bimbang. Ia berpikir sejenak namun setengah melamun.
"Jangan khawatir, kau temui saja Hina dulu. Aku akan mencari Lami", kata Mark yang membuat Jaemin berhenti berpikir. Jaemin mengangguk lalu segera berlari menuju halte. Tujuannya saat ini tentu menuju rumah Hina. Akhirnya bus datang. Saat di bus, aku memutuskan menghubungi Hina. Dan...
"Yeobeoseyo?", suara lemah Hina terdengar menandakan panggilan nya dijawab.
"Hina gwenchana? Kenapa kau tidak memjawab panggilan telepon dari eommamu? Beliau sangat khawatir. Kau tau?", jelas Jaemin panjang lebar. "Hina kau dengar aku?" sambung Jaemin lagi. Hina tidak lagi merespon meskipun panggilannya belum berakhir. Jaemin semakin panik karena Hina tidak merespon ucapannya.
Tak menunggu lama, bus berhenti di halte dekat rumah Hina. Jaemin bergegas turun dari bus dan berlari kencang setelah turun dari bus. Sampailah ia di depan rumah Hina. Tanpa ragu - ragu Jaemin masuk tanpa memencet bel. Pintu tidak terkunci. Jaemin segera menuju ke kamar Hina. Dibukanya pintu kamar Hina lalu Jaemin tampak membulatkan matanya. Pasalnya ia tidak menjumpai Hina dikamarnya.
"Dimana kau Hina?"
Tbc
Tambah gaje nih cerita :v
Tapi biarlah :v
Free vomment ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )
Fanfiction"I hope that God removes all of my memories about you and I hope we will not meet again later. This love hurt me so much.. " -히나 찬-