Seoul
30 Mei 2016
06.00 amAuthor POV
Cahaya mentari pagi, tampak masuk melalui jendela kamar Hina. Hina tampak merenggangkan otot nya yang kaku seusai bangun tidur. Ini hari pertama baginya hidup di rumah sendiri tanpa eomma nya. Segeralah ia masuk ke kamar mandi yang berada di sudut kamarnya. Setelah selesai mandi, ia menggunakan seragam lalu mulai menyisir rambut panjangnya.
Tentu saja Hina belum terbiasa tanpa keberadaan eomma nya di rumah. Kali ini tidak ada yang memanggilnya untuk sarapan. Tanpa berlama - lama, ia turun ke lantai bawah rumahnya menuju ke meja makan. Di hari ini, ia memutuskan hanya sarapan roti yang diolesi selai blueberry dan segelas air putih saja. Di sela - sela makan, Hina sesekali mengecek ponselnya berharap Jaemin membalas pesannya yang sejak kemarin tidak ada balasan. Selesai makan, Hina mengambil tas di kamarnya juga segera ia memakai sepatu hitamnya.
Jeno POV
Bus yang ku tumpangi berhenti. Aku segera turun dari bus. Saat ini aku bukan berada di halte dekat sekolah. Melainkan halte ini, halte dekat rumah Hina. Kupikir Hina sangat kesepian dirumah. Maka dari itu, aku berniat mengajaknya berangkat sekolah bersama. Aku mulai menyusuri jalan sambil mendengarkan musik melalui earphone ditelingaku. Tak ku disadari, aku sampai di depan rumah Hina. Aku memencet bel rumahnya sesekali meneriaki namanya. Tak menunggu lama, Hina membukakan pintu. Ia sudah menggunakan seragam lengkap bahkan tas sudah bertengger di punggungnya.
"Kebetulan sekali kau sudah siap, jadi ayo berangkat bersama!", ajakku sambil melepas earphone di telingaku. Hina hanya memasang wajah datar.
"Jeno ya, mian. Sebenarnya hari ini aku akan berangkat sekolah dengan Jaemin. Kemarin Jaemin bilang bahwa ia akan datang ke rumahku lalu berangkat sekolah bersama denganku", jelasnya sambil sesekali memegang ujung roknya. Yah, aku sedikit kecewa.
"Ah begitu ya. Kalau begitu aku duluan ke sekolah. Akan kutunggu kau dikelas", ucapku sambil tersenyum kecil. Hina hanya mengangguk dan membalas senyumanku. Aku segera membalikkan badanku dan berjalan menuju halte. Tak lama menunggu, bus datang dan mengantarkanku menuju ke sekolah.
Di sekolah, aku segera menuju ke kelas. Kelas sudah lumayan ramai. Sampai pada akhirnya, seseorang masuk ke dalam kelasku. Sudah beberapa hari ini, aku tidak menjumpainya. Orang itu adalah Lami. Wajahnya tampak ceria. Ia sedikit tersenyum ke arahku. Sampai akhirnya aku teringat sesuatu. Aku mendekati Lami yang hendak duduk di kursi miliknya. Wajahnya tampak kebingungan ketika aku menghampirinya.
"Oh Jeno, ada apa?", tanya nya dengan posisi yang belum sempat duduk di kursinya. Wajahnya masih tampak kebingungan.
"Pagi ini kau berangkat dengan siapa?" tanya ku cepat. Lami diam sejenak.
"Kenapa kau tiba - tiba menanyakannya?", tanyanya lagi dengan wajah lugu nya. Lami membuatku sedikit geram karena ia tidak langsung menjawabnya.
"Jawab saja! Ini penting", seru ku dengan sedikit mengeraskan suaraku karena sedikit kesal dengannya.
"Hari ini aku berangkat dengan Jaemin tapi kenapa kau...", setelah mendengar jawaban Lami, aku segera berlari keluar kelas meninggalkan Lami yang belum selesai bicara. Tentu saja tujuanku saat ini menuju kelas Jaemin. Saat aku tepat berada di pintu kelas Jaemin, kuedarkan pandangan mencari sosok Jaemin.
"Jaemin ah! Kemarilah!", seru ku setengah berteriak setelah kudapati Jaemin sedang membersihkan papan tulis. Penghuni kelas ini pun segera menujukan matanya ke arahku. Tanpa terkecuali Jaemin. Dengan penghapus papan tulis yang masih digenggamnya, ia mendekat ke arahku.
"Ada apa?", tanya nya dengan wajah tak berdosa. Aku membuang nafasku kasar lalu mulai mengambil nafas tenang.
"Apa kau tak merasa bersalah sedikit pun?", tanya ku geram.
"Apa maksudmu?", tanya nya sedikit menambah volume suaranya. Aku memutar bola mataku setelah mendengarnya. Satu kata untuknya. Bodoh!
"Apa kau tak sadar? Kau meminta Hina untuk berangkat bersamamu hari ini dan sekarang dia masih menunggu mu di rumahnya. Kau yang ditunggu bahkan sudah berangkat sejak tadi dengan orang lain", jelasku panjang lebar meluapkan emosiku. Jaemin tampak mengepalkan tangan nya lalu membuang penghapus papan tulis ke sembarang arah dan pergi berlari. Dapat kuduga bahwa ia akan ke rumah Hina. Padahal jelas 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Aku yang masih berada di depan pintu kelas Jaemin, segera kembali menuju kelas. Karena mood ku sangat buruk hari ini. Ku urungkan niat menuju kelas, tujuanku sekarang ini menuju ke perpustakaan. Sepertinya aku akan bolos jam pertama.
Hina POV
Sudah sejak setengah jam yang lalu, Jeno berangkat ke sekolah. Jaemin yang mengajakku untuk berangkat bersama bahkan belum menampakan dirinya. Sekarang aku tak yakin Jaemin akan datang ke rumahku. Lagipula siapa aku untuknya. Aku tak penting baginya. Aku mengecek jam pada layar kunci ponselku. 10 menit lagi bel masuk berbunyi, bahkan perjalananku ke sekolah memakan waktu 10 - 15 menit. Tapi, aku masih menunggu Jaemin datang entah itu kapan.
Sekarang ini sudah tepat bel masuk sekolah berbunyi, terdengar bel rumahku berbunyi. Entah mengapa, perasaanku mengatakan bahwa orang itu Jaemin. Segera kubukakan pintu rumahku. Dan benar saja, orang dihadapanku ini Jaemin. Aku memberanikan diri menatap matanya. Aku merasakan mata ku mulai memanas. Aku tak yakin dengan apa yang kurasakan.
Tanpa kusadari air mataku jatuh begitu saja. Aku tak bisa menahannya. Aku berusaha menghapus air mataku. Tapi nihil, air mataku terus keluar. Jaemin hanya diam menatapku dan tanpa kuduga ia menarikku ke dalam pelukannya. Di dalam pelukannya, tangisanku pecah. Air mataku mengalir dengan derasnya.
"Mianhae Hina ya"
Tbc
Akhirnya bisa update lagi
Mian kalo gaje :v
Free Voment ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )
Fiksi Penggemar"I hope that God removes all of my memories about you and I hope we will not meet again later. This love hurt me so much.. " -히나 찬-