#Part26

475 74 3
                                    


*Flashback on
Seoul
14 Oktober 2016
16.41 pm


  Author POV

     "Lama tak bertemu nona manis!"

     "Kau-"

     "Tenang saja. Aku hanya ingin mengembalikan ponselmu.. "

     Tubuh Hina seolah membeku ketika sosok yang dikenalnya sebagai pembunuh kini memberikan ponselnya. Wajah pembunuh itu selalu tersamarkan oleh topi hitam yang dipakainya. Hanya terlihat seringaian di bibirnya.

     "Aku mengawasimu, nona!", bisikan itu membuat Hina merinding. Setelah membisikkan itu, yeoja berpakaian serba hitam itu lenyap dari pandangan Hina. Tunggu...

     Pembunuh itu menjatuhkan sesuatu. Sebuah kalung perak berbentuk hati. Hina mengambilnya segera. Di dalam kalung bentuk hati, terpasang sebuah foto dua orang yeoja. Hina mengamati foto itu.

     "Bukankah ini Yeri sunbae.. ", gumam Hina. "Lalu siapa yeoja disampingnya? Pembunuh itu?"


  Hina POV

     Kusimpan kalung itu di laci samping tempat tidurku. Ah! Aku lupa sesuatu. Aku belum memberitahu Jaemin jika aku sudah mendapatkan kembali ponselku. Aku mengirimkan sebuah pesan padanya. Namun, ia tidak membalas pesanku. Aku takut jika ia marah padaku. Aku kembali mengirim pesan kepadanya sampai ketiga kalinya ia tak membalas.

     Tanpa pikir panjang, aku keluar rumah untuk menemui Jaemin. Aku khawatir padanya. Di halte, aku tak melihat Jaemin. Mungkin jika ia sudah membaca pesanku, ia pasti sudah dirumah. Jadi, aku berniat ke rumah Jaemin. Setelah sampai, justru gerbang rumahnya terkunci. Jaemin belum pulang. Tiba - tiba dering ponselku berbunyi, kupikir ada telepon dari Jaemin, tapi ternyata itu eommaku.

     "Yeobeoseyo eomma!"

     "Eoh, yeobeoseyo Hina chan. Eomma akan memberitahumu sesuatu. Kumohon dengarkan eomma baik - baik"

     "Baiklah, ada apa?"

     "Rumah yang kau tinggali akan eomma jual. Jadi, secepatnya kau harus ke Jepang tinggal bersama eomma"

     "....", seakan langit tau perasaanku, hujan turun begitu saja. Walaupun tubuhku dingin, namun mataku panas. Tenggorokanku seakan tercekat menahanku untuk berkata.

     "Lusa kau sudah harus pindah. Jadi berkemas - kemaslah!"

     "Eum", aku langsung menutup telepon. Kenapa harus secepat ini? Aku bahkan ingin lebih punya cukup waktu bersama orang - orang disini. Waktuku tidak banyak. Tidak adil.

*Flashback off

15 Oktober 2016

Jaemin
Hina, mian. Aku
tidak bisa
menepati janjiku.
Besok saja ya 😁
16.40

     "Pabo!", gumamku sambil tersenyum. Aku mengawasinya dari balkon rumahku. Jaemin sedang berdiri di depan pintu rumahku sambil menyisir rambutnya dengan jari - jari tangannya. Pesan itu hanya tipuan.

     "Hey, masuklah!", teriakku sambil menahan tawa ketika raut wajahnya berubah setelah menyadari keberadaanku di balkon. Aku turun ke bawah dan membukakan pintu untuknya.

     "Jangan menertawakanku!", omel Jaemin ketika aku tertawa kecil. "Hey, kenapa rumahmu bersih sekali?", tanyanya sambil mengintip isi rumahku. Aku lupa soal aku sudah berkemas - kemas.

     "Ayo berangkat sekarang saja!", ajakku seraya mendorong tubuh Jaemin keluar. Semoga ia tak menaruh curiga. Kami menuju ke taman hiburan.


  Jaemin POV

     "Akhirnya kita sampai!!", seru Hina. Wajahnya terlihat gembira. "Perjalanan di bus tadi lama ya, ternyata taman hiburan lumayan jauh", sambungnya. Aku hanya mengangguk menyetujui.

     "Ayo kesana!", ajakku sambil menunjuk ke rumah hantu. Hina mengangguk tanpa ragu. Kami mengantri sebentar lalu masuk bersama 3 orang lainnya. Di dalam Hina selalu menjerit ketika melihat hantu yang muncul. Tanpa ia sadari, sedari tadi kami bergandengan tangan.

     Akhirnya kami berhasil keluar dari rumah hantu, Hina tertawa malu karena terus menjerit di dalam rumah hantu. "Kupikir aku harus periksa telinga setelah ini", ejekku. Hina tertawa lalu memukul lenganku. Lalu suasana canggung datang.

     "Kau lapar?", tanyaku kemudian. Hina berdehem lalu mengangguk. "Baiklah, ayo makan!", ajakku. Dengan memberanikan diri, aku kembali menggandeng tangannya. Di stan makanan, Hina tampak tak nafsu makan. Ia hanya makan sedikit dan berkata bahwa ia sudah kenyang.

     "Jaemin, aku ke toilet sebentar", ijin Hina padaku. Aku men'iya'kannya. Aku menunggu Hina di bangku dekat stan makanan. Bosan. Hina sangat lama. Aku pun memutuskan untuk melihat - lihat aksesoris.

     "Ahjumma, saya beli jepit rambut ini", kataku sambil menunjuk asal ke tatanan jepit rambut. Aku menunjuk jepit rambut berbentuk kupu - kupu berwarna biru. Setelah membelinya, aku menaruhnya di saku kemejaku. Bertepatan dengan itu, Hina datang.

     "Ini sudah malam, ayo pulang! Besok lagi kita datang kesini lagi", ajakku. Hina tersenyum lalu mengangguk. Kami pulang naik bus. Karena perjalanan yang cukup lama, Hina tertidur di bus. Aku teringat untuk memberikan jepit rambut yang kubeli untuknya. Aku pun memasangnya saat ini. Saat ia tertidur.

   Hina POV

     Aku membuka mataku perlahan. Seperti yang kulihat, aku belum berada di rumah. Aku mencoba mengumpulkan kesadaranku. Dan ternyata, aku berada di punggung Jaemin. Ya, Jaemin menggendongku. Kupikir dia belum menyadari bahwa aku sudah bangun.

     "Hina chan, kau tahu? Kau itu sangat menyebalkan, ceroboh, kau tidak bisa menjaga dirimu. Yang pasti kau terus membuatku khawatir. Karena itu kau terus berada di pikiranku.. ", kata Jaemin sambil terus melangkahkan kakinya. Aku mendengarkan apa yang ia katakan kata demi kata.

     "Awalnya aku memang belum bisa menyukaimu, karena aku sudah menyukai yeoja lain. Lami. Aku sudah berjanji padanya untuk terus bersamanya. Sampai pada akhirnya ia mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanku saat sebuah mobil hendak menabrakku.. "

     "Aku merasa sangat bersalah. Namun, aku tidak lagi menyalahkan diri sendiri. Aku kembali menjalani hidup seperti biasanya. Denganmu. Kuharap tak akan ada perpisahan lagi yang terjadi.."

     Dadaku sesak saat Jaemin mengucapkan kalimat terakhir. Air mataku tak terbendung lagi. Walaupun aku sudah menahannya, tapi air mataku terus mengalir.

     Rumahku sudah terlihat, aku pura - pura terbangun setelah berhenti menangis. Jaemin yang menyadarinya pun menurunkanku.

     "Kau pasti sangat mengantuk sampai matamu seperti itu", simpul Jaemin. Aku mengangguk.

     "Pulanglah! Terimakasih untuk semuanya", ucapku.

"Selamat tinggal"

Setelah Jaemin berbalik lalu mulai menjauh, aku langsung mengeluarkan air mata. Aku menangis begitu kerasnya tak peduli jika orang - orang mendengar tangisanku.

Maaf, kita harus berpisah.

Tbc.

Maaf ya kalo sekarang updatenya lama..
Pokoknya jgn bosen baca nya 😉
Maaf juga kalo typo

Free voment ^^

My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang