"Kau tidak boleh pergi kemanapun... "
"Jaemin??.."
Setelah berhasil memutuskan panggilan teleponku dengan eommaku, Jaemin menarik tangan kiriku dan mengembalikan ponselku. "Hina ya, sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu", kata Jaemin dengan wajah serius.
"Tidak perlu", ucapku tegas sambil mengusap air mataku yang masih mengalir. "Anggap saja kita tak saling kenal", lanjut ku lalu pergi meninggalkan Jaemin yang masih mematung mencerna ucapanku. Aku melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. Tak lama, ponselku berdering tanda adanya panggilan telepon.
"Koeun ah, ada apa?", tanyaku pada Koeun yang meneleponku.
"Besok aku akan ke Seoul, perkiraan tepat jam 8 pagi aku sudah sampai, jemput aku di bandara ya? Aku tak sabar ingin menemuimu", jelas Koeun semangat. Aku tersenyum menanggapinya. "Aku sedang memasak sekarang. Jadi ku tutup teleponnya ya?", sambung Koeun.
"Ah baiklah", respon ku singkat lalu Koeun mengakhiri panggilan.
Seoul
21 Agustus 2016
07.50 amAuthor POV
Hina dan Jeno tampak turun dari taksi yang mereka tumpangi dan mulai memasuki bandara untuk menjemput Koeun.
"Pesawatnya baru saja sampai", ujar Jeno pelan. Namun, Jeno menyadari bahwa Hina hanya diam. "Hina ya, ada apa?", tanya Jeno sambil menepuk pundak Hina pelan.
"Aku ingin pulang saja", celetuk Hina tiba - tiba. Kakinya mulai melangkah hendak keluar bandara. Dengan cepat, Jeno menarik tangan Hina yang membuat Hina berhenti. "Jika kau tetap ingin disini silahkan saja", ujar Hina lalu menarik tangannya sehingga Jeno melepas genggamannya. Jeno yang masih kebingungan memilih mengikuti Hina.
Jaemin POV
"Jaemin ah!", seseorang memanggil namaku di keramaian. Aku menoleh. Koeun melambaikan tangannya padaku. Tak menunggu lama, aku mendekat ke arahnya. "Wah, kau semakin tampan saja ya", kata Koeun memujiku. Aku pun tersenyum lalu mengambil alih koper yang dibawa Koeun.
"Akan kubawakan kopermu karena sudah memujiku", kataku seraya tersenyum lebar. Koeun mendengarnya lalu tertawa lepas.
"Hina aneh sekali. Bagaimana bisa pagi - pagi seperti ini ia sakit perut. Padahal aku ingin sekali menemuinya", ucap Koeun setelah membaca pesan pada ponselnya. Sambil berjalan keluar bandara, aku dan Koeun berbincang - bincang
"Hina? Sakit perut?", tanya ku sambil mengintip layar ponsel Koeun. Koeun hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Wah, Hina bahkan berbohong pada Koeun. Aku tau bahwa Hina datang ke bandara pagi ini. Namun setelah ia melihatku di bandara menunggu Koeun, ia memutuskan untuk pulang guna menghindariku.
"Aku ingin menjenguk Lami. Bisakah kau mengantarku kesana?", tanya Koeun padaku setelah menaruh ponselnya di saku jaketnya.
"Tentu saja.. "Author POV
Setelah menerima pesan dari Lami, Hina memutuskan untuk menemuinya di rumah sakit. Lami bilang bahwa ia kesepian di rumah sakit dan meminta Hina untuk menemaninya. Karena kasihan, Hina menyetujuinya. Sedangkan Jeno memutuskan untuk pulang karena siang nanti ia akan ada acara keluarga. Sampai di rumah sakit, Hina menuju kamar Lami dirawat.
"Oh Hina, ternyata kau sudah datang", ucap Lami seraya tersenyum. "Aku sangat bosan disini, ayo kita ke taman rumah sakit!", ajak Lami bersemangat. Hina pun mendekatkan kursi roda ke arah Lami.
"Tidak perlu, aku sudah bisa berjalan", tutur Lami sambil beranjak dari kasur lalu berdiri tegak. Tanpa basa - basi, Lami menggandeng tangan Hina dan berjalan menuju taman.
"Cuaca hari ini mendung, sepertinya akan hujan", ucap Hina yang membuat Lami memandang langit.
"Kau benar Hina ya", timpal Lami menyetujui ucapan Hina setelah melihat langit yang dihiasi awan hitam.
"Hina ya! Lami ya!", teriak seseorang yang sontak membuat Hina dan Lami menoleh serempak. Tampak Koeun berlari ke arah mereka. "Hey, kau bilang kau sakit perut. Lalu kenapa kau disini?", tanya Koeun sambil mencolek dahi Hina. Hina yang ditanya hanya tersenyum malu.
Tanpa disadari, Jaemin menyusul mendekat. Hina hanya bisa memalingkan pandangannya dari Jaemin. Menyadari adanya Lami, Jaemin duduk disamping Lami.
"Hey, ternyata sudah bisa berjalan ya?", goda Jaemin sambil sesekali mencolek lengan Lami. Melihat mereka berdua, Koeun berdehem membuat Jaemin dan Lami menghentikan kegiatannya.
"Aku akan beli kopi untuk kalian di kafe seberang rumah sakit. Kalian tunggu disini!", seru Koeun meninggalkan Jaemin Lami dan Hina. Tak lama, rintik hujan mulai turun sedikit demi sedikit.
"Hujan turun. Kalian masuklah! Aku akan menyusul Koeun", tanpa menunggu persetujuan, Hina pergi menghindari mereka. Sampailah Hina di tempat penyebrangan pejalan kaki. Rambu menunjukkan lampu merah. Hina menunggu sampai lampu berubah hijau.
Lampu hijau! Hina mulai melangkahkan kakinya untuk menyebrang namun langkahnya terhenti saat seseorang menarik tangannya. Jaemin!
"Ada yang ingin kubicarakan padamu", kata Jaemin tanpa melepas genggamannya. "Kau menghindariku bukan? Sebenarnya perasaanku pada Lami sudah lama hilang. Itu karenamu.."
Hina POV
"Lepaskan tanganku!", ucapku sedikit membentak. Mendengar pengakuan Jaemin, perasaanku campur aduk. Jaemin tak melepas genggamannya. Hujan perlahan semakin deras.
"Aku memang menyayangi Lami. Namun tak lebih sebagai seorang adik bagiku", tutur Jaemin. Matanya menatap tajam ke mataku. Lidahku kelu tak bisa berkata apapun. Aku segera memalingkan pandanganku. Aku terkejut saat melihat Lami yang melihat kami di balik pohon di belakang Jaemin.
Segera kulepas paksa tanganku dari genggaman Jaemin lalu berlari menyebrang jalan. Rambu untuk penyebrang jalan sudah menunjukkan lampu merah. Sebuah mobil mulai berjalan ke arahku. Aku mencoba berlari untuk menghindarinya.
DRAKK!!!
Suara hantaman benda terdengar dari arah belakangku. Aku berhasil menghindarinya. Namun...
Tbc.
Free voment ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )
Fanfiction"I hope that God removes all of my memories about you and I hope we will not meet again later. This love hurt me so much.. " -히나 찬-