#Part22

572 75 1
                                    

*Flashback on

Seoul
Winter 2013
16.50 pm

   Author POV

     Seorang namja berumur 13 tahun itu turun dari bus dan mulai menyusuri trotoar sementara salju turun pertama kalinya membuat suhu saat itu sangat rendah. Jaket dan syal yang digunakan nya sekarang pun tidak mampu menahan suhu dingin sore itu. Hidung dan telinganya sedikit memerah karena kedinginan.

     Langkah kakinya terhenti ketika melihat seorang yeoja yang tampak seumuran dengannya duduk di bangku taman. Walau sedikit ragu, namja itu mendekat ke bangku taman dimana seorang yeoja duduk.

     "Apa kau kedinginan?", tanya namja itu karena melihat yeoja itu yang hanya mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang tanpa menggunakan jaket. Yeoja itu tidak menjawab lalu menggosok - gosokkan kedua telapak tangannya. Jelas sekali yeoja itu tengah kedinginan.

     Setelah menghembus nafas panjang, namja itu melepas jaketnya. "Pakailah ini. Aku tahu kau kedinginan", ujar namja itu sambil memberi jaketnya kepada yeoja itu. Lagi - lagi yeoja itu mengabaikannya. Justru ia melihat ke arah lain.

     "Kenapa dia lama sekali? Koeun dimana kau?", gumam sang yeoja yang terdengar di telinga namja itu. Sontak, namja itu sedikit terkejut lalu menyunggingkan senyumannya.

     "Kau menunggu Koeun sampai besok pagi pun dia tidak akan datang. Dasar bodoh!", kata namja itu sambil melempar jaketnya ke wajah yeoja itu.

  
   Hina POV

     Namja itu melempar jaketnya ke wajahku. Segera kusingkiran jaket di wajahku dan ku letakkan di samping bangku.

     "Namaku Jaemin. Aku tetangga sekaligus sahabat nya Koeun. Ayahnya baru saja masuk rumah sakit. Jika kau ada janji dengannya sebaiknya kau pulang saja", jelas namja itu. Maksudku Jaemin. Aku menghembuskan nafas kasar lalu mengambil jaket milik Jaemin dan memakainya. Aku beranjak berdiri lalu pergi pulang. Tak sampai 7 langkah, aku terjatuh karena kakiku terasa kaku karena kedinginan. Kurasa aku tak kuat lagi untuk berdiri apalagi untuk berjalan.

     Kudengar langkah kaki mendekat ke arahku. Jaemin mendekat ke arahku lalu berjongkok memunggungiku. "Cepat naiklah. Aku akan mengantarmu", setelah sedikit berpikir, aku menuruti perintahnya. Kupikir dia bukan orang jahat mengingat bahwa dia sahabat Koeun. "Ngomong - ngomong siapa namamu?", tanya Jaemin memecah keheningan.

     "Namaku Hina", jawabku singkat. Ia hanya mengangguk. Entah mengapa, rasanya hangat saat ini. Tidak seperti tadi. Setelah beberapa menit berlalu, kami sampai di rumahku. Jaemin menurunkanku. Tampak eommaku menunggu di depan pintu rumah. Aku pun berlari memeluk eommaku.

     "Kenapa kau lama sekali, Hina? Kau tahu sekarang suhunya sangat dingin", ucap eommaku khawatir. Aku tidak menjawab lalu melepas pelukan kami. "Jaket ini milik siapa?", tanya eommaku seraya memegang jaket yang kupakai.

     "Ah, ini milik orang itu.. ", ucapan ku terhenti saat melihat Jaemin menghilang entah kemana.

     "Milik siapa? Orang itu yang mana?", tanya eommaku lagi dengan raut wajah bingung. Begitu pun denganku.

     "Ah lupakan saja eomma. Ayo kita masuk!" ajak ku lalu mendorong eommaku masuk ke rumah. Sebelum menutup pintu, aku mengedarkan pandanganku mencari sosok Jaemin. Tanpa sadar senyumanku mengembang saat melihat Jaemin tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arahku.

     Jaemin menggerakkan mulutnya tanpa suara namun gerak mulutnya terlihat jelas bahwa ia mengatakan..

     'Ayo kita bertemu lagi!'

     Aku hanya mengangguk tanpa menghilangkan senyum di bibirku. Secara perlahan, sosok Jaemin mulai hilang tertutup oleh pintu rumah yang perlahan menutup.

Terima kasih, Jaemin-ssi!

*Flashback off

     Seberkas sinar mentari pagi masuk melalui jendela kamarku. Kuyakin hari sudah pagi. Mataku rasanya sangat berat untuk dibuka. Aku mulai beranjak duduk dan mendapati aku sendirian di kamar. Aku meraih ponselku dan terdapat notif pesan dari Jeno.

Jeno
Kau sudah bangun?
Pemakaman akan
segera dimulai.
08.05

    'Pemakaman? Jadi itu bukan mimpi?'

Seketika tubuhku melemas dan aku tak sengaja menjatuhkan ponselku ke lantai. Tanpa pikir panjang, aku segera berlari keluar rumah tanpa memakai alas kaki. Tetes demi tetes air mata ku turun.

   'Jaemin, kau masih hidup bukan?'

   'Aku menyesal telah lari darimu.. '

   'Tolong jangan tinggalkan aku!'

   'Kumohon.. '

     "Hiks.. Hiks.. ". Aku berlari sekuat tenaga dengan air mata yang terus mengalir di pipiku. Bahkan aku tidak peduli dengan orang - orang disekitar yang menperhatikanku. Aku tidak peduli mereka akan menilaiku sebagai orang tidak waras. Pikiranku terfokus pada satu orang. Jaemin.

     Aku melewati jalan yang lumayan ramai. Sampai aku berlari dan suatu benda padat menghantam tubuh mungilku. Lantas, tubuhku tersungkur ke tanah.

Sakit. Itu yang kurasakan.

     Aku mencoba membuka mataku dan orang - orang mengelilingiku.

     "Hey nak, kau baik - baik saja?", tanya salah seorang diantara mereka. Aku mencoba berdiri tanpa menghiraukan orang - orang disekitarku. Kulihat kedua lututku mengeluarkan darah. Lalu aku meraba kening sebelah kanan yang terasa sakit ternyata juga mengeluarkan darah.

     Walaupun sedikit pincang, aku tetap memaksa menuju rumah Jaemin. Di tengah perjalanan, aku terhenti. Aku terhenti dimana tempat ini menjadi tempat yang mempertemukanku dengan Jaemin. Tepatnya di bangku taman. Aneh. Mungkin karena kepalaku terbentur jalan, aku melihat sosok namja duduk disana. Aku lantas mendekat.

     "Jaemin ah?", panggilku pada namja itu. Kemudian ia menatapku. Kuyakin sekali itu Jaemin. "Apa aku hampir mati sampai aku bisa melihatmu? Kurasa lebih baik aku mati saja. Aku tidak sanggup hidup seperti ini", kataku sesenggukan sambil mengusap air mataku.

     "Maafkan aku karena membuatmu mengkhawatirkanku seperti ini", ucap Jaemin seraya mendekat lalu memelukku. Rasanya seperti nyata. Tubuhnya masih bisa kupeluk erat.

   "Jangan tinggalkan aku", gumamku pelan.

     "Hina ya, kenapa kau penuh luka?", tanya seseorang dibelakangku. Orang itu bukan Jaemin. Melainkan Jeno. "Jaemin ah, aku ingin memberitahukanmu bahwa acara pemakaman akan segera dimulai", lanjut Jeno menjelaskan.

     "Tunggu! Jeno kau bisa melihat Jaemin? Lalu siapa yang meninggal?", tanya ku terkejut.

     "Eumm itu dia itu... ", jawab Jeno sedikit gagap.

     "Dia siapa?!" tanyaku membentak.

     "Lami.. ", Jaemin menjawab. "Lami yang meninggal.. "

Tbc.

Ini part agak susah nyusun kalimatnya.
Jadi maklum kalo acak - acakan 😆
Free voment ^^

My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang