#Part10

606 92 8
                                    

Seoul
26 Mei 2016
19.30 pm

Koeun POV

Malam ini, Hina memutuskan ingin menginap dirumahku karena 3 hari lagi aku akan pindah ke Tokyo. Alasannya karena kedua orangtuaku akan berbisnis disana. Jujur aku sangat sedih. Harus pergi meninggalkan teman - temanku disini. Tanpa terkecuali Hina, Jaemin dan Lami.

"Koeun, apa yang kulakukan disini tanpamu?", ujar Hina yang mempoutkan bibirnya.

"Jika kau merindukanku, kau bisa menelponku", saranku sambil mencubit pipinya gemas.

"Ah benar pasti aku akan sangat merindukanmu" gumamnya yang terdengar ditelingaku. Aku hanya tertawa kecil yang disusul senyuman darinya.

Drrttt.. Drrttt..

Hp ku bergetar. Seseorang menelponku. Kulihat layar depan hpku. Tapi hanya terpampang nomor telepon tak dikenal.

"Yeobeoseo? (Halo?)", ucapku memulai percakapan. Hina hanya diam menatapku.

"Ah, Koeun kau dirumah? Ini bibi. Eommanya Jaemin", tanya seseorang yang merupakan eomma Jaemin.

"Ya, saya dirumah. Ada perlu apa?", tanyaku dengan nada ramah.

"Bisakah kau menemani Jaemin. Bibi sedang dirumah sakit. Jaemin dirumah sekarang. Bibi hanya memintamu untuk memastikan bahwa dia sudah makan", jelas eomma Jaemin dengan nada khawatir. Yang benar saja, Jaemin tidak mau makan sejak Lami sakit.

"Ne, arasseo", jawabku lalu eomma Jaemin memutus panggilan. Tanpa pikir panjang, aku dan Hina menuju rumah Jaemin yang hanya belasan meter dari rumahku. Setelah sampai di depan rumahnya, Hina mengetuk pintu. Karena Jaemin tidak merespon, aku membuka pintu rumahnya yang tidak dikunci lalu menuju ke kamarnya.


Hina POV

Sementara Koeun masuk ke kamar Jaemin, aku menuju ke toilet yang ada di ujung lorong rumah Jaemin. Setelah selesai, aku keluar dari toilet dan melihat kamar yang pintunya sedikit terbuka tepat di depanku. Aku pun tertarik untuk masuk ke kamar tersebut.

Nuansa merah muda dan beberapa boneka teddy bear semakin membuatku penasaran akan kamar ini. Aku langsung teringat dengan yeoja berambut panjang yang kulihat dirumah ini. Kupikir inilah kamar yeoja itu. Mungkinkah benar Jaemin memiliki adik perempuan?

"Hina ya! Kau dimana?!" teriakan Koeun terdengar jelas ditelingaku. Aku langsung berniat keluar dari kamar ini.
Tunggu!
Seragam ini.. Sorot mataku seakan bergerak tertuju pada tag name di seragam tersebut. Dapat kubaca dengan jelas.

LAMI.

"Hina ya! Cepat kemarilah!" sekali lagi Koeun berteriak. Membuatku keluar dari kamar ini. Lalu berjalan menuju kamar Jaemin, disana tampak Jaemin duduk di kasurnya dan bersandar di tembok. Koeun berdiri disamping kasur menghadap kearah Jaemin. Aku pun mendekat. Wajah Jaemin sangat pucat. Dapat kulihat kesedihannya tanpa kehadiran Lami. Pada saat itu juga, aku merasa sedikit sesak di dadaku. Jaemin menatapku sekilas lalu memalingkan wajahnya.

"Aku tidak mau makan", ujar Jaemin dengan wajah datar. Sepertinya Koeun sudah memaksa Jaemin untuk makan saat aku di toilet. Entah kenapa, aku mengikuti kemauan tubuhku untuk berjalan menuju dapur yang berada di lantai bawah. Meninggalkan Jaemin dan Koeun berdua. Rupanya, aku sedang ingin memasak untuknya.

Bubur yang sering kubuat dirumah sudah jadi setelah beberapa menit. Kubawa bubur yang kubuat menuju kamar Jaemin lalu kuhidangkan untuknya. Setelah mendapat paksaan dari Koeun, Jaemin mencoba bubur buatanku walaupun hanya sesuap. Lalu, Jaemin kembali terdiam.

"Ah, Jaemin. Aku ingin ke toilet sebentar", ijin Koeun lalu meninggalkanku dan Jaemin berdua. Yap! Tentunya kami sangat canggung sekarang. Ia masih terdiam sejak melahap satu suap bubur buatanku.

Aku pun berusaha memecah keheningan. "Jaemin, apa rasanya tidak enak?", ucapku ragu - ragu. "Jika memang tidak enak, aku..", ucapanku terhenti saat aku mengambil mangkuk dari bubur itu tetapi Jaemin menahan tanganku. Aku pun sedikit terkejut dengan apa yang dilakukannya. Dengan posisi tangan nya yang masih memengang pergelangan tanganku, ia menatapku dalam.

"Benar ini masakanmu?" tanyanya, aku masih terdiam karena ia masih menggenggam tanganku. Tanpa melepas genggamannya, ia memalingkan pandangan. "Rupanya kau sama dengannya", sambungnya lagi. Aku berusaha mencerna kata - katanya tapi aku sama sekali tidak mengerti.

"Jaemin ah, apa maksudmu?", tanyaku dengan suara pelan. Jaemin pun melepas genggamannya. Begitu pun aku, aku membiarkan mangkuk itu ditempatnya.

"Ani, aku akan datang ke rumahmu besok untuk latihan. Dan jangan lupa siapkan aku masakan buatanmu", kata - katanya belum dapat kumengerti. Masih dengan wajah datarnya. Aku hanya mengangguk. Jaemin pun menghabiskan buburku dengan lahap. Sangat terlihat bahwa ia sangat lapar.

*Skip

Keesokan harinya..

27 Mei 2016
08.15 am

Author POV

Hina yang baru pulang usai menginap di rumah Koeun langsung masuk ke kamarnya. Ia segera mandi lalu bersiap - siap untuk pergi ke sekolah. Di meja makan, Hina menatap aneh eommanya yang berdandan rapi.

"Eomma, kenapa tumben sekali berdandan. Ada urusan apa?", tanyaku sambil melahap sandwich yang berada di meja makan.

"Eomma akan ke sekolahmu mengurus kepindahanmu. Akhir - akhir ini eomma akan berbisnis di Tokyo sama halnya dengan eommanya Koeun"

Saat ini pikiran Hina tengah campur aduk.

"Bagaimana Hina Chan? Kau setuju kan?", tanya eomma menyadarkan lamunan Hina. "Lagipula kau sudah lama tidak bertemu appa mu. Appa mu sangat merindukanmu disana" sambungnya lagi. Hina terdiam. Memikirkan sesuatu.

"Tapi eomma, aku tidak bisa. Aku tidak akan pergi"..

Tbc.

Thank's for readers and voment .
Mian kalo update nya lama.
Free voment!!

My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang