Seoul
26 Mei 2016
12.32 pmAuthor POV
Seperti hari biasanya di sekolah, Hina hanya ditemani oleh Jeno. Bel istirahat sudah berbunyi 2 menit yang lalu. Hina dan Jeno pergi ke kantin langganan mereka. Mereka tampak duduk berhadapan sambil menyantap menu makan siang mereka.
Hina POV
"Jadi Jaemin membaca buku diary mu?", tanya Jeno yang sedikit terkejut karena mendengar ceritaku mengenai hal yang terjadi kemarin. Aku pun mengangguk sambil memanyunkan bibirku.
"Ah, kau disini rupanya", ucap seseorang membuatku dan Jeno menghentikan pembicaraan kami.
"Kenapa kau datang kesini?", ketus ku tanpa menoleh ke arah orang itu. Tanpa menoleh pun aku tau bahwa dia Koeun.
"Aku hanya ingin bilang bahwa Jaemin mencarimu. Saat ini dia berada di ruang musik", ucapnya dingin. Apa yang harus kulakukan didepan Jaemin? Bahkan dia sudah tau semuanya dari buku diaryku. Di sisi lain, kami harus berlatih untuk penampilan kami di hari ulang tahun sekolah mendatang. "Hey! Kenapa kau melamun? Cepatlah, dia sudah menunggumu", sambungnya dengan setengah berteriak lalu meninggalkan aku dan Jeno.
"Ah, Hina kau jangan khawatir. Jika kau malu untuk menemuinya, aku akan menemanimu kesana. Jadi tidak akan terlalu canggung. Kajja!", tanpa aba - aba, Jeno menarik tanganku menuju ruang musik yang tak jauh dari kantin.
Akhirnya aku dan Jeno sampai di ruang musik. Disana aku tak hanya menjumpai Jaemin, tetapi juga Koeun. Bagaimana dengan Lami? Lami tidak masuk hari ini entah mengapa. Seperti yang kutakutkan, Jaemin menjaga jarak denganku. Raut wajahnya pun tampak berbeda. Wajahnya terlihat sangat dingin dan tampak pucat/? Ada apa dengannya?
"Aku juga ditunjuk kepala sekolah untuk menyanyi di ulang tahun sekolah. Jadi, aku akan berlatih bersama kalian", ucap Koeun tanpa menoleh kearahku. Jeno hanya duduk di dekat pintu yang mulai asyik dengan hp nya. Setelah bel tanda istirahat berakhir, kami mengakhiri latihan kami. Dan sedari tadi, Jaemin sangat dingin terhadapku. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun padaku. Ditambah lagi wajahnya yang agak pucat. Tanpa menunggu Koeun dan Jaemin keluar ruangan. Jeno sudah mengajakku untuk keluar ruangan terlebih dahulu. Tepat selangkah aku dan Jeno keluar, lalu terdengar suara Koeun yang berteriak.
"Jeno! Hina! Tolong bantu aku!", sontak aku dan Jeno menoleh kompak. Tanpa pikir panjang kami berlari masuk kedalam ruangan setelah melihat Jaemin yang terbaring lemah dilantai. Kupikir sesuatu terjadi padanya. Jeno membawa Jaemin ke UKS yang dibantu Koeun dan juga aku.
Jaemin POV
Perlahan aku membuka mataku dan tampak sebuah ruangan yang tak asing lagi bagiku. Ya, di UKS. Lalu, tampak Koeun dan Hina yang duduk disamping kasur dimana aku berbaring. Setelah mereka menyadari bahwa aku sudah sadar, aku mengganti posisiku menjadi duduk.
"Jaemin ah, gwenchanayo?", tanya Koeun dengan nada khawatir. "Sudahlah, mungkin dia baik - baik saja. Jika kau terlalu memikirkannya, kau akan sakit", sambung Koeun. Aku menatap Hina sekilas. Mendengar perkataan Koeun, Hina sedikit mengerutkan dahinya. Kupikir dia tak mengerti maksud ucapan Koeun.
"Kau makanlah! Kudengar dari eommamu sejak kemarin malam kau belum makan sama sekali", ucapnya sambil menyodorkan bubur yang masih hangat. Setelah eomma memberitahuku hal itu semalam, aku memang tidak nafsu makan.
"Aku hanya ingin makan bubur masakannya. Sebaiknya kalian berdua kembali ke kelas", ucapku sambil kembali berbaring membelakangi mereka berdua lalu menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.
Koeun POV
"Hina ya, aku sungguh minta maaf karena telah menjauhimu akhir - akhir ini", ujarku kepada Hina. Tepatnya kami berdua sedang berada di bangku taman sekolah yang tak jauh dari UKS. "Jujur, aku sangat ingin memberitahumu sesuatu tentang Jaemin. Tapi aku takut kau akan sedih", sambungku lagi sambil menggenggam tangan Hina.
"Aku sudah tau semuanya, Koeun. Tentang Jaemin dan Lami. Mereka berpacaran bukan?", darimana Hina tau semua ini. Seingatku aku tidak pernah menceritakan hal itu padanya.
"Memang benar mereka berpacaran. Jaemin sangat drop saat tau bahwa Lami sakit dan dirawat dirumah sakit. Dan parahnya ia hanya mau makan dari apa yang Lami masak", jelasku jujur.
"Ah, pantas saja semalam ia terburu - buru untuk pulang setelah menerima pesan dari eommanya", Hina menjelaskan dengan tatapan kosong. Dari raut wajahnya, Hina pasti menahan perasaan kecewanya. Tapi apa boleh buat perasaan Jaemin hanya untuk Lami.
"Apa mungkin kau tau, Lami sakit apa sampai Jaemin selemah itu sekarang", tanya Hina yang mulai penasaran.
"Aku sendiri juga tidak tau", jawabku sambil menggelengkan kepalaku. Sebenarnya aku belum mengatakan satu rahasia besar antara Jaemin dan Lami. Kupikir aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Setelah lama berbincang - bincang seseorang datang.
"Koeun haksaeng, orang tuamu datang kesini untuk mengurus kepindahanmu. Apa mungkin kau ingin menemui orang tuamu?"
'Kepindahan? Siapa? Aku? Kenapa mendadak seperti ini?' -Koeun
Tbc.
Gomawo yang udah vote ^^
Free
Voment :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )
Fanfic"I hope that God removes all of my memories about you and I hope we will not meet again later. This love hurt me so much.. " -히나 찬-