Seoul
3 Juni 2016
08.45 am
Jeno POVSaat ini pandanganku terus melihat ke sosok yeoja di hadapanku. Sejak setengah jam yang lalu, ia bahkan belum menyentuh sarapannya. Sebaliknya, aku sudah menghabiskan sarapanku sejak 15 menit yang lalu.
"Hina ya, kenapa kau tidak makan? Makanlah! Kau bisa sakit jika tidak makan. Bahkan kau belum tidur semalam", kata ku menatap Hina. Hina hanya menundukkan kepalanya.
"A..aku takut. Bagaimana jika orang itu benar - benar membunuhku?", lirih nya dengan suara nya yang bergetar.
"Tenang saja, kau aman denganku. Sekarang makanlah!", ujar ku seraya mendekatkan piring yang menampung sarapannya ke arahnya. Hina pun mulai memakan sarapannya. Aku tersenyum lega. Setelah kejadian semalam, aku berjanji pada diriku sendiri untuk melindunginya.
*Flashback on
2 Juni 2016
23.15 pm
Author POVHina memasuki gerbang sekolah yang sedikit terbuka. Pandangan nya meluas. Mencari sosok orang yang mungkin ada di sekitarnya. Lalu suara teriakan seorang yeoja, membuat Hina menengadahkan kepalanya ke arah suara tersebut. Di atap sekolah.
Dari bawah, Hina menyaksikan seorang memakai mantel hitam mendorong seorang yeoja yang memakai seragam sekolah. Lantas, yeoja berseragam itu jatuh dari atap. Yeoja itu jatuh tepat 5 meter di hadapan Hina. Sontak, mulut Hina membuka lebar. Ia baru saja menjadi saksi dari pembunuhan ini.
"K..kak Yeri?", ucap Hina setelah mengetahui bahwa yeoja berseragam yang telah tak bernyawa itu adalah sunbae nya. Hina mengenalinya karena Yeri adalah wakil ketua osis disekolahnya. Lalu, Hina teringat bahwa si pembunuh masih berada disini. Hina pun berlari keluar area sekolah.
Tepat beberapa langkah Hina berlari, si pembunuh sudah menuruni tangga lalu mengejar Hina. Menyadari hal tersebut, Hina menambah kecepatan berlarinya. Kakinya tak henti - hentinya bergetar karena ketakutan. Nafasnya pun mulai tidak teratur. Bahkan tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Maka dari itu, Hina memilih bersembunyi di balik tumpukan sampah di suatu gang sempit. Hina beruntung karena pembunuh itu tak melihatnya bersembunyi.
"Hey! Aku tau kau dengar ini. Kemana pun kau pergi, aku akan tetap mencarimu. Aku tak akan membiarkan seseorang pun yang melihat pembunuhan ini hidup dalam waktu yang lama", ujar pembunuh itu dengan suara yang tidak pelan. Setelah berbicara, si pembunuh pergi. Dari suaranya, jelas si pembunuh adalah seorang yeoja. Hina yang mendengarnya, semakin ketakutan dan membuat tubuhnya bergetar hebat. Air matanya juga tak henti - hentinya keluar.
Greb!
Sesuatu menyentuh pundak Hina. Sambil menahan sesenggukan nya, Hina menoleh ke belakang. Badan nya seketika melemas ketika tau bahwa Jeno berada di belakangnya. Sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Hina menangis cukup keras. Ia menyesal karena telah melihat pembunuhan itu. Sekarang hidupnya terancam.
"Aku mendengar semuanya, aku tau perasaanmu. Jika kau takut untuk pulang, kau bisa menginap di rumahku malam ini", kata Jeno berusaha menenangkan Hina. Setelah menunggu Hina berhenti menangis, akhirnya Hina mengangguk menyetujui perkataan Jeno.
*Flashback off
Jeno POV
Tanpa disadari, Hina tertidur di meja makan. Aku merasa kasihan padanya. Kejadian semalam telah membuatnya tak tidur semalaman. Aku mengelus puncak kepalanya sekilas, lalu membawa nya ke kamar adik perempuanku.
"Haeni ya, tak apa kan temanku tidur di kamarmu?", tanya ku pada adik perempuanku yang sudah berpakaian rapi untuk ke sekolah. Adikku masih sekolah dasar.
"Hmm", Haeni hanya berdehem lalu memakai tas nya. Segera ku rebahkan Hina di tempat tidur. "Oh oppa, kau tidak sekolah?", tanya Haeni menyadari bahwa aku tidak mengenakan seragam sekolah. Karena di hari biasanya aku akan berangkat sekolah bersama Haeni.
"Mian Haeni ya, hari ini kau berangkat dengan Ahn Ajjushi. Beliau sudah menunggumu di luar. Hati - hati di jalan Haeni ya", tutur Jeno lalu mengecup puncak kepala adik perempuannya itu. Haeni tersenyum kecut lalu mengangguk. Jeno mengelus kepala Haeni lalu membiarkan Haeni keluar rumah.
"Oppa kemarilah! Seseorang mencarimu!", teriak Haeni dari luar pintu rumah. Aku pun menghampiri pintu rumah. Tampak seorang yeoja yang asing berada di hadapanku. Setelah mengetahui keberadaanku, yeoja itu tersenyum. Ia tampak membawa beberapa makanan.
"Ada apa?", tanya ku bingung sambil menggaruk tengkuk ku yang sama sekali tidak gatal.
"Perkenalkan namaku Seo Hye In. Atau panggil saja Herin. Aku tetangga baru disini", ujarnya memperkenalkan diri. "Dan ini untukmu, ibuku yang membuatnya", lanjut nya sambil memberiku makanan yang dibawanya sedari tadi. "Lalu namamu?" tanyanya.
"Ah, aku Lee Jeno. Panggil saja Jeno", ucap ku. Herin hanya mengangguk.
"Apa kau tinggal sendiri?", tanya nya lagi. Karena ia tetangga baru mungkin wajar ia bertanya. Jadi kujawab saja.
"Aku tinggal dengan paman dan adik perempuanku", jawabku dengan nada datar.
"Lalu dimana pamanmu?", tanya nya lagi. Jujur, aku paling benci jika harus ditanya terus menerus seperti ini.
"Beliau sibuk bekerja", jawabku. Ia kemudian tersenyum mendengar jawabanku. Kemudian ia pamit dan membalikkan badannya memunggungiku. Ketika ia baru berjalan selangkah, ia berhenti.
"Kau yakin tidak ada orang lain dirumahmu?.. "
Tbc.
Part ini agak pendek
Soalnya cuma segini idenya :vFree voment ^^
![](https://img.wattpad.com/cover/87491633-288-k246804.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )
Fanfiction"I hope that God removes all of my memories about you and I hope we will not meet again later. This love hurt me so much.. " -히나 찬-