#Part25

501 76 3
                                    


   Jaemin POV

     "Astaga, sepertinya aku meninggalkan ponselku di bus", ujar Hina sedikit panik.

     "Kau masuklah dan istirahat! Aku yang akan mencari ponselmu", kataku menenangkan lalu pergi mencari ponsel Hina yang hilang. Melihat tubuhnya yang terluka, tidak tega untuk membiarkannya mencari ponselnya sendiri. Jadi, aku yang akan mencarikannya.

     Setelah 5 menit berlari, aku sampai di halte. Aku duduk di bangku halte menunggu bus datang. Namun ada sebuah pesan masuk pada ponselku. Pesan itu tidak langsung kubuka. Karena bus sudah datang. Aku langsung masuk ke dalam bus. Karena pesan terus masuk, aku membukanya dan membacanya.

Hina
Aku sudah
menemukan ponselku.
16.55

Hina
Maaf merepotkanmu.
16.58

Hina
Sekali lagi maaf
17.01

     Tepat sedetik setelah aku membacanya, aku menghembuskan nafas lega. Aku duduk di salah satu bangku. Aku tidak berniat untuk membalas pesannya. Aku sudah lelah akibat berlari. Tanpa sadar, aku mulai mengantuk. Beberapa saat, aku teringat sesuatu. Bagaimana Hina menemukan ponselnya jika ia sedang dirumah? Padahal ponselnya jelas tertinggal di bus.

     Di pemberhentian selanjutnya, aku segera turun dan berlari ke rumah Hina. Deru nafasku tak teratur, dentum jantungku berpacu cepat. Perasaanku tidak enak soal ini. Aku memang sudah lelah berlari, namun rasa khawatir ini lebih besar daripada rasa lelahku.

     15 menit berlalu, aku sampai di depan rumah Hina. Tanpa mengetuk pintu, aku membuka pintu rumahnya lalu mulai menelurusi ruangan - ruangan yang ada. Tetapi sosok Hina tidak ada di rumah. Perlahan suara rintik hujan terdengar lagi. Sial, kenapa harus hujan di saat seperti ini!

     Satu cara terlintas dipikiranku. Aku mungkin bisa mencoba menelepon Hina. Sedetik setelah aku menekan tombol 'panggil', suara nada dering terdengar di daerah meja makan. Jika ponselnya dirumah, kenapa Hina justru tidak ada dirumah. Tepat disebelah ponsel Hina, semangkuk bubur yang hangat terhidang disana.

      Kuraih payung hijau di dekat rak sepatu, lalu kupakai untuk menerobos hujan. Jujur, aku tak tau harus kemana untuk mencari Hina. Jadi, aku hanya mencarinya di daerah dekat rumahnya. Hasilnya nihil. Hina tidak muncul sama sekali. Aku berpikir untuk pulang terlebih dahulu untuk mengganti baju kemudian mencari Hina lagi.

     Mataku membulat dan aku mempercepat langkahku menuju rumahku. Pandanganku melihat Hina berada di depan gerbang rumahku yang dikunci. Jelas saja pakaian yang ia kenakan basah kuyup. Tubuh mungilnya menggigil hebat. Bodohnya gadis itu. Apa yang ia lakukan disana sementara aku mati - matian mencarinya.

     "Jaemin-ah! Akhirnya kau datang", teriaknya sambil tersenyum. Aku berhenti di hadapannya. "Uh, kau memakai payungku", ucapnya lagi setelah aku membagi payung yang kubawa dengannya.

     "Bodoh! Aku mencarimu hingga kakiku mati rasa dan kau malah disini menerobos hujan. Ah aku hampir gila karenamu!", omelku meluapkan emosiku. Aku tau dia sangat kedinginan. Jelas - jelas bibirnya pucat. Namun dengan bodohnya ia malah tertawa kecil.

     "Aku kesini karena kupikir kau marah. Kau tidak membalas pesanku sama sekali", sanggah Hina.

     "Ayo biar kuantar kau pulang!", seruku sambil memberikan payung pada Hina lalu menarik lengan Hina. Namun Hina menolak saat kutarik lengannya. Ia enggan berjalan.

     "Aku tidak ingin pulang. Aku ingin ke taman hiburan", pintanya mendadak. Aku bingung dengan permintaannya kali ini. Di hujan seperti ini, ia meminta untuk pergi ke taman hiburan. "Kumohon..", sambungnya.

     "Besok saja, aku akan membawamu ke taman hiburan. Hari ini kau harus pulang lalu istirahat", ujarku mencoba menarik lengannya lagi. Kali ini ia tak menolak. Ia berjalan disamping kiriku sambil memegang gagang payung menggunakan tangan kirinya karena tangan kanannya kugenggam.

     "Kau sudah janji. Ingat itu!", ujar Hina sambil menatapku tajam.

     "Tentu!", kataku sambil menaik turunkan alisku. Hina pun tertawa lepas. Sedangkan aku hanya tersenyum lebar.

   Hina POV

     Mentari pagi menyambutku dengan hangat melalui jendela kamarku. Aku terbangun. Pagi ini langit begitu cerah. Dan di hari ini akan jadi hari yang tak akan kulupakan seumur hidupku. Kuawali pagi ini bertemu dengan Jeno di taman. Aku sudah membuat janji dengannya bertemu pagi ini. Sambil berolahraga, aku berjalan menuju taman. Sampai di taman Jeno langsung menghampiriku lalu kami duduk di salah satu bangku.

     "Jadi ada apa?", tanya Jeno canggung. Aku langsung berdehem lalu menarik nafas panjang.

     "Terimakasih", kataku pelan namun tegas. Jeno mendengarnya lalu mengerutkan dahinya. "Terimakasih sudah menjadi temanku. Terimakasih juga telah menyukaiku. Aku harap kita berteman selamanya", lanjutku dengan penuh penekanan. Rasanya sesak saat mengucapkan semua itu. Namun, senyumku bisa mengontrol perasaanku saat ini.

     "Hanya itu?", tanya Jeno bingung. Aku mengangguk. "Jika kau berterimakasih, aku juga kalau begitu", sambungnya sambil menggaruk tengkuknya. Kemudian aku berdiri.

     "Sudah dulu, aku punya pekerjaan dirumah. Maaf hanya sebentar", ucapku lalu pergi kembali ke rumah. Beberapa menit aku sampai dirumah, kulihat Jaemin sudah berada di depan rumahku mengenakan seragam lengkap.

     "Ayo berangkat sekolah bersama, lalu setelah pulang kita pergi ke taman bermain", ajaknya sambil tersenyum lebar.

      "Aku membolos hari ini. Kau berangkat sendiri saja", ucapku sambil melepas sepatu sport yang kupakai. Jaemin cemberut. "Tidak perlu membujukku, aku tidak akan berangkat hari ini", lanjutku sambil menyilangkan tangan di dadaku.

     "Baiklah! Aku berangkat sendiri saja. Lagipula aku tau kau belum mandi. Membosankan jika terlalu lama menunggumu", cetus Jaemin lalu melangkahkan kakinya menuju ke sekolah.

     Setelah Jaemin hilang dari pandanganku, aku menutup pintu. Aku bodoh dalam hal berpura-pura apalagi berbohong. Tepat beberapa detik setelah menutup pintu, nada dering teleponku berbunyi. Setelah tau sang penelepon, aku segera mengangkat teleponnya.

     "Eoh, yeobeoseyo eomma", kataku mengawali percakapan.

     "Apa kau sudah berkemas-kemas?"

     "Nanti akan kukemasi barang-barangku"

     "Jangan sampai lupa! Besok pesawatnya akan berangkat jam setengah sepuluh. Jangan sampai bangun kesiangan"

     "Kau sudah bilang hal itu sejak kemarin. Aku tidak akan lupa eomma!"

     "Baiklah! Eomna sudah mencarikan sekolah baru untukmu disini"

      "Arraseo"

[Panggilan berakhir]

     Ya, ini hari terakhirku di Seoul. Aku akan ke negara kelahiranku besok.

Tbc.

Readers! thank you ♥
Free voment ✌

My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang