#Part24

511 68 0
                                    

     "Aku yang melakukannya...", pengakuan Jaemin membuat rahang Hina merosot. Mulutnya terbuka lebar.

     "Tapi mengap-"

     "Lupakan saja". Setelah memotong ucapan Hina, Jaemin melanjutkan langkahnya yang terhenti sejenak. Langkahnya kini lebih cepat. Tanpa sadar jika Mark berada di sampingnya, Hina justru mencoba mengikuti Jaemin dengan langkah yang tak kalah cepat dari Jaemin. Mark yang terabaikan, merasa tak perlu ikut campur urusan Hina dan Jaemin. Mark memutuskan untuk tidak mengikuti mereka.

Bruk!

     Hina menabrak tubuh tinggi Jaemin yang berhenti mendadak. Baru saja ingin mengumpat, kini Hina sudah berada di rangkulan Jaemin yang membawanya ke suatu gang yang tak jauh dari mereka berdiri.

     Hina gugup seketika ketika menyadari matanya dan mata Jaemin bertemu dengan jarak hanya beberapa centi. Dengan cepat, Jaemin menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Hina. Jelas saja Hina terdiam mengerti maksud Jaemin. Tak lama, terdengar suara orang berbicara.

     "Jeno oppa, aku menyukaimu"

     "Maaf, aku tak punya rasa yang sama denganmu"

     "Tapi oppa, aku selalu menuruti apa perintahmu. Setidaknya jadikan aku kekasihmu"

     "Aku menyukai yeoja lain"

     "Siapa pun yeoja itu, akan kubuat dia berakhir seperti Yeri eonni"

     Percakapan berakhir setelah yeoja berpakaian serba hitam itu pergi. Hina yang mengenal jelas yeoja itu hanya diam tak percaya tanpa berkata - kata. Pasalnya yeoja itu adalah yeoja pembunuh dan baru saja yeoja itu berbicara dengan Jeno.

  Hina POV

    "Kau dengar itu kan?", tiba - tiba Jaemin bertanya. Aku hanya mengangguk kaku. Di pikiranku, aku mencoba memutar kembali percakapan mereka. Dan kudengar yeoja itu menuruti perintah Jeno. Apa maksudnya? Apa Jeno dibalik semua ini?

     "Mereka sudah pergi. Ayo kuantar kau pulang", ajak Jaemin yang disetujui olehku. Di perjalanan aku dan Jaemin sibuk pada pikirannya masing - masing. Setelah sampai di halte, aku dan Jaemin menunggu sampai bus datang. Tak lama, bus datang lalu kami berdua segera memasuki bus.

     "Jaemin, apa Jeno dibalik semua ini?", tanyaku cetus menatap lurus kedepan. Jaemin lalu menghembuskan nafas panjang.

     "Entahlah, aku tak yakin", jawab Jaemin sambil menatap ke jendela bus. Kemudian, terdengar suara hujan. Syukurlah, aku dan Jaemin sudah di dalam bus.

     "Tapi kau harus tau, malam itu sudah sangat larut. Sedikit kemungkinan jika hanya kebetulan saja aku bertemu Jeno saat itu. Aku mulai menaruh curiga padanya", jelasku ketika teringat malam kematian kak Yeri. Jaemin tampak berpikir sejenak.

     "Kau benar juga. Jeno mungkin punya sisi lain yang tak kita ketahui".

        Setelah Jaemin selesai berbicara, sebuah pesan masuk di ponsel milikku. Karena tidak ada kegiatan lain untuk dilakukan, aku langsung membacanya.

Jeno
Temui aku di taman
dekat rumahmu.
Kuharap kau datang
sekarang.
17.37

     "Waktunya kita turun. Ayo!", ajak Jaemin dengan menarik paksa lengan kiriku. "Aku ingin ke kamar mandi sebentar. Tunggu disini. Jangan kemana - mana", kata Jaemin setelah sampai di halte. Aku mengangguk. Jaemin pun segera hilang dari pandanganku.

     Tanpa menuruti perkataan Jaemin, aku meninggalkan halte menuju taman. Lagipula hujan mulai reda. Disana aku langsung menjumpai sosok Jeno. Jeno lantas mendekat ke arahku yang membuatku mundur selangkah. Aku sedikit waspada.

     "Mulai saat ini, tetaplah di sisiku. Aku akan melindungimu", ucap Jeno tiba - tiba. Raut wajahnya sangat serius dari biasanya. "Kumohon", sambungnya lagi. Lidahku kelu tak bisa menjawab.

     "Tidak perlu!", suara Jaemin mengejutkanku. Jaemin langsung menarik tangan kiriku untuk menjauh. Dengan cepat, Jeno meraih lengan kananku. Genggamannya bahkan sangat kuat. "Lepaskan tangannya! Kau membuatnya takut", bentak Jaemin. Dengan perlahan, genggaman Jeno merenggang. Bersamaan dengan itu, Jeno berbisik tanpa didengar oleh Jaemin
   "Aku menyukaimu, aku mencoba melindungimu".

  Author POV

     "Astaga, sepertinya aku meninggalkan ponselku di bus", ujar Hina sedikit panik. Padahal Hina dan Jaemin sudah sampai di depan rumah Hina.

     "Kau masuklah dan istirahat! Aku yang akan mencari ponselmu", seru Jaemin lalu pergi dengan terburu - buru. Pada akhirnya pun, Hina menuruti perkataan Jaemin walaupun sebenarnya ia merasa merepoti Jaemin. Sampai di dalam rumah, Hina segera membersihkan diri dan menuju ke kamarnya.

     Sambil menunggu Jaemin, Hina membuat bubur yang akan ia berikan untuk Jaemin. Setelah 30 menit, Hina selesai membuatnya. Bertepatan dengan itu, telepon rumah Hina berbunyi. Sesegera mungkin, Hina mengangkat telepon tersebut.

     "Yeobeoseyo?"

     "..."

      "Yeobeose-"

     Belum selesai bicara, telepon sudah dimatikan secara sepihak. Hina sudah pernah mengalami hal ini. Mungkin orang iseng yang melakukannya.

     Tak lama, telepon rumah kembali berbunyi. Hina lagi - lagi mengangkatnya. Tanpa memulai pembicaraan, Hina menunggu orang yang meneleponnya di seberang sana berbicara dahulu.

     "..."

     "Maaf, jika anda tak bicara, saya akan mematikan telepon. Jangan hubungi nomor ini lagi", oceh Hina emosi. Ia segera menutup teleponnya. Hina kembali ke dapur untuk menghidangkan bubur ke dalam mangkuk. Setelah selesai, Hina kembali ke kamarnya.

     Namun saat ia hendak menaiki tangga menuju kamarnya, bel rumah Hina berbunyi. Dengan sedikit kesal, Hina berjalan ke arah pintu utama rumahnya. Mungkin itu Jaemin, batin Hina. Pintu pun dibuka oleh Hina. Terlihat sesosok yeoja yang tak asing di mata Hina.

     "Lama tak bertemu nona manis!"

     "Kau-"

     "Tenang saja. Aku hanya ingin mengembalikan ponselmu.. "

Tbc.

Free voment ^^

My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang