Nagoya
16 Oktober 2016
08.40 amAuthor POV
Ting tong…~
"Iya tunggu sebentar!", seru yeoja paruh baya itu ke arah pintu rumahnya setelah terdengar bel berbunyi. Dibukakannya pintu itu dan nampak sesosok namja yang tersenyum.
"Ohayōgozaimasu ogenkidesuka? (Selamat pagi bagaimana kabarmu?)", sapa namja itu sambil menunduk sekilas. Yeoja paruh baya itu menjawab lalu mempersilahkan namja itu masuk.
"Silahkan duduk", setelah dipersilahkan duduk, namja itu duduk di salah satu sofa di ruang tamu. "Yuta-kun, nanti sekitar jam 11 kau bisa menjemput putriku di bandara", ujar yeoja paruh baya yang merupakan eomma dari Hina Chan.
"Baiklah tante", ucap namja bernama Yuta itu sedikit canggung. Eomma Hina menyadari hal itu.
"Jangan panggil tante, panggil saja Okāsan (ibu). Aku ini calon mertua mu.. "
Seoul
09.16 amHina POV
Taksi yang kutumpangi berhenti di depan bandara. Aku membuka pintu taksi lalu turun dari taksi. Setelah mengeluarkan koper dari bagasi dengan bantuan sopir taksi, barulah taksi itu mulai meninggalkanku.
Bandara sudah terlihat di depan mata. Aku menggeret koperku kemudian hendak menyebrang jalan.
"Hina Chan!!!", seseorang memanggilku. Kepalaku menoleh begitu saja.
"Lee Jeno", gumamku. Aku harus apa sekarang? Mataku tak lepas dari tatapan Jeno, sampai pada akhirnya Jeno berhenti menatapku dan melihat ke arah lain. Matanya membulat lalu kembali melihat ke arahku.
Ia berlari ke arahku dan tangannya mengulur ke arahku walaupun jarak kami masih lebih dari 7 meter.
Sakit.
Aku tak berdaya setelah sebuah benda menghantam tubuhku dengan begitu kerasnya. Tubuhku rasanya remuk. Ingin menangis saja aku tak punya tenaga.
Kesadaranku mulai hilang saat Jeno menghampiriku. Mataku terpejam dan..
Gelap.
Jeno POV
Kim Saeron. Aku melihatnya di dalam mobil itu. Hina terdiam menatapku tanpa tau mobil yang dikemudikan Kim Saeron itu melaju ke arahnya.
Aku berusaha berlari sekencang mungkin namun jarak antara Hina dan mobil itu sudah sangat dekat.
Terlambat.
Mobil itu menabrak Hina sampai Hina terhempas. Jantungku seolah terhenti pada saat aku melihat kejadian itu di depan mataku.
Tanpa menghiraukan Saeron, aku berlari menghampiri Hina yang perlahan menutup matanya.
Aku gagal melindunginya.
Aku langsung membawa Hina ke rumah sakit terdekat menggunakan taksi. Di perjalanan aku mencoba membangunkan Hina seperti orang bodoh. Ia tak mungkin terbangun sementara darah segar terus mengalir dari kepalanya.
Sampai di rumah sakit, aku menunggu diruang tunggu saat Hina sedang ditangani oleh dokter. Aku hendak menelepon Jaemin, namun setelah kurenungi, kuurungkan niatku meneleponnya.
Mungkin menelepon pamanku adalah pilihan yang tepat. Ada yang harus kusampaikan padanya.
Di ruang tunggu yang sepi, aku menunggu pernyataan dokter mengenai Hina. Tak lama, pamanku datang menghampiriku menggunakan jas nya. Pamanku bisa dibilang sangat kaya akan harta. Ia terus sibuk dengan pekerjaannya.
"Jeno ya, kenapa kau meneleponku untuk datang kesini? Siapa yang sakit?", tanya pamanku dengan raut wajah panik.
"Dia temanku. Paman, aku menginginkan sesuatu. Aku tau paman bisa mengabulkan keinginanku", pinta ku memohon. Kulihat pamanku menghembuskan nafas panjang sebelum berkata.
"Apa keinginanmu? Katakan saja"
"Ini mengenai temanku.. "
Author POV
Yeoja yang tak lain adalah Kim Saeron tengah mengikuti Jaemin secara diam - diam. Jaemin memasuki rumah sakit dimana Hina dibawa. Kecepatan larinya berkurang saat melihat Mark yang sampai di rumah sakit terlebih dahulu memasang wajah cemas.
"Bagaimana kondisi Hina? Apa dia ba- ", pertanyaan Jaemin terhenti saat dokter keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana keadaan Hina dok?", tanya Mark. Bukan hanya Mark dan Jaemin yang menunggu jawaban dari sang dokter, namun Kim Saeron yang bersembunyi juga ingin mendengar jawaban dari dokter.
"Dimana walinya?", tanya dokter sebelum menjelaskan.
"Saya walinya dok. Bicara saja bagaimana keadaan nya?!", tegas Jaemin yang dipenuhi emosi. Nafasnya terengah - engah.
"Sebelumnya maaf, medis sudah melakukan yang terbaik. Namun, nyawanya tak dapat tertolong.. "
Jaemin merasa gagal untuk melindungi Hina.
Kaki Jaemin seolah melemas dan tak dapat menopang tubuhnya, ia terjatuh dengan sendirinya. Sementara Mark dan Jaemin yang belum bisa menerima pernyataan dari dokter, Kim Saeron tersenyum puas. Kini rencananya berhasil.
Jaemin kembali berdiri, air mata nya mengalir begitu saja. Ia berlari menuju atap. Dirinya belum bisa menerima kenyataan yang terjadi. Memori nya tentang Hina terus terngiang - ngiang di pikirannya.
"Terimakasih untuk semuanya"
"Selamat tinggal"
Kata - kata yang Hina ucapkan untuk terakhir kalinya memang untuk sebuah perpisahan.
Disamping itu, Jeno memasuki sebuah mobil milik pamannya dan dapat dilihatnya Jaemin yang terlihat di atap rumah sakit.
"Kau yakin Jeno ya?", tanya paman Jeno.
"Ya, aku yakin", jawab Jeno.
"Baiklah, paman akan menghubungi keluarganya.."
Tbc.
Agak pendek kali ini 😥
Tapi gapapa dah ya :v
Free voment ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault ( Na Jaemin * Hina Chan )
Fanfiction"I hope that God removes all of my memories about you and I hope we will not meet again later. This love hurt me so much.. " -히나 찬-