Chapter 1

983 43 0
                                    

. . . Suara tangisan kecil menggelitik tidur nyenyakku. Semakin lama suara itu semakin terdengar keras tidak sabaran. Ku kerjapkan mata pelan, masih sangat malam. Ku paksakan juga untuk bangkit menemui pemilik tangisan. Ku angkat tubuh kecilnya yang terasa hangat. Dia mengompol. Dengan nyanyian lembut kembali ku tidurkan makhluk mungil itu dengan menyusuinya setelah ku ganti pakaian basahnya dengan yang baru . . . .

Wanita itu terbangun dari tidur. Keringat membasahi hingga bantalnya. Tiba-tiba wanita itu terisak hingga membangunkan pria yang meringkuk di sampingnya. Pria itu segera menenangkannya. Khawatir.

"Kau bermimpi lagi?" suara berat pria itu mengelus lembut istrinya. Memeluknya. Hingga wanita itu merasa lebih tenang.

"Maafkan aku, Jung.." bisiknya menatap sendu pria yang sudah menjadi pelindungnya hampir lima tahun. Jungkook menatap lurus istrinya. Dia juga menginginkannya. Tapi tak ada yang bisa mereka lakukan.

"Maukah kau melakukannya untukku?" ini adalah permintaan yang kesekian kalinya. Jungkook menggeleng pelan, dia tidak mungkin melakukan hal konyol itu.

"Tidak, Jieun."

"Kenapa? Kau tidak menginginkannya?" Jieun semakin gencar memaksa suaminya untuk menuruti permintaannya. "Aku tau kau juga menginginkannya kan, Jung?"

Kepala Jungkook menunduk, dia memang sangat menginginkannya apalagi ini hampir di tahun kelima pernikahan mereka.

"Aku tak apa, Jung.. Itu lebih baik daripada kita mengadopsi anak.." Jieun kembali membujuk suaminya.

"Bagaimana bisa itu lebih baik! Itu tidak masuk akal, Jieun-aa." Tegas Jungkook.

Jieun menangkup wajah suaminya lembut, dia tau itu konyol tapi tak ada pilihan lain lagi. Dia dan Jungkook sangat menginginkan kehadiran baru dalam rumah tangga mereka.Tapi dia tidak bisa memberi itu lewat darahnya. Semua sudah tak ada harapan seberapa kerasnya mereka mencoba. Tidak akan pernah.

"Jung.."

"Ku mohon, Jieun! Jangan memaksaku melakukan hal bodoh itu."

Jieun mengusap lembut wajah suaminya dan tersenyum masam, "Sampai kapan, Jung? Sampai kapan aku harus menanggung rasa bersalah ini," air mata mulai menggenang di pelupuk mata Jieun.

"Ayo kita pikirkan cara lain,"

"Tak ada cara lain." Potong Jieun. Isakkan mulai meluncur dari bibir kecilnya, "Tak ada cara lain lagi, Jung.. Aku ingin kau memiliki darah dagingmu sendiri, bukan darah daging orang lain."

Jungkook merengkuh tubuh Jieun dalam dekapannya. Cairan bening mulai meleleh dari matanya sendiri. Dia tidak mau Jieun terus menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu hingga mereka juga harus merelakan rahim wanita itu selamanya.

"Aku akan memikirkannya," lirih Jungkook.

***

Kedua pasangan paruh baya terlihat sedang memaki-maki gadis berpakaian nyentrik yang saat ini sudah menjadi perhatian banyak orang di tepi jalan. Beberapa terlihat mencibir sang gadis, beberapa lagi mencoba memprovokasi. Sepertinya situasi begitu memojokkan gadis itu hingga wajahnya terlihat sangat jengkel.

"Dasar pencuri! Keparat!"

"Kau masih tidak mau mengaku?! Dasar jalang!" tambah yang lain.

Gadis itu mendengus kasar, menyisihkan kulit telur dari rambutnya. "Aku tidak mencurinya! Kalian lihat sendiri aku tidak membawa apapun!" sengaknya sangar.

"Tidak tau sopan santun! Pantas orangtuamu membuangmu!"

"Dia dan kakaknya sama saja!" timpal seorang ahjussi sambil menyiramkan seember air bau pada gadis malang itu.

Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang