Chapter 3

546 23 0
                                    

Aku sangat menginginkannya.. Tapi aku tak ingin menyakitinya karena keegoisanku.’

(Lee Jieun)

.
.

Jungkook merebut botol obat dari tangan Heera dengan kasar. Membanting hingga isinya berserakan di lantai kamar.

“Kau ingin membunuh bayiku, hah!” desisnya menangkup rahang wanita itu kuat.

“Lepaskan tanganmu!”

“Kau sudah meminumnya?”

“Menurutmu?” Heera menyeringai licik, “Aku tidak menginginkan benihmu!” desisnya tak kalah geram dari Jungkook.

Jungkook menatap tajam Heera, begitu menusuk. Dengan sekali dorongan dibantingnya tubuh Heera ke atas kasur dan melucuti pakaiannya tanpa ampun.

Untuk kedua kalinya dia menggagahi wanita itu secara sepihak. Tanpa gairah dan hanya permainan kasar seperti malam sebelumnya.

Bitch! Pergi dari tubuhku!” umpat Heera menahan tubuh Jungkook agar menjauh.

Sudah terlambat. Nasib malang harus dialaminya kembali malam itu. Jungkook telah mengunci semua titik pergerakannya dan tak akan berhenti.

“Kau yang memaksaku melakukannya lagi, jalang!”

Terenyak. Heera menatap wajah dingin di atasnya tertegun. Ini bukan pertama kalinya dia disebut seperti itu, tapi, kenapa begitu menyakitkan rasanya kali ini?

Pekik kesakitan tak dihiraukan Jungkook ketika untuk yang kedua kalinya dia menyetubuhi Heera. Dia justru semakin gencar menggerakkan pinggulnya dan menghentak-hentak tubuh di bawahnya dengan kasar. Tak ada gairah sama sekali, dia hanya ingin mencapai klimaksnya secepat mungkin dan menyelesaikannya. Tanpa berniat menyentuh bagian tubuh lain dari wanita yang dibelinya itu.

“Agh!” tubuh atletis Jungkook ambruk setelah pelepasannya dan menimpa Heera yang entah sejak kapan sudah tak sadarkan diri.

Dipandangnya wajah sendu itu datar. Dia harus berhasil, hanya itu yang ada dipikirannya. Tak peduli betapa sakitnya wanita ini atau seberapa brengseknya dia karena menguasainya dengan cara yang kasar tanpa sepersen pun gairah yang menyelimuti. Dia hanya ingin segera menyelesaikan dan mendapatkan apa yang dia butuhkan darinya.

Pandangan Jungkook beralih ke bawah, menatap betapa brengseknya dia menyetubuhi tubuh molek Heera. Tangannya meraih sesuatu pada genggaman Heera yang melemas. Dua butir pil merah muda yang belum sempat ditenggak wanita itu.

Shit!”

***

Denting piring yang diadu dengan sendok serta alunan musik gembira menggema indah dalam ruangan yang dipenuhi dengan anak-anak. Wajah-wajah kecil polos itu memancarkan kebahagiaan tulus mereka. Canda dan tawa seakan tak pernah hilang dari mulut-mulut itu. Heera mendecak. Merasa kurang nyaman dengan tempat itu. Jika bukan karena ancaman Jungkook, dia tak akan sudi ikut ke perayaan itu.

Tubuhnya masih terasa nyeri di beberapa bagian. Mengumpat pelan, wanita itu menyumpah dalam hati. Bagaimanapun dia semakin jijik dengan Jungkook, namja itu sudah memperkosanya dua kali! Namun dia tak berdaya untuk membalas atau pun membunuh namja itu meski hati terdalamnya sangat ingin melakukan. Bahkan untuk kabur dari rumah sialan itu ia harus berpikir seribu kali. Sekali lagi, Jungkook dan pangkatnya membuat ia tak berdaya. Sangat tidak lucu jika dia lari dari namja itu tapi sebagai balasan dia akan menjadi salah satu orang paling dicari seantero negeri karena terdaftar menjadi buronan. Inspektur sialan!

Heera berjalan malas keluar dari ruangan namun seseorang menahannya.

Ahjuma, tolong talikan sepatuku..” rengek seorang anak laki-laki berwajah sangat imut. Heera memandang tangan anak itu yang mengelayuti lengannya.

Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang