Ekstra Part (1)

377 20 8
                                        


Happy Reading!

===


Sekarang, sudah tujuh minggu setelah kejutan Heera tentang kandungannya. Perutnya sudah bertambah buncit dan nafsu makannya semakin gila. Beberapa kali wanita itu merajuk ingin sesuatu saat Jungkook sedang bekerja.

Ya, saat suaminya sedang bertugas. Di kepolisian.

Sebenarnya, Heera tidak bermaksud mengganggu pekerjaan Jungkook. Tapi mau bagaimana lagi, dia sendiri juga tidak bisa mengontrol keinginan janin itu.

Pernah, Heera mencoba menahan dirinya untuk tidak menghubungi Jungkook, tapi,  hal itu justru membuat emosinya semakin labil. Sepanjang siang wanita itu hanya duduk sambil menatap pintu utama di sofa ruang tamu. Menunggu Jungkook pulang. Dan mengabaikan ponselnya yang sesungguhnya mendapat panggilan dari sang suami beberapa kali.

Dan di saat terdengar suara mobil dari halaman depan dan begitu Jungkook membuka pintu, Heera langsung berlari menghamburnya. Membuat Jungkook terkejut sekaligus panik melihat wajah istrinya sembab karena menangis sepanjang siang.

Dan mulai saat itu, Jungkook mengultimatum Heera untuk tidak ragu menghubunginya apapun yang terjadi.

Ya, walau beberapa kali Jungkook terpaksa tidak bisa langsung menuruti kemauan Heera karena kasusnya yang benar-benar tidak bisa ia tinggalkan, tapi setidaknya Jungkook tau jika istrinya tersebut sangat menunggunya di rumah. Dan dia akan berusaha menyelesaikan segala urusan dengan lebih cepat.

Apakah Jungkook merasa terganggu?

Tidak. Tidak sama sekali. Justru dia akan semakin khawatir jika Heera tidak memberitaunya. Heera-nya masih sama dengan yang dulu hanya ditambah dengan beberapa kesenangan baru.

Heera masih suka protes hanya kali ini tidak dengan umpatan. Heera juga masih Heera-nya yang atraktif, lugu, terlalu jujur, penyayang, dan pemaaf. Dan Heera-nya juga masih Heera yang suka diam dan memilih memendam sesuatunya sendirian.

Jungkook terkadang tidak mengerti, namun dia sadar, itulah Heera bersama hampir seluruh waktu hidupnya selama ini. Maksudnya, selama ini, sebelum mereka bertemu, Heera sudah melekat dengan sifat itu. Ya, karena itu adalah Yoo Heera.

Hanya saja, terkadang itu membuat Jungkook cemas.

Karena itulah sebisa mungkin lelaki itu berada di samping istrinya disaat kandungannya berulah. Seperti saat ini, Heera kembali terbangun tengah malam padahal baru sekitar satu setengah jam lalu wanita itu terlelap.

"Apa masih sakit?" Jungkook merasakan gelengan pelan di atas dadanya dan mendesah lega.

Disaat seperti ini, Jungkook memang biasa membiarkan Heera merebah di atasnya. Menjadikan lengannya sebagai bantal ataupun kepala Heera merebah di atas dadanya dengan satu tangan Jungkook mengelus pelan perut besar Heera. Menenangkan.

Ya, itu adalah posisi ternyaman wanita itu untuk meredakan ulah babies Jeon's di dalam. Dan Jungkook menikmatinya, meski terkadang harus berakhir dengan lengannya yang kebas karena terlalu lama ditindih.

Tapi Jungkook tetap menyukainya.

Baginya itu adalah saat terindah seorang suami bersama istrinya yang tengah mengandung buah cinta mereka. Menyuapi, memeluk hangat, mengelus perutnya yang besar, semua adalah momen-momen indah bagi Jungkook menunggu kehadiran bayi-bayinya ke dunia.

Ya, bayi-bayinya.

Setiap kali teringat kata jamak itu kedua sudut bibir Jungkook selalu tertarik dalam.

Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang