Chapter 19

243 21 18
                                        

Happy Reading! :')

thanks for votement :'*

===

Lelaki itu hancur.

Saat ini Jungkook duduk meracau di salah satu kursi bar. Tempat yang menurutnya paling laknat di dunia. Tempat terkotor yang ia bahkan tak sudi untuk meludah sekalipun.

Namun, sekarang, dia di sana. Terduduk dengan segelas penuh wine bersama setengah kesadarannya. Di hadapannya, duduk Taehyung, walau sama-sama sudah menghabiskan hampir lima gelas namun lelaki itu masih tampak lebih 'sadar' dari ketua timnya.

Belum pernah Taehyung melihat Jungkook seberantakan ini. Bahkan dia hampir tak mengenali inspektur kebangaannya itu tadi saat Jungkook menyuruhnya datang.

Setelan jas hitam dengan dasi senada di atas kemeja putih, tampilan resmi di Departemen Kepolisian, yang biasa melekat membalut tubuhnya entah lenyap ke mana. Ditambah lagi wajahnya yang tampak kusam dengan bulu-bulu halus di sekitar rahang. Dan, jangan lupakan bulu-bulu tipis itu yang juga samar terlihat menghias bawah hidungnya entah sejak kapan.

"Bajingan kau, Jung! Jungkook bajingan sialan!!!" erangan Jungkook kembali terdengar. Sudah sejak dua jam yang lalu lelaki itu terus meracau memaki-maki dirinya sendiri. Bahkan menangis dan kembali memaki.

Taehyung hanya bisa menggelengkan kepalanya. Jika dia berhasil dibuat gila oleh seorang wanita, maka wajar jika Jungkook hilang kewarasannya karena dua wanitanya.

Jieun pergi.

Dan Heera... Wanita itu meninggalkannya.

# --

10 jam setelah Jungkook menyatakan kembali perasaannya...



Jungkook berjalan ringan dengan senyum yang enggan hilang dari wajah. Merasakan bahwa semalam, tidak, dini hari tadi lebih tepatnya, lelaki itu seperti mendapat energi  baru. Setelah ciuman itu Heera menjawabnya. Walau sangat lirih dan tak lebih seperti gumanan namun cukup tertangkap oleh pendengarannya yang terbilang cukup tajam, akhirnya ia mendengarnya. Kata yang membuatnya berhenti bergerak beberapa saat. Kata yang membuat otaknya membeku dan jantungnya memompa darah secara berlebihan. Kata yang membuatnya tak kuasa untuk tidak kembali menyalurkan rasa bahagia itu pada Yoo Heera.

Kembali mengulum senyum, lelaki itu melangkah menuju kamar inap Heera. Dokter yang menangani Heera mengatakan jika wanita itu sudah bisa pulang besok. Dia baru saja menemui dokter itu semenit yang lalu.

"Heera--yya... Aku membawa kabar baik untukmu," Jungkook menutup kembali pintu dengan pelan. Menemukan wanita yang dicarinya sedang berdiri menghadap jendela kaca di seberangnya dan kembali mengulas senyum.

"Heera--yya,"

"Penjahat,"

"Ya?" alis Jungkook terangkat memastikan pendengarannya tak salah menangkap.

"Heera, ada apa? Kau baik-baik saja, kan?" Jungkook melangkah mendekati Heera yang masih membelakanginya. Entah kenapa perasaannya berubah menjadi tidak enak. Baru saja mulutnya terbuka untuk melanjutkan kalimatnya, wanita itu berbalik. Memandang lurus padanya dengan ekspresi marah yang tidak bisa dia jelaskan.

"Kau penjahat, Inspektur!! Pembunuh!! Kau membunuh bayiku!! Kenapa kau membunuh bayiku, sialan!!!!" Heera menghamburkan tatapan tajam penuh bencinya. Wajah pucat yang kemarin sudah mulai merona kini merah padam penuh emosi.

Jungkook tersentak. Menolak kenyataan bahwa apa yang ditakutinya benar-benar terjadi. Apa Heera sudah mengetahuinya? Bagaimana bisa? Siapa yang memberitaunya? Tidak, ini tidak bisa. Dia harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Alasan kenapa dia---

Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang