Chapter 14

240 18 4
                                    

vote sebelum baca guys... ^^

<<Happy Reading>>

===

"Mereka sangat cantik," Jungkook merangkul bahu Jieun. Menatap bahagia bayi dalam inkubator dalam ruangan yang hanya berbatas kaca di hadapannya.

Jieun balas tersenyum, masih fokus pada makhluk mungil yang masih kemerahan yang sesekali menguap. Lucu.

"Mereka sangat lucu, Jung. Lihatlah senyum mungil itu,"

"Aku mencintaimu, Sayang."

"Aku juga, Jung... Sangat mencintaimu."

Senyum keduanya berbaur dalam ciuman singkat penuh cinta. Sejenak perhatian mereka kembali pada makhluk mungil kemerahan dalam inkubator yang mengeliat pelan.

"Maafkan aku, Sayang."

"Kau sudah melakukan yang terbaik, Jung."

Jungkook menatap mata istrinya lama. Tersirat kesedihan... sekaligus bahagia yang tidak dapat Jungkook mengerti di sana.

"Aku benar-benar mencintaimu, Sayang. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Apapun yang terjadi kita akan tetap bersama. Aku sangat mencintaimu, Jieun-aa"

"Aku tau, Jung. Kau adalah rumahku, segalanya bagiku. Apapun yang terjadi selamanya akan tetap seperti itu, bukan?"

"Ya. Tentu saja."

"Jika memang harus aku siap membaginya, Jung."

Jungkook terdiam atas perkataan Jieun. Membaginya? Benarkah dia telah melakukan itu pada wanita tercintanya?

"Sayang,"

"Hm?"

"Aku mencintaimu."

"Aku juga."

"Jangan pernah meninggalkan aku,"

"Kita sudah membicarakan ini sebelumnya, Jung. Ayo kita ke kamar Heera," Jieun memutus pembicaraan itu. Pembicaraan yang sebenarnya masih menimbulkan nyeri dalam hatinya.

Keduanya berjalan meninggalkan koridor itu menuju sebuah kamar perawatan di mana seorang pasien masih terlelap dengan wajah pucatnya. Jieun mendudukan diri di kursi dekat ranjang, menatap wanita yang masih belum sadar karena pengaruh obat bius pasca operasi panjangnya.

"Heera... Maafkan kami, ku mohon bertahanlah."

Sementara Jungkook, lelaki itu hanya terdiam menatap istrinya. Beberapa jam lalu dia telah membuat keputusan sulit itu. Memilih antara ego dan perasaannya. Dan dia....

"Dia akan segera sadar, Sayang... Dia wanita yang kuat,"

Memilih mempertahankan satu wanitanya yang lain menuruti hatinya berbicara....

***

Wanita itu berjalan riang dengan seorang anak kecil digandengannya. Sesekali mereka tertawa bersama dan si wanita beralih mengangkat tinggi anak kecil itu dan mendekapnya penuh kasih dalam dadanya.

"Mama... Ayo kita menangkap kupu-kupu!" suara mungil yang menyejukkan. Si wanita tersenyum lebar. Mengangguk.

"Bagaimana jika kita menangkap yang putih, Peri Kecil?"

"Ya! Aku suka putih!" si anak berteriak riang. Melompat-lompat dengan kedua kaki kecilnya yang tidak beralas. Ujung gaun serba putihnya berkibar tertiup hembusan angin.

"Hati-hati sayang..."

"Akh!" si kecil jatuh tersungkur di rerumputan dan meringis memegangi lututnya.

Si wanita segera menghampiri anak kecil itu dengan panik. Ketika kedua tangannya hendak menyentuh tiba-tiba bias putih menyilaukan menghalangi penglihatannya.

"Mama... Mama..."

"Sayang, kau di mana, Sayang! Sayang!"

Bias putih menyilaukan itu meredup. Tergantikan dengan cahaya redup di kejauhan...

Kedua mata sendu itu mengerjap pelan. Setelah beberapa kali akhirnya netra indah itu berhasil terbuka. Aroma khas menyergap hidungnya. Sedikit menilik situasi asing di sekitarnya hingga berhenti pada sosok yang terlelap di kursi samping kanannya.

"Inspektur,"

Jungkook terkesiap mendengar suara lemah yang tertangkap indera pendengarannya.

"Heera? Kau sudah sadar! Syukurlah! Tu--tunggu sebentar," entah antara panik atau terlalu senang Jungkook tergagap dan segera berlari meninggalkan ruangan itu untuk memanggil dokter. Meninggalkan berbagai pertanyaan dalam benak Heera yang menatapnya lemah.

"Bagaimana keadaanya, dokter?" Jungkook menghampiri dokter yang merawat Heera. Beberapa perawat tengah melepas berbagai alat yang sebelumnya menempel di tubuh wanita itu menyisakan selang infus yang baru saja diganti dengan yang baru.

"Keadaannya sudah membaik. Jika dalam tiga hari pemulihan Ny. Heera sudah bisa pulang. Hanya saja...." dokter wanita itu menggantung kalimatnya sejenak. Menatap Heera yang sedang dibantu oleh perawat untuk duduk.

"Hanya saja ada kemungkinan pasien mengalami guncangan mental karena kehilangan bayinya."

Jungkook masih diam mendengar penjelasan dokter. Bagaimana reaksi Heera jika mengetahui bahwa bayinya tidak bisa diselamatkan? Bagaimana reaksi wanita itu ketika mengetahui bahwa dirinya adalah penyebab dia kehilangan bayi mereka karena Jungkook lah yang memilih keputusan itu?

"Inspektur," suara lemah Heera membuyarkan lamunan Jungkook. Lelaki itu segera berjalan mendekat menghampiri Heera yang juga menatapnya.

"Inspektur, di mana bayinya?"

Sebuah pertanyaan yang Jungkook takutkan. Jungkook menoleh pada dokter tadi dengan ragu.

"Inspektur Jeon, di mana bayinya? Apa dia sedang tidur? Bolehkah aku menjenguknya?"

Masih tak ada jawaban. Heera menatap Jungkook menunggu saat lelaki itu justru meraih kedua tangannya dan menggenggamnya erat.

"Inspektur, apa bayinya baik-baik saja? Bolehkah aku menjenguknya?"

Jungkook menarik napas dalam.

"Bayinya...."

.

.

..

Tbc~

rencana up tadi malam cumaa karena something dan ketiduran gk jadi. hwhww maaf yaa... 😘
Happy New Year Guys!!

Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang