Chapter 28

198 17 22
                                    

Happy Reading!

jangan lupa vote dan komen x)

===

especially for my beloved character for this fanfiction
*Lee Jieun*

especially for my beloved character for this fanfiction*Lee Jieun*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Heera terpaku di tempatnya berdiri. Pegangan pada nampan tempat biasa dia gunakan untuk mengantar pesanan pelanggan mengerat, seolah hendak mematahkan benda itu jika saja wanita di hadapannya tidak bersuara. Berucap dengan nada lembut khasnya yang merdu.

"Heera-yya... Apa kabar?" Jieun menatap Heera dengan berbinar. Namun detik berikutnya ekspresi itu langsung berubah, canggung. Mendapati Heera yang jelas terlihat terkejut melihat kedatangannya.

"Heera, bisakah kita bicara sebentar? Ada hal yang ingin ku jelaskan padamu," ujar Jieun sarat permohonan.

Heera masih mematung. Terkejut dan rasanya sangat tidak ingin percaya bahwa dia telah ditemukan.

Bagaimana bisa Jieun menemukannya begitu cepat?

Dia belum siap, dia masih belum siap untuk bertemu mereka. Apa yang akan dikatakannya nanti? Tidak, bukan dia yang harusnya khawatir, tapi dirinya bahkan tidak bisa berbohong untuk berhenti gemetar!

Berkali-kali Heera meyakinkan bahwa dirinya sudah memaafkan dan tidak mendendam pada Jungkook hanya saja dia merasa belum siap untuk bertemu dengan orang tersebut. Termasuk Jieun, istri lelaki itu.

Dan jika Heera boleh memilih, Heera tidak ingin kembali berurusan dengan mereka. Selamanya. Untuk alasan yang menurutnya memang lebih baik.

Tapi sekarang, Jieun sudah berdiri di hadapannya. Dengan tatapan memohon yang membuat Heera tak kuasa menolak namun terus dia tahan.

"Ku mohon, Heera." dan pertahanan Heera runtuh.

Sebagai sesama wanita. Heera seperti bisa merasakan sesuatu dalam perkataan wanita yang sesungguhnya sangat disayanginya itu. Jieun sudah dia anggap sebagai kakaknya, sejak awal.

Heera mengangguk, kemudian mengisyaratkan Jieun untuk mengikutinya ke sebuah bangku pelanggan yang terletak paling dekat dengan pintu masuk. Satu-satunya tempat yang masih kosong dari pelanggan yang hari ini terasa lebih ramai dari biasanya.

Jieun mengikuti langkah Heera dan mengambil kursi berseberangan dengan tempat duduk wanita itu. Kedua netranya kembali menatap sosok di hadapannya begitu mereka duduk dan Heera meletakkan nampan yang dibawanya ke atas meja.

Wanita berkulit pucat itu terlihat menunduk, menatap jemari yang ia mainkan di atas nampan tadi. Membuat Jieun mengambil napas pelan dan panjang.

"Heera, maafkan kami berdua."

Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang