Chapter 9

255 19 0
                                    



***



Jieun terkesiap saat mendengar teriakan Heera dari kamar yang terletak tepat di samping kamarnya dan Jungkook. Sejenak wanita itu terlihat ragu sebelum membangunkan Jungkook yang sudah terlelap.


“Jung, bangunlah! Jung!” menepuk-nepuk lengan lelaki itu hingga terjaga.


Wae? Kau ingin menonton lagi?” parau Jungkook teringat film yang dia tonton bersama Jieun sebelum tidur tadi. Lelaki itu mengeliat sebelum menelusupkan lengannya memeluk Jieun saat istrinya itu menampik. Menatap Jungkook dengan tatapan cemas.


“Jung, kau tak mendengarnya? Heera---” tanya Jieun gusar.


Alis Jungkook tertaut semakin bingung saat perkataan Jieun terpotong dengan bunyi berisik dari kamar Heera. Lelaki itu segera menyingkap selimut yang menutup tubuh mereka dan berjalan keluar dengan tergesa diikuti Jieun.


“Yoo Heera! Kau di dalam? Buka pintunya!!” suara nyaring Jungkook menggema memenuhi ruangan saat lelaki itu menggedor pintu kamar Heera yang terkunci. Beberapa kali hingga terdengar erangan berat seseorang disusul isakkan tersedat Heera dari dalam kamar.


Jungkook semakin kalut, dengan dua kali gebrakan ia mendobrak pintu kamar yang Heera tempati.




BRAKKK



Jungkook berlari menghampiri Heera yang terduduk di lantai kamar yang terlihat berantakan. Bisa dilihatnya pecahan keramik berserakan sementara fokusnya teralihkan pada ceceran darah pada serpihan tak jauh dari tempat Heera tersungkur.


“Kau terluka? Apa yang terjadi?” kecemasan membuat nada Jungkook meninggi. Diraihnya kedua tangan gemetar Heera yang bernoda darah. Garis keningnya terlihat sangat nyata senada dengan napasnya yang berburu. Dia bahkan melupakan Jieun di belakangnya yang tak mampu berkata-kata saat itu.


“Di---dia ingin membunuhmu--- inspektur---“ sejenak Jungkook terkesiap mendengar ucapan Heera yang bergetar. Manik kecoklatannya menatap lurus Heera yang masih terisak.


“Dia---- dia akan membunuhmu. Dia----“


“Heera, tenanglah....”Jieun segera menenangkan Heera yang kembali terisak.


Eonni, aku takut. Aku melukainya, eonni. Aku telah melukainya,” Heera menatap nanar darah yang mengotori tangannya. Teringat bagaimana dia menyerang lelaki asing tadi dengan pecahan keramik yang masih digenggamannya.


Jieun segera menyingkirkan pecahan bernoda darah dari tangan Heera, “Kau tak apa? Kau tak terluka, kan?” bisiknya memeluk Heera menenangkan.

Hatinya terasa sedikit lega saat merasakan wanita yang telah dia anggap sebagai adik itu mengangguk pelan beberapa kali.


.

.



Heera menatap kosong langit-langit kamar sedikit ngeri. Teringat kembali saat kriminal tadi hampir saja melukainya saat dia menyerang dengan serpihan keramik jika saja Jungkook tak segera mendobrak pintu kamar. Pria kriminal yang menurut dugaan Jungkook adalah salah satu tersangka pemunuhan dari kasus yang sedang ditanganinya itu hampir saja menarik pelatuk pistol namun tiba-tiba saja urung saat suara Jungkook terdengar dari luar kamar.


Heera berbalik dengan gusar. Pikirannya tiba-tiba teringat pada Jungkook yang saat ini menggantikannya tidur di kamar itu. Bukankah dia sebaiknya memperingatkannya tentang pistol pria asing tadi? Bagaimana jika pria asing itu datang lagi dan....


Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang