Chapter 8

250 20 0
                                    

"Hentikan omong kosongmu, bajingan!" sentak Heera.

Tubuhnya bergetar hebat menahan luapan emosi dalam dirinya yang memuncak. Sekuat apapun dia menahan diri tetap saja perkataan orang yang dia sebut paman itu sangat menyakitkan. Untuk pertamakalinya---ya--- untuk pertamakalinya wanita itu mengharapkan kehadiran Jungkook.

"Dasar jalang apa katamu tadi, huh!!" tangan kanan lelaki tambun itu terangkat sejajar dengan wajah kebas Heera. Menunjuk-nunjuk wajah sendu itu dengan marah.

"Kau pikir siapa dirimu berani menyebutku seperti itu!"

"Turunkan tanganmu." Sebuah suara datar khas yang sangat dikenal Heera menghentikan cacian lelaki tambun tadi yang segera menoleh ke asal suara.

"Siapa kau?" tanyanya heran. Memandang Jungkook dengan raut sedikit sinis.

"Apa kau lelaki yang membelinya, huh? Aaah dia adalah simpananmu! Benarkan kataku? Kau terlihat masih muda, ku kira dia dibeli lelaki hidung belang----"

"Dia istriku." Jawaban singkat Jungkook sontak membuat Heera yang berdiri di sampingnya menatap terkejut. Pun lelaki tambun tadi, namun tatapan terkejutnya segera digantikan dengan tawa keras memuakkan.

"Istrimu? Kau pikir aku percaya pelacur ini istrimu? Huahahaa!!"

"Apa aku perlu menunjukkan buku pernikahan kami padamu?" suara tenang Jungkook cukup membuat paman Heera terdiam. Menatap bergantian dua orang di depannya dengan umpatan sinis.

"Jalang sialan, kalian pikir aku bisa dibohongi." Ucapnya sebelum bergerak pergi meninggalkan Jungkook dan Heera. Dua orang yang saat ini masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Jungkook menghela napas sesaat sebelum dirasanya Heera mencengkram kuat lengan kanannya. Wanita itu merintih tiba-tiba sementara sebelah tangannya memegangi perutnya yang besar.

"Ada apa? Kau sakit? Yoo Heera, kau tak apa?" Jungkook yang tanpa sadar langsung membalikkan posisi berhadapan sementara kedua tangannya mencengkram bahu Heera khawatir.

Bukankah usia kandungannya baru menuju enam bulan? Mustahil jika Heera merasakan kontraksi sedini ini.

"Sakit---" rintihan lirih Heera membuat Jungkook semakin diselimuti kekhawatiran. Dia bisa merasakan tangan dingin Heera yang menyentuh kulitnya.

"Sakit?" dengan sigap Jungkook bergerak cepat mengangkat tubuh Heera ke gendongannya. Berjalan terburu-buru saat Heera menelusupkan wajahnya pada dada bidang lelaki itu.

"Kau mau membawaku ke mana?" lirihnya tersendat.

"Rumah sakit,"

"Tak perlu. Ini akan sembuh beberapa saat lagi, seperti biasanya."

"Seperti biasanya?" langkah Jungkook terhenti. Memandang wanita yang menyembunyikan wajah pucatnya itu dengan raut terkejut.

Heera tak pernah mengatakan apapun sebelumnya baik padanya ataupun pada Jieun.

"Apa maksudmu?"

"Ini akan sembuh sebentar lagi, Inspektur. Aku hanya kaget saja tadi."

"Berjalanlah pelan-pelan. Aku merasa anak ini akan melompat keluar jika kau berlari," lanjutnya masih dengan wajah yang rapat pada dada Jungkook. Sesekali wanita itu terlihat menarik napas dalam meresapi aroma tubuh ayah biologis janin dalam kandungannya.

Jungkook terlihat ragu namun ia menuruti permintaan Heera dengan berjalan lebih pelan. Dalam benaknya masih terbesit tanda tanya tentang apa yang Heera katakan tadi. Apakah dia dan Jieun melewatkan sesuatu? Bagaimana bisa Heera tak mengatakan apapun tentang sakitnya itu pada Jieun? Apakah Heera begitu tak memercayai Jieun seperti dia tidak bisa memercayai dirinya?

Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang