‘Jika sepasang cincin hanya sekedar sepasang cincin, maka sepasang manusia juga sekedar sepasang manusia. Kecuali jika dia tulang rusukku. Aku sudah memilikinya, tidak mungkin aku memilikinya lagi.’
(Jeon Jungkook)
..
.
Heera terbelalak menatap wajah Jungkook yang teramat dekat bahkan hampir menempel dengan wajahya sendiri. Desir ketakutan seakan tiba-tiba menghujam.
Melirik posisi Jungkook saat ini benar-benar seperti memanggil kembali memori menjijikan. Saat namja tampan itu menjamah tubuhnya.
“A-apa yang k-kau lakukan!” gemetar. Kepanikan jelas tergambar di kedua irisnya.Tangan Heera yang tiba-tiba serasa sangat lemah untuk digerakkan berusaha menahan dada namja itu menjauh.
Ekspresi datar Jungkook semakin tak terbaca. Namja itu bisa merasakan getar ketakutan yang dialami wanita dalam kungkungannya. Tapi apa yang harus ia lakukan? Egonya bahkan lebih besar untuk tidak menyentuh bibir tipis yang terus mengganggunya.
Heera membelalak tatkala Jungkook menurunkan kepalanya. Menerobos jarak yang hanya beberapa inci itu. Tak kasar sebenarnya bahkan Jungkook melakukannya dengan sangat lembut. Namun apa mau dikata, Heera terlalu naif untuk menerimanya. Salahkan Jungkook yang telah menanamkan memori buruk itu.
Pukulan Heera pada dada dan bahu Jungkook seolah dibiarkan saja olehnya. Namja itu justru semakin intens melumat bibir lawannya dan meliuk-liuk mengikuti arah pergerakkan Heera yang meronta untuk lepas.
“Hiks,” isakkan terdengar disela ciuman itu.
Ya, Heera menangis. Bahkan wajahnya sudah penuh oleh cairan bening yang mengalir tanpa ampun dari pelupuknya.
Jungkook memperlembut ciumannya dan menahan tengkuk Heera untuk diam. Beberapa saat hingga wanita itu menurut untuk tenang dan menghentikan pukulan....
...
...Jungkook menyeringai merasakan tarikan kecil Heera pada kemejanya untuk lebih mendekat di sela tautan bibir mereka. Apakah wanita itu sudah mulai menikmatinya juga sekarang? Lenguhan lembut Heera terdengar begitu erotis menyapa cuping telinga Jungkook yang memanas.
Namja itu menyudahi ciumannya dengan kecupan pada kelopak mata Heera yang memejam. Tersenyum tipis melihat wajah cantik itu dan bangkit dengan ekspresi datar. Heera mengernyit menatap wajah yang kembali dingin. Itukah ekspresi yang tepat untuk seorang yang baru saja... berciuman?
“Lupakan semua,”
“...Ya?”
“Anggap ini tak pernah terjadi, Yoo Heera.”
Kalimat terakhir yang cukup membuat Heera mematung menatap pergerakkan Jungkook hingga keluar kamar.
Apa yang baru saja dikatakannya? Lupakan..??
.
.
.
.
Heera sedikit menahan perutnya ketika berusaha meraih sebuah mangkuk yang berada di rak atas. Tersenyum kecil membayangkan ramyun favoritnya akan terhidang di benda kristal itu sebentar lagi.
Ada untungnya juga Jieun pergi keluar kota tiga hari. Bukankah itu berarti dia akan bebas melakukan apa saja di rumah besar itu? Hal pertama dan paling utama dalam list ‘kebebasannya’ adalah bisa makan ramyun sepuasnya! Membayangkan saja sudah cukup membuat perut padatnya meloncat girang di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollow Heels (END)
Fanfiction|| Fanfiction || TYPOS WARNING!! MASIH DALAM RENCANA UNTUK DIREVISI. Cast : Jeon Jungkook (BTS) , Yoo Heera (oc) , Lee Jieun (IU) , etc | Genre : Family, Hurt/Comfort, Angst, Rape (No Smut), etc || Rated : | Non-Consensual Warni...