Chapter 25

183 16 6
                                    

harusnya aku up ini tadi malam.. cuma wattpadku tiba2 eror. gk tau kenapa reads view nya 0 terusss part 24 😐
semoga yg ini enggak ya..

Happy Reading!

jangan lupa vote (:

===


Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah seminggu Jungkook tinggal di rumah kontrakan Seungho. Dan selama itu pula dia banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar itu.

Jungkook tidak tau efeknya akan sehebat ini. Dia seperti enggan jauh-jauh dari aroma Heera yang tertinggal dalam kamar itu. Dia seperti menemukan kembali dan merasakan kembali kehadiran wanita itu di dekatnya.

Memeluknya... seperti malam itu.

Namun tidak jarang pula Jungkook tersadar dan kembali pada kenyataan. Dan saat itulah dia kembali menyalahkan dirinya. Menatap kosong di sudut ruangan.

Jungkook tau Seungho terkadang memergokinya, tapi dia tidak peduli. Toh lelaki itu juga tidak mempermasalahkannya.

Beberapa kali, dalam masa bebas tugasnya, Taehyung menelepon. Pertama kali sahabatnya itu menanyakan apakah dia sampai di rumah dengan selamat malam itu. Dan dia mengiyakan dengan malas, apa dia pikir Jungkook adalah anak kecil hingga menanyakan hal seperti itu?

Dan seterusnya Taehyung menghubunginya untuk menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan kasus yang ditangani tim mereka dan beberapa hal yang berkaitan dengan kasus baru lainnya. Jungkook sedikit tidak enak sebenarnya sudah membuat sahabatnya terjebak dalam situasi seperti itu. Taehyung memang detektif terbaik dalam Departemen Kepolisian tetapi lelaki itu jelas belum siap untuk memimpin kinerja tim sendirian.

Tak apa, dia akan kembali bekerja dua minggu lagi hingga masa bebas tugasnya selesai.

Jungkook meraih boneka pororo milik Heera, salah satu barang yang menjadi candunya seminggu ini.

Dari boneka itu aroma Yoo Heera terasa begitu kuat. Begitu menenangkan. Hingga tak jarang dia memeluk erat boneka lusuh itu seperti orang konyol yang berharap itu adalah Heera. Benar-benar Heeranya.

Dan dia tak bisa berhenti untuk selalu merindukannya.

Suara ketukan pelan terdengar dari arah pintu. Dan suara Seungho terdengar tak lama kemudian untuk menyuruhnya makan. Ini memang jadwal Seungho yang menyiapkan sarapan. Bagian Jungkook adalah makan malam. Atau terkadang tidak satupun dari mereka yang menyiapkan karena terlalu malas.

Jungkook bangun dengan malas. Dia masih ingin bersama 'Heeroro' a.k.a Heera Pororo, boneka pinguin lusuh jelek itu.

"Makanlah. Aku membuat ramen pagi ini," ucap Seungho begitu melihat Jungkook membuka pintu kamar.

Rasanya konyol, Seungho merasa seperti seorang istri yang menyiapkan masakan dan membangunkan suaminya untuk sarapan. Dia benar-benar harus segera mengencani wanita untuk mengetes kenormalannya sebagai lelaki tulen.

"Yak, kau mau keluar malam ini?" tanya Seungho membuka percakapan.

"Tidak. Kenapa?"

"Aku akan ke bar. Mungkin saja kau tertarik,"

"Kau mendapat panggilan?" Jungkook mendongak menatap Seungho yang masih berdiri di tempatnya tadi. Dia memang sudah sedikit tau pekerjaan serabutan lelaki itu.

"Tidak. Aku hanya akan bermain saja. Kau yakin tidak mau ikut?"

"Tidak."

"Aku akan mengenalkanmu beberapa jalang seksi di sana. Aku kenal baik dengan mereka,"

"Aku tidak tertarik dengan mereka." kembali jawaban final. Seungho tidak lagi membujuk inspektur itu.

Mungkin memang benar jika Jungkook sudah gila karena adiknya. Entah apa yang disukainya dari adiknya itu. Jalang kecil  pembuat rusuh yang naif dan kelewat polos dibeberapa hal. Dia tau Heera tidak banyak berhubungan dekat dengan laki-laki karena memang tak ada yang tahan dengan mulut siletnya.

"Kau menyukai adikku?"

"Ya." jawaban singkat, padat dan teramat jelas. Seungho sebenarnya mau bertanya lebih lanjut bagaimana dengan istrinya namun urung. Dia tak mau menumbalkan dirinya sendiri untuk menjadi sasaran bogem mentah lelaki itu.

"Luar biasa, kau benar-benar bisa tahan dengam mulut sialannya itu?!"

Jungkook terlihat berpikir beberapa saat, "Aku belum pernah merasakannya."

"Ha???" kali ini Seungho kembali terngaga tak paham, meminta penjelasan.

Tak ada sahutan lagi dari Jungkook hingga akhirnya Seungho lelah menunggu. Kenapa tidak Heera tidak Jungkook sama saja. Membuatnya harus berpikir ekstra!

Sial!

"Aku mau mandi." dan Seungho kembali bersikap konyol. Untuk apa juga dia mengatakannya? Memang apa pentingnya dia mau mandi atau tidak?!

Anak tertua Yoo itu mendesis kasar sebelum berjalan ke kamar mandi.

Jungkook memandang Seungho hingga menghilang di balik pintu. Tidak, bukan lelaki itu yang di pikirannya. Tapi perkataannya barusan.

Tentang mulut Heera.

Dia memang belum pernah merasakannya selama ini.

Pernah dua kali, tapi hanya bibir belum sampai ke mulut. Itu pun Jungkook satu-satunya pihak yang melumat sementara Heera, wanita itu hanya menempelkan  bibir saja. Tidak lebih.

Dan wajah Jungkook tiba-tiba memanas. Menelan ludahnya kasar, lelaki itu kembali melanjutkan suapan ramennya.

Ddrrt Ddrrtt

Dering ponsel Seungho kembali menghentikan suapannya. Jungkook melirik sekilas nama yang tertera di ponsel itu, yang memang dilelakkan di atas meja tak jauh darinya.

--Jalang Kecil--

Jungkook menggeleng pelan. Memang ada berapa jalang koleksi Seungho. Kemarin dia melihat --Jalang Choi-- yang menelpon saat dia menyiapkan maka malam. Dan sekarang Jalang Kecil.

"Bodoh." sungutnya.

Ddrrt Ddrrrtt

Dan ponsel itu kembali berbunyi untuk kedua kalinya. Jungkook mendecak.

Benar-benar!

Dengan enggan Jungkook meraih ponsel Seungho dan menunggu hingga dering ke lima sebelum menyentuh dial hijau kemudian menempelkannya ke telinga.

"......."

"Yoo Heera?"

.

..

tbc~

pendek? iya 😅
selanjutnya ada pengumuman penting dari aku.
Tolong dibaca ya readers... 😘

17318

Hollow Heels (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang