Bab 8

71 9 3
                                    

SHADE

Sikap Light padaku kian tak bersahabat. Dia terlihat seperti biasanya, namun aku tahu bila dia sedang kesal padaku.

Terkadang aku berpikir bila kami berdua ini sama—sama-sama suka menyembunyikan perasaan kami. Hanya saja cara kami berbeda. Light cenderung bersikap hangat dan ramah, sedangkan aku lebih memilih diam dan acuh tak acuh.

"Kau bilang kau tidak peduli pada Iynx?" tanya Light dengan nada tak suka.

Aku menghentikan sejenak kegiatanku. "Mulanya begitu," jawabku, kemudian kembali melanjutkan kegiatanku, memasukkan potongan ayam ke dalam frying pan.

"Lantas?"

"Entahlah."

"Kau menyukainya?"

Aku menyeringai. "Tidak."

Well, sebenarnya aku tak tahu.

"Kalau begitu jangan berada di tengah-tengah Iynx dan aku," ketusnya.

"Dengar, aku tahu kau memang bisa membuat Iynx tertawa, pun menjadi teman yang baik untuknya. Tapi kau tidak bisa menjaganya, Light!"

Light menghampiriku. "Aku bisa!" Light meninggikan nada bicaranya sembari mengarahkan jari telunjuk ke dadanya. "Aku bisa menjaganya, Shade!"

Aku diam. Mengambil jeda sejenak.

"Jika kau bisa menjaganya, semalam kau takkan membiarkannya kehujanan, kau juga akan tahu saat dia nyaris pingsan di lapangan tenis tadi," kataku.

Light menggertakkan giginya.

"Kenyataannya adalah kau tidak ada saat dia membutuhkanmu!" lanjutku.

"Oh, jadi kau merasa sebagai pangeran berkuda putih untuknya?" balasnya sarkastik.

Mendengarnya, emosiku sontak terpancing. Aku menarik napas dalam-dalam untuk meredakannya.

Light meninju main-main dadaku. "Apa kau lupa? Sekalipun kau menyukainya, kau takkan bisa memilikinya. Skakmat! Kau kalah!" lanjutnya penuh kemenangan.

Sh*t!

Aku menggeram. Kenyataannya Light benar.

"Wah, wah! Ternyata kalian di sini," ucap sebuah suara yang berasal dari pintu masuk dapur.

Leo, Greta, dan Beth berjalan masuk. Beth membawa sebuah kantung belanjaan yang entah berisi apa, kemudian menaruhnya begitu saja di meja makan.

Mereka adalah teman-teman Light dan Iynx. Aku pun mengenal mereka, sejak di bangku sekolah dasar kami selalu bersekolah di tempat yang sama. Mereka juga sering kemari. Entah untuk sekadar mengisi waktu luang atau belajar bersama.

"Ini adalah pertama kalinya aku melihat si kembar bekerja sama." Leo berkomentar.

Aku menghampiri Leo. Kemudian menyodorkan piring berisi potongan ayam yang belum digoreng. "Karena kalian bertiga sudah di sini, jadi kurasa aku tak perlu lagi membantu Light."

Leo menerimanya dengan ragu.

"Eh, kau mau ke mana?" Beth mencegatku, kedua tangannya menyilang di dada.

Aku menatapnya dingin. "Mellisa selalu menyiapkan makan malam sebelum pukul tujuh. Jadi maksimal pukul tujuh ayam parmigiana(1) ini harus siap di meja makan. Aku mau tidur sebentar."

"Kau ini apa-apaan, Shade?! Kenapa kau bersikap seenaknya?" Greta menyolot.

Aku menaikkan sebelah alisku. "Memangnya kenapa? Ini rumahku!"

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang