Bab 3

93 11 1
                                    

IYNX

Aku terjingkat ketika mendengar Mr. Gross memanggil namaku dan Shade. Itu artinya kami akan berpasangan dalam tugas kelompok kali ini.

Duh, ini malapetaka. Menjadi partnernya benar-benar sebuah mimpi buruk!

Aku dan Shade maju ke depan.

Mr. Gross mengocok toples berisi gulungan-gulungan kertas kecil, yang di dalamnya tertulis mengenai materi apa yang akan menjadi tugas kami berdua.

Aku. Dan. Shade.

"Siapa yang akan mengambil?" tanya Mr. Gross.

"Iynx."

"Shade."

Kami menjawabnya bersamaan.

Shade mendengus. "Kau saja."

Aku menggeleng. "Kau saja."

Shade mendesis. Kesal.

Aku melotot padanya. Sebal.

Tanpa permisi dia menyambar tanganku dan memasukkannya ke dalam toples. "Ambil yang nomor empat," perintahnya.

Jemariku bergerak menjentik sebuah gulungan kertas bertuliskan angka empat. Setelah terpegang olehku, Shade menarik tanganku keluar dan melepaskannya.

"Apa isinya?" Dia tak sabaran.

Aku membuka gulungan kertas di tanganku. "Perkembangbiakan cacing planaria."

"Oke! Minggu depan Shade dan Iynx akan mempresentasikan mengenai perkembangbiakan cacing planaria," beritahu Mr. Gross dengan suara lantang.

Aku mengembus napas berat. Mengeluh. Diam-diam aku meliriknya. Mengapa harus dengannya? Mungkinkah aku bisa bekerja sama dengan orang yang tidak menyukaiku?

Ugh! Sepertinya takdir sengaja menjorokkanku ke dalam jurang.

"Kalian boleh kembali ke tempat duduk." Mr. Gross menepuk bahuku dan Shade secara bersamaan. Dengan gontai aku kembali menuju tempat dudukku.

Selama sisa pelajaran, aku menghabiskannya dengan membolak-balik buku paket biologiku, mencoba untuk fokus pada bab yang membahas mengenai cacing planaria. Aku tidak mengacuhkan Mr. Gross yang tampak sibuk dengan pembagian kelompok untuk murid lainnya.

Bel berbunyi, aku pun bergegas meninggalkan kelas. Berjalan menuju kafetaria untuk makan siang.

"Aku bisa menyelesaikan tugas itu sendiri," ujar sebuah suara yang sudah sangat familier. Sebuah suara yang dingin. Sebuah suara yang membuatku menggigil setiap kali aku mendengarnya.

Sudah kuduga Shade pasti tidak akan mau bekerja sama denganku.

"Tapi ini tugas kelompok," protesku sembari mempercepat langkahku, berusaha menyamakannya dengan Shade.

"Tugas ini terlalu mudah untukku. Aku tidak butuh bantuanmu," ucapnya congkak.

Kutarik lengan kemejanya. Ucapannya barusan menyinggungku.

Shade menghentikan langkahnya dan menoleh padaku. "Bekerja sama dengan makhluk ceroboh sepertimu hanya akan membuatku repot!"

Aku menginjak kakinya.

"Sh*t! Apa yang kau lakukan?!" Dia berteriak.

"Kenapa kau begitu sombong, Shade?! Mungkin kau memang pandai dan tugas semacam ini adalah hal kecil bagimu. Tapi bukan berarti kau bisa seenaknya!" Aku balas meneriakinya.

Shade membungkam mulutku dengan tangannya. "Suaramu menarik perhatian semua orang," desisnya.

Aku menyingkirkan tangannya dari mulutku. "Aku tak peduli!"

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang