Bab 18

47 5 0
                                    

SHADE

Kenapa harus seperti ini?

Dadaku rasanya begitu sakit, seolah ada seseorang yang sengaja meremas jantungku.

Inikah bentuk balas dendamnya padaku?

Mungkin.

Sebisa mungkin aku menoleransi hubungannya dengan Light. Sebisa mungkin aku mengendalikan amarahku ketika melihat mereka bersama. Sebisa mungkin aku menahan rasa sakit yang tak terkira ini.

Tapi semalam aku sudah tak dapat menoleransinya lagi.

Aku murka.

Padanya. Pada Light. Pada diriku sendiri.

Pernah aku berharap bila Iynx akan jauh lebih bahagia bersama dengan Light. Light memiliki semua yang dia butuhkan. Hangat dan ramah.

Tapi semudah itukah hatinya berubah? Semudah itukah dia mempersilakan Light masuk kedalam hatinya?

Aku tak percaya.

Hatiku ini tidak mati, aku masih bisa merasakan hangatnya cinta yang diberikannya untukku. Hingga saat ini pun, aku percaya dia masih mencintaiku.

Semalam terasa seperti mimpi. Kenyataan itu terlalu berat untukku. Aku tidak siap!

Mellisa, ayahku, dan Light tak kunjung kembali. Bahkan mereka tidak menelepon untuk memberiku kabar. Pasti mereka menyalahkanku. Tapi aku tak sengaja. Aku ... aku kehilangan kendaliku.

Aku mengepalkan tanganku dan meninju dinding.

Marah.

Saat ini aku marah.

Aku menyesal. Beribu kata maaf yang kuteriakkan takkan mampu mengubah apa yang telah terjadi.

Harusnya aku bersikukuh menolak perjodohanku dengan Nadia. Tapi jika aku menolaknya, kerja sama perusahaan ayahku dengan perusahaan Stanley tidak akan pernah terjadi.

Untuk mencapai sesuatu aku harus mengorbankan sesuatu. Dan aku memilih untuk mengorbankan perasaan Iynx. Kupikir dengan sifat Iynx yang seperti itu dia akan cepat sembuh dari lukanya, tapi ternyata aku salah. Bukannya sembuh, dia malah semakin terluka.

Iynx ... pikirannya selalu tak dapat kumengerti. Perasaannya yang tulus adalah sebuah misteri bagiku.

Sebuah ketukan menginterupsi benakku.

"Aku tak ingin bertemu siapa pun. Jadi pergilah," usirku.

"Shade, apa kau tak mau menjenguk Iynx?" Suara Nadia.

Aku menarik sebatang rokok dan menyulutnya. "Tidak."

"Tapi aku ingin bertemu dengan Iynx. Aku khawatir. Barusan aku menelepon Light dan dia mengatakan kalau Iynx belum sadar."

Mendadak dadaku yang sakit menjadi mati rasa, aku tak dapat merasakan apa-apa. Udara di sekelilingku berubah menjadi dingin. Ruangan ini seakan mengurungku dalam kebekuan.

"Shade?" Suara Nadia kembali menyadarkanku.

"Tunggu sebentar. Aku akan bersiap-siap," balasku.

Setelah mengganti pakaian aku bergegas untuk menemui Nadia di ruang tamu. Dia tengah berbincang dengan Mellisa dan ayahku.

Rupanya mereka sudah kembali.... Pandangan mereka langsung mengarah padaku dan aku tak peduli.

"Apa Iynx baik-baik saja?" tanyaku, pura-pura tak peduli.

"Apa kau tak sadar apa yang kau lakukan semalam?" cecar ayahku.

Aku tak menyahut.

"Kau membuat Iynx kehilangan bayinya," lanjut ayahku yang sontak membuat jantungku berhenti.

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang