Bab 9

64 9 2
                                    

IYNX

Aku membuat jarak dengannya.

Dan aku tersiksa.

Kehangatannya yang hanya sejenak membuatku terlena. Ketika aku sadar, aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya.

Permainannya terasa begitu nyata.

Aku suka ketika dia mengecup keningku.

Aku suka ketika dia menggenggam tanganku.

Aku suka ketika dia menggendongku.

Dan aku sudah tak tertolong lagi ketika dia mencium bibirku. Untuk pertama kalinya aku merasa ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perutku. Menggelitikiku.

Kini semua telah usai.

Shade tidak menyukaiku seperti aku menyukainya.

Aku berharap masih bisa mengendalikan rasa ini. Namun aku tak bisa.

Aku sudah terlambat.

Sangat terlambat.

Aku terlanjur terombang-ambing dalam pusaran anginnya.

Permainannya.

"Iynx...." Bisikan itu membangunkanku dari lamunanku.

Aku menoleh padanya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Light.

Aku menggeleng. "Aku bosan," sahutku berbohong.

"Kalkulus memang membosankan."

"Sangat!"

Lalu kami berdua langsung diam saat Mr. Tanner memergoki kami. Guru kalkulus ini memang terkenal killer dan kami tak mau mendapat masalah dengannya.

Usai kelas kalkulus, aku dan Light beriringan menuju kelas sejarah. Aku merasa beruntung karena aku dan Light nyaris selalu berada di kelas yang sama.

Memilikinya di sampingku, itu menenangkan.

"Jika ada yang membebani pikiranmu, kau boleh membaginya denganku," tegur Light.

"I'm okay!"

"You're not!"

Aku menghentikan langkahku dan menepi, menyandarkan punggungku pada dinding. "Sungguh. Aku baik-baik saja, Light."

"Apa semua ini karena Shade?"

Aku membuka mulutku, namun aku segera menutupnya kembali.

Dulu, nama Shade sama sekali tidak memberikan efek apa pun padaku. Tapi kini ... namanya bak ujung pedang yang menusuk dadaku.

"Apa yang sudah Shade lakukan padamu, Iy?" desak Light.

"Nothing." Kemudian aku berjalan meninggalkannya.

Light menyusulku. Dia berjalan di sisiku namun dia tidak mengatakan apa-apa.

Dia hanya diam.

Sejurus, dia mengambil tanganku dan menggenggamnya.

Aku menoleh padanya.

Dia tersenyum hangat padaku. "Apa pun itu, jika kau sudah tak sanggup menyimpannya sendiri, katakan saja. Aku akan selalu ada untuk mendengarkanmu."

"Thank you. You are so kind to me, Light. Always be kind...."

"I am. And always be...."

Aku balas meremas tangannya. Dengannya yang berada di sisiku saat ini, aku sudah merasa cukup. Tapi apa yang pernah terjadi antara aku dan Shade, aku hanya ingin menyimpannya sendiri. Aku tak ingin membaginya dengan siapa pun.

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang