Bab 24

17 2 0
                                    

IYNX

Light berjalan ke arah kami. Aku mendorong Shade, namun Shade malah menarikku ke arahnya.

"Kau sudah kembali?" Aku menanyai Light.

"Ya. Sebetulnya aku sudah tiba di New York sejak sore tadi dan aku langsung kemari untuk mengejutkanmu. Tapi ternyata...."

Aku melepaskan diri dari Shade dan berjalan menghampiri Light.

"Light, maaf..." ucapku pelan.

Light meringis.

Cahayaku meredup, tapi dia tak meninggalkanku. Dia masih berusaha bersinar untukku, dia masih berusaha menerangiku.

"Hal yang paling kutakutkan akhirnya terjadi juga," gumamnya pelan. "Kau masih mencintainya...."

Aku terhenyak.

"Sekian tahun aku menghabiskan waktuku untuk merawat lukamu dan kini kau membiarkannya kembali untuk melukaimu lagi?"

Memang. Ini ironis sekali. Membiarkan Shade kembali menjadi bagian dari hidupku.... Shade mungkin akan kembali melukaiku....

"Aku takkan membiarkannya terluka lagi." Suara Shade menggema, memecah kebisuan.

Light menyeringai. "Oh ya? Apa yang akan kau lakukan untuknya, Shade? Yang kau bisa hanyalah menyakitinya."

"Tutup mulutmu!"

Light menyambar tanganku, meremas jemariku. "Jangan kembali padanya, Iy. Kumohon.... Dia akan menyakitimu lagi."

Shade merebut tanganku dari Light. "Aku tidak akan menyakitimu. Aku janji."

Aku berdiri di antara Shade dan Light. Mereka menungguku berucap, menanti keputusanku. Untuk sejenak, aku berharap bila perasaanku mati, sehingga aku bebas meninggalkan mereka berdua tanpa perlu memutuskan apa pun.

Aku ingin lari lagi.

Lari dari Shade.

Lari dari Light.

Hanya saja aku tahu aku tak dapat berlari.

Aku tidak ingin menyakiti satu di antara mereka berdua, namun aku juga tidak bisa mempertahankan keduanya.

"Kau berkata padaku agar tidak pergi, maka aku tidak akan pergi." Shade kembali membuka suaranya.

"Dia akan menyakitimu, Iy!" Light menimpali.

Aku memejamkan mata dan menutup telinga.

Aku tidak ingin melihat. Aku tidak ingin mendengar.

Dalam kegelapan, aku menggali ke dalam hatiku. Kuselami heningnya jiwaku.

Di depan, cahaya itu memberiku harapan. Namun pusaran angin ini masih membelenggu. Aku tak bisa lepas. Atau ... aku memang tak ingin lepas darinya?

Dan aku mengetahuinya.

Kubuka kembali mataku, kemudian menoleh ke arah Light. Aku meraih masing-masing tangannya dan menyatukannya dalam dekapanku. "Maaf, aku hanya bisa berkata maaf padamu. Hatiku memilih Shade dan akan selalu Shade."

Light menatapku tak percaya.

Aku melepas cincin di jari manisku, kemudian mengembalikannya pada Light. "Di luar sana, ada seorang gadis yang menantimu. Entah siapa. Yang pasti gadis itu adalah gadis yang rela mempersembahkan seluruh hatinya untukmu."

Light menunduk, menatap cincin ditangannya. Bibirnya mengatup menahan geraman. Sesaat kemudian, dia membuka suaranya, "Aku harap keputusanmu takkan pernah membuatmu menyesal. Suatu hari nanti jika dia membuatmu menangis, jangan pernah mencariku. Karena aku takkan lagi mau peduli padamu."

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang