SHADE
Abu-abu.
Semua yang ada di hadapanku hanyalah warna abu-abu. Aku kacau. Kendati aku sudah mempersiapkan diri, nyatanya aku masih tidak siap.
Aku tidak siap bertemu dengannya.
Gadisku yang ceroboh kini telah berubah menjadi seorang wanita dewasa yang anggun.
Nyaris saja aku tidak bisa mengontrol diriku.
Semalam aku pergi ke kelas biologi hanya untuk menyentuh kembali pecahan kenangan kami. Dan tanpa kuduga, dia tiba-tiba muncul.
Saat aku berada di dekatnya dan menghirup aromanya....
Argh!
Aku ingin menyentuhnya. Tapi setiap kali aku maju selangkah, dia mundur selangkah. Iynx tak membiarkanku menyentuhnya.
Dia tersenyum padaku, namun itu tak dapat membohongiku. Dari binar matanya, aku dapat melihat segalanya, merasakan perasaannya. Aku masih saja menjadi sumber kesedihannya. Dadaku rasanya seperti ditikam, aku sebenarnya lebih sakit daripada dirinya.
Aku mengambil handuk untuk menyeka keringat di wajahku, kurasa hari ini aku sudah cukup lelah. Huh, aku selalu membutuhkan rasa lelah ini agar malam nanti aku bisa tidur.
"Shade!" Seseorang memanggilku. Aku menoleh malas. Light dengan langkahnya yang tenang berjalan ke arahku, wajahnya tampak begitu sumringah. "Kau sudah mau pulang?" tanyanya. Sok bersahabat.
"Hm."
"Padahal aku baru saja datang."
Aku tak menanggapinya.
"Bagaimana kalau kita minum bersama. Aku sedang bahagia."
Aku menatapnya skeptis.
Bahagia? Apa yang membuatnya bahagia?
"Oke," balasku pada akhirnya. Aku penasaran dengan hal yang membuatnya bahagia. "Aku akan menunggumu."
"Aku tidak akan lama. Hanya membakar sedikit lemak," ujarnya sambil berjalan mundur, mendekati treadmill.
Sedangkan aku menuju kafetaria yang terletak di bagian belakang gym.
Satu jam berikutnya aku dan Light sudah berada di bar yang terletak tak jauh dari gym. Baru saja kami hendak memulai pembicaraan saat sesorang menghampiri kami.
Dia adalah Matthew, salah seorang rekan dari salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan kami. Mau tak mau kami mengajaknya bergabung. Kami bertiga membicarakan mengenai proyek besar yang sedang berlangsung.
Entah berapa lama waktu berlalu. Tequila yang masuk ke lambungku sudah menyebar penuh ke seluruh tubuhku. Kepalaku mulai terasa berat, namun aku masih cukup sadar untuk dikatakan mabuk.
Tengah malam, kami keluar dari bar.
"Terima kasih sudah mentraktirku minum." Matthew berujar pada Light. "Lain kali aku akan balas mentraktirmu."
"Akan kutunggu."
Kemudian Matthew membalikkan badannya dan pergi.
Aku dan Light berjalan menuju tempat parkir, rasa penasaranku memuncak.
"Sepertinya kau bahagia sekali," ujarku. Memancingnya.
Light yang sudah setengah mabuk menyeringai ke arahku. "Tentu saja. Tentu saja aku bahagia."
Aku balas menyeringai padanya. "Kau menang lotre?"
Light menggeleng. "Semalam aku melamar Iynx dan dia menerimaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind Blows
Roman d'amour[DITERBITKAN OLEH HD PUBLISHER - 2017] Aku bertemu dengannya tepat di saat daun-daun mulai berguguran. Dia yang memiliki tatapan sedingin es. Dia yang bersikap acuh tak acuh. Lalu kami mulai bertengkar, kemudian berbaikan. Kami berbicara, bertukar...