Bab 7

76 9 2
                                    


SHADE

Aku tak ingat kapan terakhir kali aku berbicara sebanyak itu dengan orang lain. Tidak pada ayahku. Tidak pada ibuku. Tidak pada Light. Tidak juga pada yang lain.

Saat ayah dan ibuku bercerai duniaku berubah menjadi gelap dan dingin. Aku merasa begitu terpukul namun tak satu pun dari mereka peduli terhadapku. Mereka seakan-akan menutup rapat-rapat mata dan telinga mereka. Dan semua itu membuatku mati rasa. Aku lebih memilih diam dan mengurung semua emosiku. Aku tak lagi mau peduli terhadap orang lain, termasuk terhadap saudaraku sendiri. Yang kupedulikan hanyalah aku dan diriku sendiri.

Aku hidup dalam dunia yang kuciptakan sendiri.

Tapi kedatangan gadis bermata biru itu mengacaukan segalanya. Pelan-pelan dia menyusup, masuk ke dalam ruang pribadiku. Hingga tanpa kusadari, segel yang selama ini mengurung seluruh emosiku telah robek.

Bersamanya, tak satu pun emosi yang mampu kutahan.

Tidak hanya marah, namun aku juga tertawa.

Marah padanya, tertawa bersamanya.

Saat berada di dekatnya aku merasa begitu nyaman. Namun semua kenyamanan itu membawaku pada sebuah ketakutan baru. Kelak, saat aku dan dia harus berpisah, bisakah aku melepaskannya?

Kurasa tidak. Tapi aku harus!

Dari luar aku masih tampak sama, aku masih Shade yang dulu. Tapi di dalam sini, sebenarnya aku mulai meragukan diriku sendiri.

Aku ... sudah berubah.

Tadi aku melihat Iynx pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup. Perutku menggelenyar melihatnya menggigil. Diam-diam aku mengikutinya, berjalan di belakangnya. Iynx memiliki catatan yang buruk dengan tangga. Dan benar saja, dia terpeleset.

Saat itu juga aku meneriakinya. Namun sebenarnya aku sedang meneriaki diriku sendiri.

Lalu ketika dia mengatakan bila kedua orangtuanya telah tiada, aku sangat tersentuh. Dia tampak seperti ingin menangis, namun tak ada air mata yang mengalir. Aku tentu saja sudah tahu mengenai hal itu, hanya saja aku memilih berpura-pura tidak mengetahui apa pun. Aku tak ingin mengungkitnya hingga Iynx sendiri yang memulainya.

Dan malam ini, dia memulainya....

Untuk pertama kalinya dia membagikan cerita mengenai orangtuanya padaku. Tidak banyak dan itu malah membuatku ingin tahu. Lebih banyak, lagi, dan lagi.

Aku tertarik oleh skema hidup seorang gadis bernama Iynx Phoebe Parish.

Perasaanku ini begitu tak menentu. Apa yang sebenarnya tengah kurasakan pada Iynx, aku benar-benar tak tahu. Bagiku ini lebih dari sekadar perasaan nyaman. Dengannya, aku bisa bertukar kata tanpa perlu menyembunyikan emosiku.

Iynx, dia benar-benar berbeda. Dia ... dapat menyentuh emosiku dengan mudah.

Mulanya aku begitu kesulitan beradaptasi dengannya. Tapi tanpa kusadari—entah sejak kapan, aku mulai terbiasa olehnya. Tanpanya, seperti ada bagian dari diriku yang hilang.

Tidak lengkap.

Iynx, dia telah membebaskan seluruh emosiku. Dia memiliki tempat khusus di hatiku. Tempat yang selama ini terkunci rapat. Tempat yang tak seorang pun pernah masuk ke dalamnya.

Kecuali dirinya.

Iynx ... apa yang telah kau lakukan padaku?

***

"Pagi, Shade." Iynx menyapaku tepat pada saat aku selesai membuat kopi.

"Hm."

"Kira-kira apa yang kita bisa makan untuk sarapan?"

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang