Bab 16

60 6 0
                                    

IYNX

Aku menghirup napas panjang, berusaha memasukkan udara sebanyak-banyaknya ke dalam paru-paruku. Bekunya musim dingin telah digantikan oleh hangatnya musim semi. Ini sudah cukup hangat meski matahari masih bersinar malu-malu.

Kualihkan pandanganku dari layar laptop dan menoleh ke luar jendela. Ranting-ranting menghijau oleh tunas daun, kuncup bunga mulai bermunculan, kicauan burung yang selama musim dingin menghilang kini terdengar lagi.

Kehidupan baru telah dimulai.

Musim berganti. Udara menghangat. Tapi kenapa hatiku masih terasa beku?

Setelah hari itu, aku dan Shade masih bertemu. Kami mengingkari kata 'terakhir' yang kami ucapkan sendiri. Diam-diam kami mengulangi kesalahan kami. Lagi dan lagi. Aku dan Shade terlena dalam kubangan dosa. Hingga dua bulan lalu aku memutuskan untuk mengakhirinya.

Berat. Tapi kami harus berhenti.

"Nothing is so beautiful as spring, right?" Suara Light terdengar sangat dekat di telingaku.

Aku terjingkat. "Kau mengagetkanku."

"Aku sudah berdiri di sini sejak lima menit yang lalu. Kau saja yang tidak menyadari kedatanganku." Light duduk di sebelahku dan menyodorkan diet coke padaku.

"Thanks."

Light memperhatikan layar laptopku. "Wolfson College, huh?"

Aku mengangguk.

Ya. Aku harus menempuh pendidikan di sana tiga hingga empat tahun sebelum melanjutkan ke jenjang selanjutnya di University of Cambridge.

Itu akan jadi perjalanan yang panjang. Atau ... sebuah pelarian yang panjang. Paling tidak aku tak perlu bertemu dengan Shade dalam jangka waktu yang lama.

"Kau yakin akan melanjutkan pendidikanmu di Wolfson?" tanyanya mengambang. Keningnya berkerut. Matanya masih menatap tajam layar laptopku.

Aku melipat laptopku. "Memangnya ada yang salah dengan Wolfson?" Aku penasaran dengan apa yang bergelayut di benaknya.

"Tidak juga. Hanya sedikit ... aneh."

Aku membuka kaleng sodaku dan meneguknya sedikit.

"Kau terkesan seperti tengah melarikan diri dari sesuatu. Pergi sejauh mungkin dari sini," imbuhnya.

Aku terkekeh. "Sekalipun aku tak pernah mengatakannya padamu, kau selalu mengerti."

Light berdehem.

"Atau mungkin kau bisa membawaku lari ke kutub utara?"

"Akan kulakukan jika kau memang menginginkannya," balasnya datar.

Aku terhenyak. Light sedang tidak bercanda.

"Tak bisakah aku menggantikannya?" tanya Light. "Menggantikan posisi Shade di hatimu dan pelan-pelan mengobati luka yang telah ditorehkannya?"

Aku menggeliat tak nyaman. "Light, jika bisa aku juga ingin menyukaimu seperti aku menyukai Shade. Kau itu seribu kali jauh lebih baik dari Shade."

"Lalu kenapa kau malah menyukainya?"

"Karena aku jatuh cinta dengan semua kekurangan dan keburukan Shade," sahutku dengan suara yang kian menghilang.

Rasa sukaku pada Shade hanyalah segumpal ketulusan yang tak memerlukan alasan.

Tatapan dingin matanya dan sikapnya yang acuh tak acuh itulah yang sanggup membuat dadaku berdegup kencang. Hingga pada akhirnya aku lepas kendali. Aku tak dapat menahan diriku untuk tidak jatuh cinta padanya.

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang