SHADE
Sepasang anting dengan berlian kecil berwarna biru muda itu menarik perhatianku. Benda itu pasti cocok dikenakannya. Kedua sudut bibirku naik perlahan saat aku membayangkannya mengenakan anting itu.
Diam-diam aku menyuruh pramuniaga untuk mengambilkannya untukku. Tanpa pikir panjang, aku pun membelinya.
"Shade, bagaimana dengan yang ini?" Nadia kembali bertanya padaku, entah untuk yang keberapa kalinya.
"Bukankah sudah kubilang pilih saja mana yang kau suka. Bagiku semua cincin di sini terlihat bagus saat kau kenakan," balasku malas.
Sekitar satu setengah jam berikutnya kami akhirnya keluar dari toko perhiasan. Setelah itu kami berempat makan siang sebelum akhirnya memutuskan untuk ke Central Park.
Sepanjang jalan aku hanya memandang ke luar jendela. Kali ini aku duduk di depan dengan Light. Sedangkan Iynx duduk di belakang bersama Nadia.
Saat melewati Rockefeller Center, pandangan mataku tertuju pada sebuah pohon Natal raksasa setinggi hampir tiga puluh meter yang diletakkan di sana sejak akhir November lalu. Pohon pinus berjenis norway spruce itu dihias oleh ribuan lampu kecil yang akan terus berkelip hingga tahun depan.
"Ramai sekali." Light mengeluh.
"Huh." Tentu saja ramai. Banyak orang berkerumun hanya untuk berfoto di depan pohon Natal raksasa tersebut.
"Apa kakekmu mendonasikan pohon Natal setiap tahunnya?" tanya Light pada Nadia. Tahun ini Stanley Dagwood mendonasikan sebuah pohon Natal untuk event Christmas Tree Lighting yang rutin diadakan tiap tahun di Rockefeller Center.
"Baru tahun ini," jawabnya. "Kakekku ingin namanya tercatat dalam sejarah."
"Kakekmu memang seperti itu, bukan? Ingin seluruh dunia mengenalnya."
"Yeah. Dan kadang-kadang itu membuatku muak."
Aku hanya diam. Tidak ikut ambil bagian dalam perbincangan mereka.
Setibanya di Central Park aku berjalan malas mengikuti mereka bertiga.
"Kalau kita kemari waktu musim semi pasti lebih indah." Nadia menggumam sembari menebar pandangan ke sekelilingnya.
Bagiku akan lebih indah bila kita tidak kemari. Hari Minggu membuat tempat ini sepuluh kali lebih ramai ketimbang biasanya.
"Bagiku lebih indah saat musim gugur." Iynx menanggapi.
Musim gugur?
Aku mengerutkan dahi. Mayoritas orang berpikiran musim semi lebih indah dibandingkan musim gugur. Tapi kenapa....
Aku menghela napas, memang seperti itulah Iynx. Jalan pikirannya selalu berbeda dari kebanyakan orang dan itu membuatnya sulit untuk ditebak.
"Kenapa musim gugur? Apa kelebihan musim gugur dibanding musim semi?" Aku penasaran.
Iynx menaikkan kedua bahunya. "Entahlah, tapi aku lebih suka melihat daun-daun maple yang memerah daripada melihat tunas daun yang menghijau."
Aku menggaruk belakang kepalaku. Selalu saja hal yang tidak penting. Sebenarnya apa saja yang ada di dalam kepalamu itu?
"Saat malam Natal, acara apa yang diadakan di sini?" Iynx bertanya.
"Pesta kembang api," jawab Light. "Lalu ... penyalaan lampu pohon Natal."
"Wah, aku ingin melihatnya."
"Dengan senang hati aku akan menemanimu," balas Light. "Kalau kau mau kita bisa mengajak Jacob."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind Blows
Romance[DITERBITKAN OLEH HD PUBLISHER - 2017] Aku bertemu dengannya tepat di saat daun-daun mulai berguguran. Dia yang memiliki tatapan sedingin es. Dia yang bersikap acuh tak acuh. Lalu kami mulai bertengkar, kemudian berbaikan. Kami berbicara, bertukar...