Elsa
Aku menendang batu kerikil yang ada didekat sepatuku. Rasanya aku ingin melampiaskan rasa kesalku saat ini. Terutama pada Aden.
Bagaimana bisa dia mengatakan tidak bisa mengantarku pulang, disaat aku sudah menunggunya diparkiran hampir setengah jam. Kenapa tidak bilang sejak pagi?
Dan bodohnya aku baru ingat, jika ponselku mati karena baterainya sudah habis sejak jam istirahat tadi. Terpaksa aku kini sedang menunggu taksi yang lewat dihalte dekat sekolah.
Sebenarnya yang membuatku kesal bukan hanya Aden yang tidak bisa mengantarku pulang, tapi saat bocah itu bilang bahwa aku akan diantar oleh Alvin. What the...
Aku mendesah pelan, dan sekarang aku kabur ke halte, sebelum Alvin tiba di parkiran dan mengajakku pulang bersamanya. Kalau dipikir-pikir aku terlihat aneh, karena begitu keras menghindarinya. Aku juga tidak mengerti kenapa aku melakukan ini.
Aku langsung membalikkan badan, begitu melihat motor Alvin keluar dari gerbang.Bego lo, emang bego! Mau menghindar dari Alvin tapi malah nunggu taksi di halte sekolah.
Suara decitan rem yang berhenti di depanku, membuatku melihat kearah depan. Aku merasakan bahuku yang menurut saat melihat Alvin turun dari motornya.
“Kata Aden... –“ Aku tidak mendengarkan lanjutan ucapannya, dan berdiri berjalan melewatinya yang berdiri beberapa langkah dariku.
“Cepetan panas!” Seruku, begitu melihat Alvin masih berdiri ditempatnya.
Sedetik kemudian Alvin berjalan menghampiriku yang sudah berdiri disamping motor hitamnya. Dia memberiku helm putih, dan aku menerimanya.
“Pegangan.” Titahnya.
Aku menghela napas dan memegang ranselnya yang berada dipunggung cowok itu.
Mau bagaimana lagi, kalau pun aku keras menolak pulang bersama Alvin, cowok ini akan tetap memaksa. Dan aku tak mau kalau sampai ada murid lain yang melihat kami pulang bersama, bisa jadi bahan perbincangan besok di sekolah.
Motor Alvin memasuki basemen apartemen, aku langsung turun, melepas helm dan mengembalikannya pada Alvin.
“Jadi lo bener naik motor gue lagi,” ucapanya, aku tidak menghiraukan dan terus berjalan menuju lift.
Aku sempat mengerjap saat mendengar ada yang memanggil nama Alvin.
Kak Riki
“Ngapain lo?” tanya Kak Riki
Alvin melirikku sekilas, “Ketempat tante gue, lo ngapain?”
“Oh iya, gue lupa lo punya tante yang tinggal disini... Gue lagi jemput Rara yang kerja kelompok ditempat temennya.”
“Yakin Rara?”
Aku mendengar suara Kak Riki yang tertawa.
“Eh, itu Elsa kan?”
Sial! Kenapa juga aku malah diam, bukan lanjut jalan saja.
“Elsa!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly In Love
Teen FictionAku tak pernah menyangka bisa mencintaimu. Ini terlihat aneh. Tapi semenjak kamu hadir dalam hidupku, aku tidak lagi merasa kesepian. Dan berkat kamu juga, aku jadi tau artinya cinta. - Elsa Khansa Putri Langkah yang kita ambil, eman...