7. Care

493 88 34
                                    

  Alvin

Gue meringis pelan, saat rasanya semua bagian wajah gue bengkak. Ditambah lagi perut, tangan, kaki, punggung, semua badan gue sakit semua. Kepala gue juga mendadak pusing.

"Kata gue juga ke rumah sakit aja!"

Gue menoleh pada gadis yang sudah membawa kotak P3K kecil dan baskom berisi air, lalu dia kembali pergi entah kemana.

Gue memijit kepala gue yang berasa kleyengan.

Elsa kembali lagi membawa handuk kecil dan tisu.

"Obatin dulu lukanya, Vin."

Gue mengangguk, dan mengambil handuk kecil yang sudah dibasahi oleh air hangat.

Gue meringis saat handuk menyentuh pelipis gue. Perih.

"Sebelah sampingnya, Vin." Gue melihat kearah Elsa yang mengarahkan letak luka gue yang harus dibersihkan, kayak tukang parkir. Sebelah sana, sebelah sini. Makin pusing kepala gue.

Gue melirik Elsa, "Sama lo aja, Cha." Sambil menyodorkan handuk yang masih gue pegang.

"Nggak pa-pa?" tanyanya

"Iya Cha, gue udah nggak ada tenaga buat bersihin ini semua."

Walau kelihat ragu, tapi Elsa menerima handuk yang gue pegang, dan mengangkat tangannya untuk mulai membersihkan luka di wajah gue.

"Belah sinian Cha, elah. Masa jauhan gitu, susah lo bersihinnya."

Elsa mendekatkan duduknya lebih dekat, dan mulai kembali lagi membersihkan luka gue.

Gue sedikit menahan tawa sebenarnya. Setiap gue meringis sakit atau perih, Elsa juga ikut meringis. Seolah dia juga ikut merasakan sakit. Padahal kan yang bonyok gue bukan dia, tapi dia kayak yang kesakitan juga.

Elsa lucu banget kalau mukanya lagi kayak gitu.

Lamunan gue yang lagi memandang wajah Elsa pecah, begitu ponsel gue bunyi tanda ada panggilan masuk.

"Kenapa Val?"

"Lo nggak pa-pa?"

"Kenapa?"

"Gue denger tadi ribut-ribut katanya anak sekolah kita ada yang dipukulin preman, gue denger katanya itu elo?"

Gila ya kalau gosip emang cepet banget nyampenya. Padahal belum juga sejam setelah kejadian tadi, tapi langsung udah pada tahu kalau itu gue.

Astagfirullah, gue refleks menepuk jidat gue.

"Kenapa Vin?" gue langsung melihat kearah Elsa yang masih duduk di depan gue. Setelah selesai teleponan dengan Noval, gue inget kalau motor gue masih di halte.

"Gue balik lagi ke sekolah ya."

"Mau ngapain?"

"Motor gue ketinggalan." Sialan badan gue rasanya remuk semua padahal cuma dibawa berdiri.

"Tapi kan luka lo..."

Suddenly In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang