25. Ungkapan Dalam Pelarian

274 26 34
                                    

  Elsa

Aku membalikkan tubuhku ke kanan dan kiri. Aku tidak bisa tidur. Pikiranku terus tentang Alvin.

Dia dimana sekarang?

Aku sangat cemas dengan keberadaan dan keadaannya. Sangat mencemaskannya.

Aku tau perasaan dia saat ini. Pasti sangat kecewa. Mungkin lebih menyakitkan dari padaku.

"Kenapa harus pake acara kabur-kaburan sih?"

Aku mengambil ponsel dan kembali menghubungi nomer Alvin, tapi masih tidak aktif.

Karena kesal aku melempar ponselku asal kesampingku.
Aku mengerjap saat mendengar ada yang membuka pintu. Siapa yang datang malam-malam seperti ini? Jam setengah dua belas malam?
Jangan bilang maling? Atau pocong?

Aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut, lama aku menunggu tidak ada langkah kaki atau apa pun.
Jangan-jangan beneran pocong? Tapi kan pocong loncat-loncat. Apa cuma perasaan gue doang ya, ada yang buka pintu?

Aku mengumpulkan semua keberanianku untuk mengecek keluar, tapi sebelum itu aku harus mencari senjata untuk jaga-jaga.

Saat aku membuka pintu kamar, aku berlonjak kaget ternyata ada seseorang yang berdiri di depan pintu kamarku.

"Aaaaaaaaaarrrghh." Tanganku bergerak memukul siapa pun itu.

"Elsa, aw... - Cha, eh. Ini gue... Elsa woy!"

Aku berhenti dan membuka mataku yang memang tertutup.

"Alvin? Lo beneran Alvin?" Begitu sadar ternyata itu memang Alvin, aku langsung menubrukkan tubuhku ke dalam tubuh Alvin. "Lo kemana aja?"

"Gak kemana-mana, elah, lo make acara mukul gue segala."

Aku melepas pelukanku. "Lagian lo bikin takut, gue kira pocong."

"Pocong? tapi lo pukul pake guling, disangka temennya ntar," Aku melirik guling yang tergeletak tragis di lantai. "Lo belom tidur? Apa kebangun?"

"Gue gak bisa tidur, gara-gara elo tau gak!" Alvin keliatan bingung. "Lo kemana aja sih? Ngilang gitu aja! Semua tuh khawatir nyariin elo!"

Alvin berbalik badan dan berjalan ke arah ruang tv, aku mengikutinya dari belakang dan duduk di sebelahnya.

Alvin menyadarkan kepalanya dan memejamkan mata.

Aku diam tidak tau harus mengatakan apa. Aku hanya menatap mata Alvin yang tertutup, seperti waktu itu.

Alvin terlihat lelah.

"Vin, lo istirahat aja dulu disini, biar gue siapin bantal sama selimutnya," Aku berdiri dari duduk dan berpikir sejenak. "Eh, tapi kalau elo mau tidur di kamar gue gak pa-pa, tapi jangan macem-macem."

Alvin membuka matanya, kami saling tatap dalam diam. Tuh kan mulaikan, jantungku.

Aku menyerah, dan melepas tatapanku

Saat akan melangkah menuju kamar, tertahan karena Alvin menggenggam tanganku.

"Duduk dulu, Cha." Titahnya
Walau sedikit bingung, aku menurut, genggaman tangan Alvin belum dilepas.

Kami kembali diam, aku lebih memilih menatap ke arah lain dari pada ke Alvin.

"Cha, gue mau ngomong sesuatu?"

Aku mengernyit. "Ngomong apa?"

"Gue sayang sama lo."

Ok, relaks Elsa. Aku berdeham. "Udah tau, kan elo udah pernah bilang," jawabku

Suddenly In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang