Elsa
"Ngapain kita ke panti asuhan?"
Aku menatap Alvin dengan bingung. Dia memberhentikan motornya di depan halaman sebuah Panti Asuhan.
"Lo mau ngadopsi anak?" tanyaku lagi."Banyak nanya, ayok masuk." Aku mencibir dan membuntuti Alvin dari belakang.
"Assalamu'alaikum," ucap Alvin saat sudah berada di depan pintu Panti.
"Wa'alaikumsalam." Terdengar sahutan dari dalam. "Loh Aa, kok kembali lagi, katanya mau pulang?" Keluar seorang wanita dewasa, dia memanggil Alvin dengan sebutan Aa.
"Masih pengen mampir sebentar, Bunda."
Wanita yang Alvin panggil Bunda itu tersenyum dan mempersilahkan kami masuk.
Aku duduk di sofa, di sebelah Alvin.
"Bunda kenalin ini Elsa."
Aku tersenyum dan menyalami tangan Bunda.
"Cha, ini Bunda Desi yang ngurus Panti ini."
"Elsa," ucapku
"Panggil saja Bunda Desi," balas Bunda Desi. "Elsa, pacar Aa?"
Aku tersipu malu. Jangan tanya itu dulu Bunda, masih belum tau, batinku.
"Bunda itu ikannya di gimanain lagi." Terdengar teriakan dari dalam.
"Iya sebentar. Aa, teh Elsa, Bunda tinggal sebentar ya, lagi masak." Aku dan Alvin mengangguk.
Aku menatap Alvin dengan tanda tanya besar. Kenapa dia membawaku ke panti asuhan? Dan kenapa Bunda-Bunda itu kenal dengan Alvin? Kenapa juga Bunda tadi bertanya Alvin kembali lagi? Berarti sebelumnya Alvin sudah pernah kesini?
"Kenapa ngeliatin? Iya tau kok, tau, gue ganteng, udah gak usah diliatin terus."
"Lo harus cerita semuanya ke gue," tuntutku pada Alvin..
Alvin mendengus. "Lo emang manusia kepo."
"A Alvin balik lagi?" Aku dan Alvin menoleh pada anak kecil laki-laki yang mungkin usianya enam atau tujuh tahun. "Nanti kita main bola lagi yuk, A."
Alvin mengangguk. "Iya nanti kita main lagi ya."
"Asyik main bola lagi sama A Alvin!" teriak anak laki-laki itu antusias.
"Eza, jangan diganggu Aa sama Tetehnya, main di luar dulu sana." Datang seorang gadis perempuan yang berjilbab, membawa nampan yang berisi dua cangkir kelas, dan potongan bolu di piring. "Di minum dulu, A, teh." Aku dan Alvin mengangguk.
"Elsa, ini Ririn anak panti di sini. Rin, ini Elsa."
Ririn dan aku bersalaman.
"Vin," panggilku, Alvin menengok. "Pengen ikut ke toilet."
"Mau ke toilet, Teh?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan Ririn. "Hayu Teh, diantar."
Aku berdiri dan mengikuti Ririn dari belakang. Sejak di jalan tadi, aku memang sudah ingin ke toilet, tapi aku tahan karena Alvin mengatakan kalau kami sudah hampir sampai.
Begitu selesai melepas lega, aku ke luar dari toilet. Letak toilet Panti Asuhan ini tidak begitu jauh dari dapur, sehingga aku bisa melihat Bunda, Ririn dan dua anak perempuan lain sedang berkutat dengan masakan mereka. Aku menghampiri mereka.
"Masaknya banyak ya, Bun?" Bunda menoleh.
"Iya, maklum yang makannya juga banyak hehe."
"Emangnya ada berapa jumlah anak panti disini, Bund?" Aku seperti sudah mengenal lama Bunda Desi, padahal baru tadi bertemu. Tapi lidahku begitu lancar melontarkan pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly In Love
Teen FictionAku tak pernah menyangka bisa mencintaimu. Ini terlihat aneh. Tapi semenjak kamu hadir dalam hidupku, aku tidak lagi merasa kesepian. Dan berkat kamu juga, aku jadi tau artinya cinta. - Elsa Khansa Putri Langkah yang kita ambil, eman...