Elsa
“Ya ampun, lo pasti lucu banget Tra, kalau misalkan pakai bulu-bulu gitu hahaha.”
“Please deh, Ra. Nanti Madonna kalah sekseh dari pada gue.”
Aku hanya tertawa mendengar candaan Naura dan Putra.
“Gue mau ngomong sama lo, bisa?”
Aku mendongak kepala, dan melihat sosok Alia sudah berdiri di samping mejaku. Pantas aja keadaan kelas sudah tidak seberisik tadi.
“Ngomong aja.” Aku berusaha untuk tetap santai.
“Gak di sini!”
“Kalau lo mau ngomong sama Elsa, berarti kita juga ikut.”
“Gue gak ada urusan sama lo,” Alia menunjuk Naura. “Gue cuma butuh sama temen lo yang satu ini.” Dan jari telunjuknya berpindah padaku.
Aku tidak suka situasi seperti ini, sekarang aku menjadi pusat perhatian teman-teman sekelasku.
“Ya udah, lo mau ngomong dimana?” biar cepat selesai.
“Ikut gue!” titah Alia. Naura dan Putra juga beranjak dari kursi ingin ikut denganku, tapi aku melarang. Karena aku tidak ingin melibatkan mereka.
*.*.*.*
“Sekarang lo mau ngomong apa?”
Aku pikir Alia akan membawaku ke gudang belakang sekolah, tapi dia membawaku ke toilet.
“Gue gak suka lo deket-deket sama Abang gue!” Alia menekankan suaranya pada akhir kalimatnya.
Ok, ini pasti soal yang kemarin.
“Gue pikir Alvin udah jelasin ke elo.”
Saat di jalan pulang kemarin aku memang sempat khawatir dengan sikap Alia, yang menatapku dengan tatapan membunuh. Tapi entah ingin menenangkanku, Alvin mengatakan kalau dia akan menjelaskan sendiri pada Alia. Aku sedikit tenang.
Tapi sepertinya aku tidak bisa benar-benar bernapas dengan tenang, mata Alia begitu membara, dia seperti begitu emosi berhadapan denganku.
“Gue gak peduli apa pun yang dibilang Abang gue ke gue. Tapi gue cuma minta lo jauh-jauh dari keluarga gue!”
Aku diam sejenak, setelahnya senyum miringku tersirat dibibirku. Keluarga gue...
“Gue... –“
“Lo cuma parasit di keluarga gue, lo perusak keluarga gue. Cukup nyokap lo yang udah hampir rebut bokap gue. Gue gak mau lo sampai rebut Abang gue!”
“Gue gak pernah rebut abang lo!”
“Sekarang gue tanya, niat nyokap lo bawa masuk keluarga gue buat apa?”
Aku menghembuskan napas, mencoba agar tidak terpancing emosi. “Alia, lo kebanyakan nonton sinetron. Nyokap gue gak ada hubungannya dalam hal ini, Alia.”
Alia tertawa datar, lengannya melipat di depan dada. “Jelas ada Elsa, kalau aja nyokap lo gak bawa anak haram kayak lo, keluarga gue gak bakalan kacau kayak sekarang. Gara-gara kehadiran lo, bokap nyokap gue hampir cerai. Gara-gara kehadiran lo, Tante Andira dan bokap gue selalu berantem. Semua gara-gara elo!!!”
“Anak haram...?!” desisku
Alia mengangguk puas “Yaps, lo anak haram. Gak sadar?”
Aku menggigit bibir bawahku dan menundukkan kepala, sadar penglihatanku sudah blur karena air mata yang sudah memenuhi kelopak mataku hampir tumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly In Love
Teen FictionAku tak pernah menyangka bisa mencintaimu. Ini terlihat aneh. Tapi semenjak kamu hadir dalam hidupku, aku tidak lagi merasa kesepian. Dan berkat kamu juga, aku jadi tau artinya cinta. - Elsa Khansa Putri Langkah yang kita ambil, eman...