2. Modal Nekat

828 178 49
                                    


  Elsa

Aku sedang memasukkan buku pelajaran ke dalam tas, karena jam pelajaran Bu Rinda — guru bahasa Indonesia sudah selesai dan berganti menjadi jam istirahat. Beberapa murid mulai berhamburan keluar.

"Cha, ngantin yuk!" Aku mengangguk sebagai jawaban ajakan dari Naura.

Sejak MOPD, kelas 10, dan sekarang kami sudah di kelas 11. Aku dan Naura selalu mendapati kelas yang sama. Syukurlah. Karena hal itu pula kami menjadi sahabat. Sebenarnya aku bingung jika nantinya aku akan berbeda kelas dengan Naura, karena aku termasuk anak yang sulit berbaur dengan yang lain.

Entahlah, aku sangat sulit membuka diri untuk orang yang baru saja aku kenal, atau mendekatiku. Termasuk orang yang ingin berteman.

Berbeda dengan Naura, justru kebalikan dariku. Sejak aku berteman dengannya, ada saja murid dari kelas lain yang sudah kenal dengan Naura. Jadi jangan heran kalau sedang jalan di sepanjang koridor dengan gadis ini, akan sering berhenti atau mendengar sapaan dari orang lain.

"Oh my God, Selena Gomez mau ngeluarin album tahun depan. Yeyyy!"

Satu lagi temanku, Putra. Kami kenal saat duduk di kelas 11. Dia cowok yang sangat ramai dan asik jika sudah mengenal cowok itu. Banyak dari teman sekelas ku yang sering mengejek kepribadian Putra, bahkan dari mereka ada yang mencemooh. Aku dan Naura sempat kasihan melihatnya, akhirnya beberapa kali kami mengajak Putra untuk bergabung. Hingga akhirnya kami bisa sedekat ini. Tidak ada yang salah berteman dengan Putra, dia anak yang baik, walau terkadang berisik. Apa lagi jika dekat dengan cowok yang menurutnya tampan, dia jauh lebih agresif dibanding aku dan Naura. Tapi hal itu tidak membuat kami risih atau terganggu, malah terkadang sifat aktif Putra menjadi vitamin tersendiri untuk aku dan Naura.

*.*.*.*

"Gue ke toilet dulu ya, kalian ke kelas aja duluan," ucapku begitu kami akan kembali ke kelas.

Putra dan Naura mengangguk, dan kami berpisah.

Aku membuka pintu bilik kamar mandi sekolah, dan melepas hasrat ku yang ingin buang air kecil sejak keluar dari kantin tadi. Lega.

Setelah selesai mencuci tangan di wastafel, aku keluar dari kamar mandi dan berniat kembali ke kelas. Namun langkahku terhenti begitu melihat cowok yang sudah berdiri di dinding samping pintu toilet. Yang aku tahu dia adalah cowok yang mengejarku sejak aku masuk di sekolah ini.

"Kak Riki, bikin kaget aja."

Kak Riki terkekeh. "Sori, Cha. Tadi gue manggil lo pas di kantin tapi kayaknya lo nggak denger. Jadi gue kejar lo. Eh, tau-taunya lo masuk ke toilet. Hampir aja gue ikut masuk."

Mataku melebar seketika. "Hahaha kan hampir Cha, nggak sampe ikut masuk kok gue, sumpah," katanya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya hingga membentuk huruf V.

"Hehe iya, Kak. Ada apa ya Kak nyari aku sampe nyusul ke toilet segala?"

Kak Riki menggaruk belakang kepalanya. "Engg, anu Cha. Gue mau kenal sama lo, Cha."

Aku mengernyit. "Maksud Kaka? Kan kita udah kenal?"

"Ma-maksud gue, gue mau... —"

Suddenly In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang