16. Memperbaiki Keadaan

290 32 24
                                    

  Elsa

"Masih lama ya, Cha?" Entah sudah berapa kali Alvin mengajukan pertanyaan itu, dia memang tidak sabaran.

"Bentar lagi, nanggung nih."

"Emang nyari novel yang kayak gimana sih?"

Aku menghembuskan napas. Memang sudah hampir satu jam kami di toko buku ini, dan aku tidak bergerak ke rak mana pun. Fokus pada rak novel. Aku sudah memberi saran Alvin untuk jalan-jalan ke toko lain kalau dia bosan, tapi cowok itu menolak dan tetap pada pendiriannya yang menungguku. Tapi gitu, dia terus saja gerutu menanyai kapan aku selesai.

Mataku masih membaca sinopsis novel yang sedang aku pilih. Memilah kira-kira novel mana yang ceritanya bagus menurutku. Namun pandanganku beralih pada 3 gadis remaja yang sedang berbisik, salah satu dari mereka menunjuk Alvin yang sedang duduk di kursi yang disediakan oleh toko buku.

Lalu ketiga gadis itu, berjalan mendekat rak buku yang tau jauh dari Alvin duduk. Salah satu dari mereka berusaha menggapai buku yang berada paling tinggi di rak. Dan tanpa aku duga, Alvin bangun dari duduknya lalu membantu mengambilkan buku yang dimaksud anak perempuan itu.

Dasar cewek modus, batinku.

"Udah empat gitu masih kurang?" Aku berlonjak kaget saat mendapati Alvin sudah berdiri di sampingku, sejak kapan?

Pandanganku kembali beralih pada ketiga gadis remaja tadi, mereka masih mencuri-curi pandang pada Alvin.

"Bentar lagi nanggung, biar sekalian belinya."

Alvin menyadarkan punggungnya pada salah satu rak, mengeluarkan ponsel dari sakunya dan hening sambil mengotak atik ponselnya.

"Yah, udah punya pacar." Celetuk salah satu dari tiga remaja itu, entah sengaja atau tidak. Jarak kami memang tidak begitu jauh, tapi dia begitu keras mengatakannya.

Aku melirik Alvin sekilas yang masih fokus dengan ponselnya. Saat gadis yang berceletuk tadi berjalan kearahku, dia menatapku dengan... Entahlah.

Aku berdeham, membuat dia melihatku.

"Saya bukan pacarnya," ucapku

"Eh, bu-bukan gitu maksudnya," kata gadis dengan kaus hijau muda ini.

Aku hanya tersenyum

"Kenapa?" Asli, dia kenapa sih sering banget datang tiba-tiba gini? Bikin kaget.

"Eng-enggak kok, bukan maksud ke kaka tadi ngomongnya," ucap cewek itu lagi, lalu pergi.

"Kenapa sih?" tanya Alvin lagi

Aku menghela napas, "Gak pa-pa."

Aku kembali melihat-lihat novel yang akan aku beli, dan mataku berhenti pada novel dengan cover seorang gadis sedang duduk sendiri di sebuah kursi dengan payung di tangannya. Tapi letak novel itu berada di jajaran rak paling atas. Aku berusaha menggapai, tapi tidak sampai.

"Vin," Alvin menoleh. "Ambilin." Pintaku, sambil menunjuk novel yang aku maksud.

"Makanya punya badan ditinggiin." Cibir

"Giliran cewek yang tadi, tanpa diminta, lo ambilin. Gue pake acara gugurutu segala." Sungutku

Alvin sudah mengambil novel yang aku maksud, dan memberikan padaku. "Gak usah cemburuan gitu deh."

Apa? Aku cemburu? Hahaha yang benar saja, aku cemburu.

"Mana ada jadi CEO di umur 21 tahun, ada-ada aja. Lulus kuliah juga belom tau. Udah jadi CEO." Alvin mengambil salah satu novel secara asal dan mengomentari setelah membaca sinopsis novel itu.

Suddenly In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang