15. Tersengat Lebah

274 35 31
                                    

  Alvin

Gue memberhentikan mobil gue di depan sebuah warung kelontongan yang gak jauh dari tempat pemakaman.

Yaps, hari ini gue nganter Elsa ziarah ke makam Mamanya. Setelah kemarin dia bilang kangen Mama, gue langsung mengajukan diri untuk mengantar. Dan Elsa setuju.

Elsa turun lebih dulu dari mobil, dan gue menyusul di belakangnya.

“Ibu!” teriak Elsa, begitu melihat si ibu warung, dan langsung masuk ke dalam warung.

“Ya ampun Eneng, udah lama gak kesini.”

Elsa gak canggung untuk meluk ibu warung itu, si ibu mengelus punggung lengan Elsa. Mereka kelihatan udah deket banget.

Si ibu langsung melirik gue. “Ini siapa, Neng?”

“Dia Alvin bu,” jawab Elsa, “Alvin, ini ibu Ipah.” Gue mengulurkan tangan dan langsung dibalas dengan si Ibu.

“Pacar?”

Elsa cuma senyum sambil ngelirik gue. “Bapak, mana bu?”

“Lagi pulang dulu sebentar.”

Elsa mengangguk kepala beberapa kali. “Ibu bikin goreng tempe gak?”

“Ini, ibu baru mau bikin.”

“Ya udah, Elsa ke Mama dulu ya bu.” Si ibu mengangguk.

“Vin, gue kesana dulu ya.” Gue mengangguk. “Lo tunggu sini aja,” titahnya.

“Ibu pernah liat adek ya sebelumnya?” tanya ibu Ipah begitu Elsa sudah meninggalkan kami berdua.

Gue tersenyum, gak nyangka ingatan si Ibu ampuh juga. “Iya bu, sekali.”

“Bu, ada Eneng?” tanya bapak yang baru aja datang.

“Ada pak, nih ngajak pacarnya.”

Gue tersenyum canggung, dan mengulurkan tangan gue untuk mengajak bapak salaman  “Alvin, pak.”

Si bapak tersenyum, “Pak Atsmo. Sudah lama?”

“Baru aja, pak.”

“Baru sekali ini saya lihat Elsa datang dengan orang lain.” Si bapak duduk di samping gue. “Maaf, tapi saya kaget. Biasanya dia sendiri.”

“Pernah pak, waktu lebaran sama satu keluarga.” Balas ibu.

“Oh iya, itu. Tapi selain itu gak pernah.”

“Elsa sering kesini ya, pak?” tanya gue.

Bapak mengangguk, “Dan selalu nangis setiap ke makam ibunya.”

Gue sedikit kaget.

“Dia sayang sekali sama ibunya. Apalagi waktu pertama dia datang, Almarhumah ibunya beruntung punya anak seperti dia.” Bapak diam sejenak. “Bapak sering lihat orang yang menangis, saat keluarganya ada meninggal. Tapi melihat Elsa, dia beda. Bapak juga gak tau kenapa? Hati bapak dan ibu terketuk melihat wajah polos dan air mata dia setiap menjenguk ibunya.”

“Biasanya kalau orang yang sudah meninggal sudah lewat bertahun-tahun, palingan keluarganya datang hanya hari-hari tertentu. Seperti lebaran, atau hari besar. Tapi Elsa hampir setiap minggu, malah enam bulan pertama hampir setiap hari. Hanya saja sudah sebulan ini, dia datang dua minggu sekali.” Jelas bapak.

Gue hanya bisa mendengarkan cerita bapak tentang Elsa. Fakta lain yang gue ambil dari bapak dan ibu pemilik warung.

Gak lama Elsa datang, “Ibu ini buat Elsa?” tanyanya saat melihat sepiring goreng tempe.

Suddenly In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang