23. Mampus Gue!

232 24 12
                                    

  Elsa

Aku berjalan mendekati pintu ketika mendengar suara bel. Selalu seperti ini, aku selalu merasa sesuatu yang berbeda ketika ada orang lain yang datang, karena aku memang tidak punya banyak kenalan disini.

Tubuhku terasa tidak bisa bergerak ketika pintu terbuka dan melihat siapa yang datang?

Aku, tidak sedang bermimpikan?

"Elsa?"

Aku mengerjap, "I-i-iya, ehm silahkan masuk."

Aku mempersilahkan masuk kepada, Apa ya aku memanggilnya, Tante atau... Mama?

Mamanya Alvin duduk di ruang tv yang sering aku fungsikan sebagai ruang tamu, karena apartemen ini tidak banyak mempunyai ruangan. Aku tinggal sendiri untuk apa tinggal ditempat yang luas.

Setelahnya aku menyuguhkan air minum.

Aku duduk di single sofa, bersebelahan dengan ehm Mamanya Alvin.

Kami saling diam, jujur saja aku bingung harus bagaimana? Kalau ditanya soal perasaanku... Entah lah, bisa dibilang saat ini aku senang, tapi aku tidak tau niat dia datang kesini dan malah akan berimbas menyakitkan untukku.

"Elsa, apa kabar?"

Aku mendongak kepala yang sejak tadi aku tundukkan. "Ba-baik." Tanya balik jangan ya?

Kami kembali saling diam.

"Elsa sudah kenal dekat dengan Alvin?"

"Iya," jawabku

"Kalau Alia?" aku menggeleng pelan.

Hening lagi.

"Maaf saya baru memberanikan diri untuk bertemu dengan Elsa," ucapnya. Aku mengangguk. "Saya senang kalau Elsa sudah saling menerima dengan Alvin... Dan, saya akan mencoba."

Aku langsung mengangkat kepala sepenuhnya, menatap Mamanya Alvin.

Dia tersenyum, "Saya harap Elsa juga bisa belajar untuk menerima saya sebagai Mama Elsa."

Rasanya aku ingin berteriak. Haruskah aku senang? Atau kecewa? Aku kira kedatangannya karena dia sudah mau menerimaku, ternyata dia baru mulai mencoba.

*.*.*.*

Aku meringis saat merasakan ada yang melempar sesuatu ke perutku, saat membuka mata ternyata ada Aden lalu disusul oleh Alvin.

"Yang udah punya pacar, sombong banget." Ledekku

"Abang lo udah punya pacar?" tanya Aden pada Alvin, pura-pura tidak mengerti perkataanku.

"Lo keles Aden, bocah ingusan yang sekarang udah kenal cewek." Aku bangun dari posisi tiduranku, dan duduk di sofa.

Aden terkekeh. "Jangan dulu bilang Bunda ya, apa lagi Kak Dea, Ok."

Aku menyeringai. "Butuh sesuatu buat tutup mulut."

Aden mengangkat tangannya yang memegang kantung plastik putih bermerek supermarket. "Cukup, kan?"

Aku mengambil kantung plastik dari tangan Aden dan melihat beberapa varian es krim rasa cokelat. "Gue pikir-pikir dulu." Lalu mengambil es krim cup dan membukanya.

"Apaan bisaan lo, Den. Itu es krim gue yang beli, enak aja dipake buat ajang tutup mulut Elsa."

Aden kembali terkekeh, "Ya elah, Bang. Gak bisa diajak kompromi banget lo," jawabnya. "Udah lah, gue cuma sebentar, mau ngambil sepatu futsal gue doang."

Setelah mengambil sepatu futsalnya Aden meninggalkan apartemenku. Dan sekarang, kembali lagi hanya ada aku dan Alvin, berdua.

Alvin sedang di dapur, aku tidak tau dia sedang membuat apa? Sedangkan aku sibuk membalas grup chat dengan Naura dan Putra. Kami memang punya grup chat sendiri, entahlah padahal hampir setiap hari kami bertemu, tapi saat di rumah seperti ini masih ada saja bahan obrolan yang kami bahas.

Suddenly In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang