03. Hukuman.

3.3K 285 80
                                    

"Jangan lupa kumpulkan tugas kelompok kalian hari Rabu. Jika tidak ada yang ditanyakan lagi kalian boleh istirahat," ucap Pak Bagas setelah bel pulang sekolah berbunyi.

"Ya Pak!" Seru semua murid yang berada di dalam kelas terkecuali Rio yang tengah tertidur pulas di mejanya dengan menenggelamkan wajahnya di balik kedua tangannya yang saling bersilang di atas meja.

Tanpa menunggu lama semua penghuni kelas XI-IPA 4 berhamburan keluar kelas menyisakan Ify, Sivia, Agni, Alvin, Cakka, Pak Bagas dan tentunya Rio yang masih terlelap di dunia mimpinya.

Tak sengaja kedua bola mata Pak Bagas memandang Rio yang masih tertidur di mejanya. Pria paruh baya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat salah satu muridnya yang tak pernah berubah selama berada di dalam kelas. Maklum saja Rio tak pernah sekalipun memperhatikan semua mata pelajaran saat KBM berlangsung. Rio selalu tidur di dalam kelas atau bolos jam pelajaran.

Tapi anehnya Rio selalu mendapat nilai paling tinggi di antara teman-temannya yang lain saat ulangan harian, UTS, UKK ataupun yang lainnya. Rio selalu mendapat peringkat pertama di sekolah padahal Rio tak pernah belajar, itulah yang membuat semua guru-guru bahkan kepala sekolah bertanya-tanya dengan nilai sempurna yang selalu Rio dapatkan.

Mencontek? Itu pasti tidak akan pernah terjadi pada semua murid-murid SMA Harapan Bangsa karena sekolah itu memiliki CCTV di setiap sudut kelas atau bahkan seluruh ruangan---kecuali toilet di sekolah itu hingga tak ada yang berani mencontek. Jika pun ada yang berani maka murid itupun akan langsung di-skors dari sekolah.

Sepertinya Rio memang murid yang jenius, namun sayang sifat pemuda itu sangatlah pemalas, pembuat onar dan suka mengerjai orang dengan kejahilannya.

Bahkan kepala sekolah yang terkenal tegas dan disiplin pun pernah dijahili Rio hingga membuatnya mendapat hukuman membersihkan daun-daun kering yang berserakan di halaman sekolah menggunakan sumpit, namun Rio tak pernah kapok untuk menjahili orang.

Pak Bagas melangkahkan kakinya menuju meja Rio, membuat Alvin, Cakka, Ify, Sivia dan Agni sedikit takut dan penasaran dengan apa yang akan dilakukan Pak Bagas terhadap Rio, karena Pak Bagas merupakan salah satu guru yang terkenal tegas dan disiplin, belum lagi Pak Bagas juga merupakan guru BK di SMA Harapan Bangsa.

"Rio," ucap Pak Bagas sembari mengguncang tubuh Rio pelan.

"Arion Keiver Zaidan!" kata Pak Bagas sedikit berteriak, namun Rio tak kunjung bangun dari tidurnya. Sepertinya Rio terlalu asyik untuk berkelana di alam mimpinya.

"ARION KEIVER ZAIDAN!! BANGUN!!!" teriak Pak Bagas cukup kencang hingga membuat Ify, Sivia, Agni, Cakka dan Alvin terlonjak kaget mendengar teriakkan Pak Bagas yang cukup mengerikan.

Sementara itu, Rio menggeliat pelan dalam tidurnya. Dengan perlahan kelopak matanya terbuka meski kantuk masih menguasainya. Rio mengerjapkan matanya sebentar menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Rio menegakkan tubuhnya dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena posisi tidur yang salah. Ia menatap Pak Bagas yang berdiri di samping mejanya dengan bingung.

"Lho, kenapa Pak Bagas masih ada di sini?" Rio melihat ke arah jam dinding yang berada di atas papan tulis di kelasnya, "bukannya ini sudah waktunya pulang?" Rio melepaskan headset yang menyumpal kedua telinganya selama jam pelajaran berlangsung.

"Rio, sudah berapa kali saya katakan, jangan pernah tidur selama jam pelajaran. Meski kamu murid yang cerdas tetapi kamu juga harus memperhatikan pelajaran di kelas...." Punggung tangan Rio menutup mulutnya yang terbuka lebar karna masih mengantuk. Rio menatap malas Pak Bagas yang masih mengomelinya.

Till the Sun RisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang