29. Telepon Dari Tuan.

2.1K 167 36
                                    

Rio berlari keluar dari kantin menuju kelasnya, saat ini yang ada di pikirannya hanyalah sepupu kurang ajarnya, Asshillani Humaira. Cewek yang kelihatan cantik dan anggun menurut Cakka itu nyatanya kini tengah berkelahi dengan Debo yang merupakan teman sekelasnya dan juga Shilla. Entah hal apa yang membuat Shilla harus berkelahi dengan Debo, tapi yang pasti dia harus segera menghentikan Shilla sebelum Debo harus dirawat di rumah sakit. Asal kalian tahu saja, jika Shilla sudah berkelahi maka gadis itu tak akan pernah berhenti sampai sang lawannya sekarat atau mati. Dan dia tak ingin Debo sekarat atau bahkan mati di tangan Shilla kemudian gadis itu masuk penjara. Dia tidak mau, memikirkan hal itu saja membuat kepalanya pening.

Maka dari itu setelah mendapat telepon dari Angel yang merupakan teman sekelasnya bahwa Shilla tengah memukuli Debo habis-habisan dia segera berlari dari kantin menuju kelasnya.

Rio tak habis pikir dengan murid-murid yang berada di kelas yang hanya menonton tanpa ada yang mau membantunya sama sekali untuk menolong Debo dan menghentikan Shilla.

"Shilla udah!" Rio mencoba memegang kedua tangan gadis itu tetapi Shilla selalu menepisnya. Rio melirik Debo yang saat ini benar-benar sudah babak belur dengan bersandar pada tembok tetapi Shilla masih terus memukuli Debo tanpa henti. Rio mencoba menarik gadis itu lagi menjauh dari Debo, namun Shilla tanpa sadar malah memukul pipinya hingga Rio terhuyung ke belakang kemudian kembali memukuli Debo.

Rio tak mempedulikan pipinya yang terasa sakit, cowok itu kembali berusaha untuk terus menarik Shilla dan menghentikan pukulan-pukulan gadis itu pada Debo.

"SHILLA!!" Dengan satu tarikan kuat Rio menarik tangan Shilla kemudian menampar pipi gadis itu agar sadar bahwa Debo benar-benar sudah tak bisa melawan lagi.

Shilla mematung di tempatnya masih syok karena tamparan tiba-tiba yang Rio layangkan padanya. Sementara Debo langsung ambruk ke lantai karena tak bisa menopang tubuhnya sendiri. Dia tak habis pikir bahwa gadis itu benar-benar jago berkelahi. Ia pikir mungkin dia tidak akan se-babak belur seperti ini karena memancing emosi Shilla, tapi sekarang apa? Ck dia menyesal sekarang. Ahh, tubuhnya terasa sangat remuk dan mungkin ada beberapa tulang yang patah karena pukulan brutal gadis itu.

Perasaan bersalah langsung menyelimuti Rio ketika dia sadar bahwa dia telah menampar sepupunya. Dengan gerakan cepat tangannya membawa Shilla ke dalam pelukannya, mengusap lembut rambut gadis itu.

"Maaf... maaf... gue... gue nggak sengaja nampar lo. Maafin gue Shill. Gue... gue cuma nggak mau lo terus-terusan mukulin Debo."

Shilla masih diam, gadis itu bahkan tak membalas pelukan Rio.

Rio masih terus memeluk Shilla erat dan juga membisikkan kata-kata permintaan maaf dan perasaan bersalahnya karena menampar gadis itu.

Pandangan mata Rio tak sengaja bertubrukan dengan mata Gabriel yang baru saja datang kemudian membantu Debo berdiri. Tak ada kata yang keluar dari mulut keduanya, hanya sebuah tatapan yang menyimpan kebencian dari Gabriel dan kerinduan dari mata Rio. Gabriel masih membencinya, dan Rio belum mengatakan apapun lagi tentang Vei agar Gabriel percaya setelah di pemakaman. Meski tak bisa dipungkiri ada perasaan senang saat mengingat Gabriel ikut membantunya berkelahi dengan The Dangers.

Rio memutuskan pandangannya dengan Gabriel dan kali ini menatap Debo yang dipapah Gabriel. Wajah Debo dipenuhi lebam bahkan bibirnya terlihat sedikit sobek dan berdarah. Ringisan pelan keluar dari mulut Debo ketika rasa nyeri dan sakit itu menjalar di setiap luka di wajah dan badannya.

Till the Sun RisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang