Rio berjalan menghampiri Ify yang masih duduk manis melahap nasi gorengnya. Dengan tergesa cowok itu mengeluarkan tiga lembar uang berjumlah seratus ribu rupiah itu dari dalam dompetnya dan meletakkannya di meja."Kita pulang." Rio menarik paksa tangan Ify yang hendak menyuap nasi gorengnya.
"Kenapa? Gue masih laper, Kus. Lagian lo juga belum makan ayam penyet lo."
Rio tak menjawab pertanyaan Ify, pemuda itu terus menarik tangan Ify yang sedikit memberontak tak ingin pergi dari restoran itu.
"Tikus! Gue masih laper, dan lo juga nggak biarin gue minum sedikitpun tadi," protes Ify saat mereka sudah berada di tempat parkir.
"Nih," Rio menyerahkan helm untuk dipakai Ify.
Ify diam. Ia masih kesal pada Rio yang dengan seenaknya membawanya keluar dari restoran itu.
"Cepat pakai helm lo atau gue tinggal di sini."
Ify mengernyit, kenapa nada suara dan ekspresi wajah Rio berubah menjadi sangat datar. Dengan malas Ify mengambil helm Rio dan menaiki motor Rio.
Motor ninja hijau milik Rio melaju kencang meninggalkan restoran bernama Rafala itu. Bercampur dengan kendaraan lainnya di jalanan yang ramai itu meski sudah jam empat sore.
"Tikus lo kenapa sih? Lo aneh tahu nggak setelah dari toilet. Lo kesambet hantu penunggu toilet ya? Kenapa langsung ngajak pulang padahal lo belum makan ayam penyet lo? Bukannya lo bilang kalau lo itu laper. Tikus lo kok diem saja sih."
Rio menghentikan laju motornya di tepi jalan. Tanpa disuruh Ify melepaskan helmnya kemudian turun dari motor Rio yang tiba-tiba saja berhenti."Kenapa? Motor lo mogok?" tanyanya memastikan.
Rio turun dari motornya, melepaskan helm fullfacenya. Dan kini mereka saling berhadapan.
"Tikus?" Ify menatap Rio bingung saat mata Rio menatapnya tajam, belum lagi wajah Rio memerah seperti menahan marah pada seseorang.
"LO BISA DIEM NGGAK SIH?! GUE MUAK DENGER OCEHAN LO."
Ify tersentak kaget mendengar Rio yang berteriak marah padanya. Rio seperti bukan Rio setelah keluar dari toilet. Apa Rio beneran kesambet atau kesurupan hantu penunggu toilet? Kenapa Rio tiba-tiba marah padanya? Ah, kulit. Apa Rio marah karena dia membandingkat kulit Rio dengan kulit Lee Min Hoo salah satu aktor favoritnya. Tapi dia cuma bercanda, dan Rio tahu itu. Tapi kenapa Rio terlihat marah padanya? Atau Rio sebenarnya tidak marah padanya tetapi marah kepada orang lain dan dia hanya dijadikan tempat pelampiasan kemarahan Rio saja.
"Lo... aneh," ucapnya lirih.
"Lo," Rio menunjuk Ify tepat di depan wajah gadis itu, "kenapa lo selalu ngoceh nggak jelas hah?! Gue udah muak denger ocehan lo. Apa mulut lo perlu gue jahit biar lo bisa diem. Lo tuh cuma cewek cerewet yang bisanya bikin gue pusing denger suara lo."
Ify memejamkan matanya sebentar, menghela napas pelan agar dia juga tak terbawa emosi sama seperti Rio. Gadis itu tersenyum dan menatap mata Rio yang berkilat emosi itu dengan tatapan teduhnya. Dengan perlahan dia berbicara baik-baik pada Rio.
"Lo kenapa? Kenapa lo berubah drastis kayak gini? Lo ada masalah sama gue? Gue punya salah sama lo? Kalau gue punya salah dan gue nggak tahu kesalahan itu, gue minta maaf. Dan nggak seharusnya lo marah-marah kayak gini, kita bisa selesaiin masalah ini dengan baik-baik biar lo--"
"DIEM!!" Untuk kedua kalinya Ify tersentak kaget mendengar teriakan Rio. "GUE BERUBAH ATAU ENGGAK JUGA BUKAN URASAN LO, LO BUKAN SIAPA-SIAPA GUE. LO TUH CUMA CEWEK CEREWET YANG TUKANG NGOCEH." Napas Rio memburu. Tatapannya begitu tajam dan marah secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till the Sun Rises
ActionDulu, Rio hanyalah seorang bocah 'Ice' yang teramat dingin namun mencoba untuk berubah menjadi seceria matahari terbit, hingga ia sadar bahwa matahari tak selamanya akan terbit dan ada saatnya matahari akan terbenam dalam titik lemahnya. Dan se...