17. Pelukan Kerapuhan.

1.8K 176 66
                                    

Rio mengemudikan motornya membelah jalanan dengan sangat cepat, tak peduli bahwa saat ini hujan turun dengan sangat deras ditambah lagi suara gemuruh yang semakin menggelegar.

Untuk saat ini Rio hanya ingin cepat sampai ke suatu tempat yang bisa menenangkan pikiran dan hatinya yang mulai letih. Dia hanya ingin mencoba untuk membagi semua masalahnya pada orang lain agar bebannya sedikit berkurang.

'Gue nggak akan pernah percaya lagi dengan apa yang lo katakan. Karena gue nggak pernah tahu yang lo katakan itu kebenaran yang sesungguhnya atau cuma kebohongan semata. Semuanya udah berubah. Lo pengkhianat. Lo pembunuh. Dan gue... gue nggak akan pernah percaya lagi sama lo, Arion Keiver Zaidan. Nggak akan pernah.'

Perkataan Gabriel terngiang di kepalanya dan membuatnya semakin memacu motornya dengan cepat.

Rio melotot kaget saat kedua matanya menangkap sebuah mobil sedan yang melaju ke arahnya, dengan cepat Rio memutar stir motornya ke kiri guna menghindari mobil itu. Rio berhasil menghindar, tetapi tak lama setelah itu Rio terjatuh dari motornya karena menabrak pohon. Pemuda itu bergulingan di atas rumput sejauh satu meter dari motornya.

"Argh!!!"

Rio berteriak frustrasi bercampur marah mengingat semua perkataan Gabriel. Bahkan rasa nyeri di sekujur tubuhnya karena terjatuh juga rasa sakit di dahinya yang terluka pun tak ia hiraukan.

'Kita bertemu lagi, Pembunuh.'

'Rio Rio, sampai kapan sih lo nyembunyiin fakta yang sebenarnya. Gue udah tahu semuanya! Lo yang udah bunuh Vei. Lo juga yang udah bunuh kepercayaan gue sama lo. Dan gue juga tahu, sebenarnya lo juga suka 'kan sama Vei. Lo bukan hanya seorang pembunuh Yo, tapi lo juga seorang pengkhianat.'

'Ah, maksud lo kenapa gue numpahin mie dan jus ke kepala Pembunuh itu. Dia emang pantes diperlakukan seperti itu, karena dia SAMPAH!!'

'SAMPAH. Dia emang pantes disebut SAMPAH karena dia hanyalah kotoran di kehidupan orang lain. Kotoran yang akan menghancurkan kebahagiaan orang lain termasuk GUE!'

'lo nggak tahu gimana hancurnya hati gue saat lo khianatin persahabatan kita RIO!'

'Kalian cuma orang-orang bodoh yang mau aja dibodohi sama Pengkhianat itu. Dan kalian akan tahu betapa busuknya dia saat kalian mengetahui semua kebenarannya.'

'Gue nggak akan pernah percaya lagi dengan apa yang lo katakan. Karena gue nggak pernah tahu yang lo katakan itu kebenaran yang sesungguhnya atau cuma kebohongan semata. Semuanya udah berubah. Lo pengkhianat. Lo pembunuh. Dan gue... gue nggak akan pernah percaya lagi sama lo, Arion Keiver Zaidan. Nggak akan pernah.'

Semua perkataan Gabriel terus berputar-putar di kepalanya membuat kepala Rio semakin pusing. Pemuda itu menjambak rambutnya frustrasi dan terus berteriak mengeluarkan emosi yang membelenggu hatinya. Teriakan yang bercampur dengan suara hujan juga gemuruh.

***Till The Sun Rises***

Ify terbangun dari tidurnya akibat suara bel rumahnya berbunyi nyaring. Dia melirik jam beker di nakas yang menunjukkan pukul 05.43 PM, berarti dia sudah tidur selama kurang lebih dua jam sejak sepulang sekolah.

Dengan malas dan setengah mengantuk Ify beranjak dari kasurnya menuju ruang tamu. Bahkan tak jarang dahi gadis itu terbentur tembok di depannya karena matanya yang hanya terbuka setengah dengan rasa kantuk yang menguasainya, dan hampir saja Ify terpeleset ketika menuruni anak tangga, juga menabrak barang-barang parabotan di depannya seperti kursi, meja, sofa dan lainnya.

Till the Sun RisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang