37. I'm Sorry.

1.7K 170 17
                                    

Semuanya berlangsung dalam hitungan detik dan tak ada yang menyadarinya bagaimana orang itu meraih pisau yang tergeletak di dekat kakinya, melemparkannya begitu cepat dan tepat menusuk lengan kokoh seorang pria bertepatan dengan suara pistol yang memekakan telinga disertai suara pekikan kesakitan.

Pistol itu terjatuh dalam genggaman pria kala tangannya terasa lemas dan sakit akibat pisau yang menusuk lengannya begitu dalam. Sementara seseorang yang tengah terbaring di depan pria itu mengeryitkan dahi kala tak merasakan sakit pada tubuhnya. Dia mendengarnya dengan jelas, suara tembakan itu dan suara seseorang yang berteriak kesakitan.

Dengan ragu kelopak matanya perlahan terbuka dan seketika terbelalak lebar kala melihat bagaimana pisau itu tertancap begitu sempurna di lengan kokoh dan berotot seorang pria yang hendak menembaknya, juga seorang pria yang terbaring berlumuran darah di sampingnya dengan peluru yang menembus dada kirinya. Jadi, peluru itu meleset dan mengenai temannya sendiri yang notabenenya adalah pria yang tadi menendangnya dan bukan mengenainya.

Oh Tuhan, Dia amat sangat bersyukur karena peluru itu tak mengenai tubuhnya.

"Jangan pernah kalian menyentuhnya." Ucapan dengan nada dingin, tajam, dan penuh penekanan itu lantas membuatnya menoleh ke sumber suara.

Di sana mantan sahabatnnya, Rio, berdiri dengan tatapan tajam yang mengarah pada gerombolan pria-pria itu. Jadi Rio yang menyelamatkannya?

Dengan tertatih Gabriel bangkit berdiri dengan ringisan pelan yang ke luar dari mulutnya akibat rasa sakit yang menyerang tubuhnya seketika.

"Lo nggak sadar? Dia bahkan pengin bunuh lo, dan lo ingin menyelamatkannya? Cih, kalian terlalu banyak bermain drama tahu nggak."

Bibir itu menyeringai lantas mendekatkan wajahnya pada telinga Rio, berbisik pelan. Mengatakan sebuah kalimat yang lantas membuat tubuh Rio mematung seketika. Tanpa sadar Rio menahan napasnya membuat dadanya terasa sesak.

Itu tidak benar kan?

Rio menggeleng tegas, kepalan tangannya menguat hingga membuat buku-buku jarinya memutih. Tanpa sadar tangannya terayun dan menghantam hidung Debo dengan kuat, membuat Debo jatuh tersungkur dengan darah segar yang ke luar dari hidungnya. Pukulan Rio terlalu tiba-tiba dan sangat kuat hingga dia tak bisa menahan tubuhnya untuk tetap berdiri.

"Apa yang lo katakan tidak benar kan? VADEBO JAWAB, BRENGSEK!!"

Tangan itu mencengkram kerah kaos yang dikenakan Debo dan pukulan lagi-lagi Rio layangkan pada rahang tegas pemuda itu. Seringaian yang tersemat di bibir Debo membuat Rio kalap dan terus memukuli wajah teman sekelasnya. Huh, sepertinya kata teman tak lagi pantas untuk ia katakan pada Debo.

Tak ingin bos mereka di pukuli lantas membuat beberapa pria yang datang bersama Debo kini mencoba untuk memisahkan Rio dari bos mereka. Tak ayal mereka lantas balik memukul Rio ketika cowok itu memberontak.

"Brengsek kalian semua!"

Entah apa yang dibisikkan Debo pada Rio, Gabriel tidak tahu. Tapi yang pasti Gabriel sadar bahwa Rio tak lebih seperti seorang monster. Yah, itulah yang Gabriel lihat pada Rio sekarang.

Mantan sahabatnya itu bahkan tak segan memukuli semua pria-pria itu, juga menembak mereka satu persatu. Mungkin Rio merampas pistol dari anak buah Debo. Dan secara tidak langsung dia melihat Rio hampir membunuh mereka semua.

Gabriel masih mematung di tempatnya hingga ia tersadar, entah sejak kapan Rio berlari menghampirinya dan juga menggenggam tangannya, memaksanya untuk mengikutinya dan pergi dari sana. Meninggalkan beberapa orang yang tergeletak dengan bersimbah darah akibat peluru yang menembus kulit mereka. Gabriel tidak tahu apakah mereka sudah mati atau belum. Dan sisanya mengejar mereka berdua.

Till the Sun RisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang