48. Sunrise Or Sunset? [1]

1.9K 167 115
                                    

Dor!

"RIO!!"

Gabriel berlari secepat mungkin menuju Rio dan Ify berniat menghalangi peluru yang akan mengenai mereka, namun terlambat. Suara tembakan telah terdengar, dan timah panas itu telah mengenai Rio.

Tubuh itu tergolek lemah dalam pelukan Ify. Cairan kental berwarna merah merembes ke luar dari kulit di anggota tubuhnya. Matanya terpejam, dengan wajah yang kian memucat pasi. Dan Ify tanpa sadar merasa takut jika mata itu tak akan pernah terbuka lagi.

"TIKUS BANGUN! RIO ... ARION BANGUN BODOH."

Dingin. Tubuh itu terasa dingin. Bahkan tak ada pergerakan sedikit pun dari kelopak matanya.

"Rio jangan bercanda ... gue mohon bangun."

Ify mengguncang, menepuk kedua pipi sosok itu namun tak ada hasil. Gadis itu menangis terisak, memeluk sosok pemuda dalam dekapannya.

Tubuh Gabriel meluruh, sadar bahwa usahanya sia-sia. Kedua bola matanya menatap kosong pada sosok kembarannya.

Gabriel tahu, dia tahu bahwa usahanya tak akan berhasil. Kecepatan peluru tak sama dengan kecepatan berlarinya. Dan dia tahu bahwa inilah akhirnya. Dia tidak bisa menyelamatkan kembarannya.

"Rio," Gabriel memanggil, begitu lirih bahkan tanpa suara. Namun hanya raungan tangisan Ify yang terdengar, suara ayahnya yang berseru memanggil dan juga suara tawa Antonio yang tanpa sadar membuatnya mengepalkan kedua tangannya erat.

"Haha ... haha ... dia mati. Dia mati ha ha ha."

Antonio tertawa puas, pelurunya telah berhasil membunuh sosok boneka kesayangannya. Antonio terus tertawa, ia bahkan tak sadar bahwa Gabriel kini beralih menatapnya penuh dengan kemarahan.

Gabriel berdesis tajam, "Antonio." Katanya memanggil dan bersamaan dengan itu Gabriel berlari ke arah Antonio dan menghadiahkan tinju pada rahang pria paruh baya itu.

"Lo yang harus mati Antonio." Gabriel berkata tajam, tangannya terus terayun memukul Antonio bahkan tak membiarkan pria itu untuk melawan sedikit pun. Wajah, perut, dada, semuanya menjadi korban kebrutalan pukulan Gabriel. "Gue yang akan membunuh lo."

Antonio menyeringai bahkan meski kedua sudut bibirnya telah robek hasil dari kepalan tangan pemuda yang tengah memukulinya itu. "Kau tidak akan bisa membunuh saya."

Gabriel tidak peduli. Cowok itu kembali memukul Antonio, tak sadar bahwa ada seorang pria yang berjalan di belakang tubuhnya, mengayunkan sebuah balok kayu pada punggungnya. Gabriel jatuh berlutut merasakan nyeri dan perih menjalar di sekitar bahu dan punggungnya, namun tak lama dia bangkit. Berputar dengan cepat dan meninju pria yang tadi memukulnya.

"Kau bisa membunuh saya, tetapi jika kau mengalahkan mereka terlebih dahulu." Antonio berucap dengan menyeka darah di sudut bibirnya yang telah robek akibat pukulan Gabriel.

Gabriel berdesis kesal, cowok itu menatap jengah pada tujuh orang pria yang entah sejak kapan sudah mengelilingi tubuhnya.

Dan perkelahian itu entah sejak kapan terjadi.

***Till the Sun Rises***

Berbeda dengan Gabriel yang tengah berkelahi, Bagas terus berusaha melepaskan ikatan tali pada pergelangan tangannya, tali itu terlilit begitu erat dan kuat namun dia akan berusaha untuk melepaskannya. Dia ingin menghampiri Rio dan memeluknya, memastikan bahwa anaknya yang selama ini diculik Antonio tidak akan pergi meninggalkannya lagi.

Till the Sun RisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang