Pagi itu, suasana koridor tampak ramai. Banyak murid yang tengah mengobrol ataupun bercanda di depan kelas mereka."LO NGESELIN BANGET SIH KUS!!" Teriakan itu mengalihkan perhatian seluruh murid yang berada di koridor. Mereka menoleh ke arah Ify yang tengah menghadang Rio dan berkacak pinggang.
Tak lama mereka menggeleng pelan--seolah sudah terbiasa melihat Ify dan Rio ribut--dan kembali melakukan kegiatan mereka masing-masing; mengobrol.
Sementara itu di ujung koridor, lebih tepatnya di depan kelas XI IPS 3 Ify dan Rio saling melemparkan tatapan permusuhan.
"Lo budeg atau tuli sih Cing? Gue udah bilang berkali-kali kalau bukan gue yang ngambil buku Biologi lo!!" Rio mengusap kasar rambutnya menghadapi sikap Ify yang bisa saja membuatnya mati berdiri karena kesal.
"TAPI SEMALEM LO TIDUR DI KAMAR GUE TIKUS!!"
Lagi-lagi Ify berucap dengan sangat lantang dan saat ini mereka berdua menjadi pusat perhatian karena mendengar perkataan Ify tentang Rio yang tidur di kamar gadis itu. Tak banyak dari mereka mulai berpikiran yang aneh tentang Rio dan Ify yang mungkin saja tidur satu kamar.
"TAPI BUKAN GUE YANG NGAMBIL BUKU LO KUCING." Rio menghembuskan napas kasar, dadanya naik turun menahan kesal karena Ify terus saja menuduhnya mengambil buku Biologi gadis itu. Padahal semalam dia langsung tidur di kamar gadis itu setelah pembicaraan mereka di ruang tengah dan membiarkan Ify yang tidur di kamar tamu.
"Terus buku gue di mana, Tikus?"
"Nyungsep di got kali," celetuk Rio yang berhasil membuat Ify melototkan matanya kesal. Dengan ganas gadis itu menabok kepala Rio dengan sangat kuat, dan Rio hanya bisa meringis kesakitan dengan tangan yang mengelus kepalanya.
Namun sedetik kemudian Ify mengubah raut wajahnya dan menatap Rio."Tikus bantuin gue cari buku itu dong." Ify berkata dengan wajah memelas yang minta dikasihani berharap Rio akan membantunya mencari buku Biologinya. "Bisa mampus gue kalau buku itu hilang, Bu Anna pasti akan bawa gue ke Pak Bagas karena nggak ngerjain PR terus gue dihukum."
"Ogah! Siapa suruh lo nuduh-nuduh gue sembarangan. Lagian paling cuma dihukum bersihin sekolah atau ngerangkum satu buku aja kok, bukan dihukum mat--"
"ARIONNN!!" Teriakan itu berhasil memotong ucapan Rio. Dengan kesal Rio menoleh ke sumber suara yang mengganggunya namun sebelum dia menoleh, seseorang telah memeluknya erat.
Rio melotot kaget karena tubuhnya tiba-tiba saja dipeluk seseorang yang tak ia ketahui siapa namanya, sementara Ify menatap tajam seorang gadis yang seenak jidatnya memeluk Rio di hadapannya yang notabene-nya adalah pacarnya.
"Gue kangen banget sama lo Curut."
Rio segera melepaskan pelukan itu dan menatap wajah gadis di depannya kaget. "Shilla? Lo ngapain di sekolah gue?"
Gadis yang bernama Shilla itu hanya menyengir lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapih. "Gue kangen sama lo."
"Ikut gue sekarang." Rio langsung menggenggam tangan Shilla dan membawa gadis itu menuju kantin tanpa menghiraukan Ify yang tengah menahan kesal melihat Rio menggenggam cewek lain.
"Siapa sih cewek itu? Main peluk-peluk pacar orang aja. Nggak tahu diri banget sih," gerutu Ify bertanya pada dirinya sendiri.
"Dasar emaknya cabe-cabean!!" Dengan kesal ify berjalan ke kelasnya sendirian. Iya sendirian, karena Rio mungkin saja tengah berduaan dengan cewek itu di kantin.
Dan siswi-siswi yang tengah berada di koridor itu memperhatikan Ify yang mungkin saja dilanda perasaan cemburu karena melihat pacarnya dipeluk-peluk cewek lain di depannya. Mereka kembali mengobrol, tetapi kali ini yang menjadi topik pembicaraan mereka adalah 'Siapa Cewek yang Meluk Rio dan Membuat Ify Cemburu?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Till the Sun Rises
ActionDulu, Rio hanyalah seorang bocah 'Ice' yang teramat dingin namun mencoba untuk berubah menjadi seceria matahari terbit, hingga ia sadar bahwa matahari tak selamanya akan terbit dan ada saatnya matahari akan terbenam dalam titik lemahnya. Dan se...