"Gimana?" tanya Ify pada Cakka yang sedaritadi mencoba untuk menelpon seseorang.Cakka menggeleng putus asa. "Nggak ada jawaban Fy. Kayaknya handphone Rio emang sengaja dimatiin deh."
"Kenapa Rio suka ngilang-ngilang terus sih? Seharusnya kalau dia ada masalah cerita sama kita, nggak ngilang kayak gini," gerutu Ify.
"Sabar Fy. Nggak seharusnya lo marah sama Rio. Mungkin dia butuh waktu unt---"
"Gue nggak marah sama Rio, Vi. Gue cuma kecewa sama dia. Gue juga kecewa sama diri gue sendiri," potong Ify. "Kalian sadar nggak sih. Setiap kali kita ada masalah, Rio selalu ada untuk kita. Tapi setiap kali dia ada masalah, kita nggak ada di samping dia. Rio selalu nyembunyiin masalahnya sendirian dan gue benci itu."
"Tapi itu memang sifat dia 'kan, Fy. Rio memang selalu menyelesaikan masalahnya sendirian tanpa perlu kita tahu. Mungkin ada saatnya Rio akan mengatakan semua masalahnya sama kita, tapi nggak sekarang," kata Alvin.
"Sebaiknya kita ke rumah orangtuanya aja. Kalian lihatkan, apartemennya dikunci dan satpam tadi bilang Rio nggak ada di apartemennya selama seminggu."
"Emang lo tahu di mana rumah orangtua Rio, Kka?" tanya Agni skeptis.
"Sial! Kita bahkan nggak tau rumah orangtuanya di mana." gerutu Cakka kesal karena tak mengetahui di mana rumah orangtua Rio.
"Udahlah, sebaiknya kita pulang. Mungkin aja besok Rio berangkat sekolah setelah seminggu dia bolos terus," kata Sivia.
Mereka kemudian beranjak pergi dari apartemen Rio yang kosong dengan harapan semoga saja Rio akan kembali ke sekolah besok.
***Till The Sun Rises***
Semilir angin yang berhembus menerpa wajahnya membuat rambutnya sedikit bergoyang tertiup angin malam. Matanya terpejam menikmati semilir angin yang berhembus di balkon kamarnya, lebih tepatnya kamarnya yang berada di rumah Ibunya.
Sudah lama ia tak menginjakkan kakinya lagi ke rumah Ibunya setelah ibunya meninggal 9 tahun yang lalu. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali ia ke rumah Ibunya.
Maafin Rio yang baru datang ke rumah mamah lagi.
"Kenapa lo selalu bolos sekolah, Rio?"
Rio membuka matanya saat seseorang bersuara di sampingnya. Dia Shilla atau lebih tepatnya Ashillani Humaira, sepupunya yang memang tinggal di rumah Ibunya.
"Bahkan lo nggak sekolah selama seminggu. Hebat. Ini rekor terbaru lo." Shilla melanjutkan perkataannya disertai tepuk tangan bermaksud menyindir Rio. Rio memutar bola matanya bosan mendengar perkataan sepupunya.
"Ayolah, Shill. Ini cuma satu minggu, bukan sebulan atau setahun."
Shilla memukul kepala sepupunya itu, membuat Rio meringis kesakitan dan mengusap-usap kepalanya.
"Gue nggak mau tahu, pokoknya besok lo harus sekolah atau kalau nggak gue pindahin lo ke sekolah gue," kata Shilla sarat akan ancaman pada Rio, kemudian ia berlalu dari hadapan sepupu kesayangannya itu.
Rio mendengus kesal mendengar perkataan sepupunya, ia menatap punggung Shilla yang mulai menghilang di balik dinding kamarnya.
"Dasar macan betina," gerutu Rio.
***Till The Sun Rises***
"Hoamm...."
Sudah berkali-kali mulutnya terbuka lebar karena menguap. Bahkan Rio sudah berkali-kali menabrak seseorang karena matanya yang terasa berat untuk terbuka. Dengan malas Rio menyusuri koridor sekolahnya yang masih ramai menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till the Sun Rises
ActionDulu, Rio hanyalah seorang bocah 'Ice' yang teramat dingin namun mencoba untuk berubah menjadi seceria matahari terbit, hingga ia sadar bahwa matahari tak selamanya akan terbit dan ada saatnya matahari akan terbenam dalam titik lemahnya. Dan se...