Suara ambulans terdengar begitu riuh di depan area rumah sakit. Petugas medis berlarian mendekati ambulans, mengeluarkan brankar dengan seseorang di atasnya dalam keadaan berlumuran darah.
"Siapkan ruang operasi. Cepat!" Seorang Dokter berseru memerintah, dua orang perawat berbalik masuk ke dalam rumah sakit mendengar perintah sang Dokter.
Derap langkah kaki, suara roda brankar yang bergesekan dengan lantai menggema di setiap lorong yang mereka lewati.
"Dokter saya mohon tolong selamatkan anak saya Dok."
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, tetapi lebih dari itu doa kalian dan juga kehendak Tuhanlah yang bisa menyelamatkannya."
Bagas mengangguk pelan, membiarkan Dokter Rama untuk menyelamatkan anaknya. Pria itu duduk pada sebuah bangku ruang tunggu, menangkup kedua tangannya memohon pada Tuhan untuk keselamatan anaknya yang berjuang di dalam sana.
"Ayah mohon jangan tinggalkan ayah lagi."
Sementara Ify gadis itu hanya diam menatap kosong pada kedua telapak tangannya yang berlumuran darah. "Gue mohon lo harus bertahan Rio."
Ify tahu bahwa ada saatnya dia juga akan merasakan kehilangan seseorang yang disayanginya namun tidak untuk saat ini. Ify takut, dia belum siap, dan tak akan pernah siap. Dia tak ingin kehilangan Rio, tidak untuk saat ini maupun nanti.
"Rio kuat, dia pasti bisa bertahan." Agni menepuk bahu Ify pelan, bermaksud untuk menguatkan gadis itu.
"Gue takut, Ag, bagaimana jika dia pada akhirnya menyerah? Bagaimana jika dia tak ingin bertahan lagi." Ify berucap lirih, menatap ruang operasi di hadapannya.
Ini sudah hampir dua jam, namun operasi masih berlangsung di dalam sana.
"Lo harus yakin, Fy. Rio pasti bisa bertahan."
"Gue nggak mau kehilangan dia, Ag." Ify berucap lirih, namun masih mampu untuk di dengar oleh sahabatnya itu. Agni hanya tersenyum tipis, merengkuh pundak sahabatnya itu.
Sejujurnya dia juga merasakan ketakutan itu.
Agni melepaskan rengkuhannya ketika Ify mulai balik bertanya padanya, "Bagaimana dengan Cakka? Dia baik-baik aja kan?"
Gadis itu menghela napas kasar, menatap hampa dinding di depannya. "Dia nggak papa, lukanya nggak terlalu parah sampai masuk ruang operasi segala. Cuma gue baru tahu kalau Cakka ternyata takut jarum sementara lengan dan kepalanya terluka dan harus dijahit."
"Terus gimana?"
"Tidak ada cara lain, dia harus dipaksa sebelum dia mati kehilangan banyak darah."
Agni menoleh pada Ify, "Fy lebih baik kita sholat, berdoa demi keselamatan mereka."
Ify mengangguk, gadis itu berdiri, menatap Pak Bagas dan Ruang operasi bergantian sebelum akhirnya mereka mulai berlalu pergi.
Agni menghela napas. Sejujurnya keadaan Cakka juga lumayan parah akibat perkelahiannya dengan Debo. Dan ucapannya tentang mati karena kehilangan banyak darah juga bukan candaan belaka saja, tetapi Cakka memang mengalami itu. Dia kehilangan banyak darah hingga membuatnya sempat mengalami kritis, lukanya parah tapi dia keras kepala tidak ingin dijahit.
***Till the Sun Rises***
Sebelumnya Alvin tidak pernah merasakan ketakutan sebesar ini hingga rasanya dia ingin mati saja, tapi hari ini dia mengalaminya. Merasakan ketakutan itu, dan itu semua karena Arion Keiver Zaidan yang merupakan sahabatnya.
Dulu dia pernah berjanji untuk tidak akan membuat Rio dalam bahaya. Dulu dia berjanji untuk menyelamatkan Rio ketika banyak orang ingin menyakiti bahkan membunuhnya. Namun kenyataannya dia hanya bisa menonton tanpa melakukan apapun untuk menyelamatkan Rio. Menyelamatkan Rio dari Antonio juga peluru yang kini tengah bersarang di kepala sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till the Sun Rises
ActionDulu, Rio hanyalah seorang bocah 'Ice' yang teramat dingin namun mencoba untuk berubah menjadi seceria matahari terbit, hingga ia sadar bahwa matahari tak selamanya akan terbit dan ada saatnya matahari akan terbenam dalam titik lemahnya. Dan se...