Gabriel melangkahkan kakinya ke arah ruang musik sekolah mereka. Kalau tidak salah lihat, ia melihat Ify memasuki ruang musik tadi.
Gabriel membuka pintu ruang musik dan benar saja. Gadis itu tengah menutup kedua matanya dengan jari-jari tangannya yang lincah menekan tuts-tuts piano hitam-putih memainkan lagu Beethoven yang berjudul Moonlight Sonata.
Gabriel seolah terhipnotis dengan permainan piano Ify, hingga ia tersadar bahwa gadis itu telah menyelesaikan permainannya.
"Permainan piano lo bagus juga," puji Gabriel tapi Ify hanya menatap Gabriel acuh tak acuh.
"Thanks," ucapnya cuek.
"Lo ngapain sih ke sini? Ganggu orang aja." tanya Ify sedikit ketus.
Jika boleh jujur, dia kurang suka dengan Gabriel sejak pertama kali pemuda itu menjadi murid baru di kelasnya. Entahlah, ia merasa Gabriel akan menjadi seseorang yang akan 'mengganggu' kehidupannya nanti.
"Lo kenapa sih kalau sama gue bawaannya sensi mulu?"
"Karena gue nggak suka sama lo," ucap Ify to the point.
Setelah mengatakan itu, gadis itu kemudian pergi dari hadapan Gabriel yang terdiam mematung atas ucapan Ify tadi.
"Nggak suka ya?" tanya Gabriel pada dirinya sendiri.
Ia kemudian membalikkan badannya bermaksud untuk mengejar Ify, tapi langkah kakinya tertahan saat melihat seseorang yang berdiri di tengah-tengah pintu. Rio.
Gabriel tersenyum miring dan menatap Rio remeh. Mereka saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang berbeda. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka. Mereka hanya diam, tak ada niatan untuk memulai pembicaraan.
Gabriel kemudian melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu dan dengan sengaja Gabriel menyenggol bahu Rio cukup kuat. Membuat Rio sedikit terhuyung ke belakang.
"Jangan libatin Ify kedalam masalah kita Yel," kata Rio sebelum Gabriel benar-benar pergi dari hadapannya. Gabriel tak menghiraukan perkataan Rio, ia terus melangkahkan kakinya menjauhi ruangan musik.
Rio terus menatap punggung Gabriel. Bisakah ia mengembalikan semuanya seperti dulu sebelum kesalah pahaman itu terjadi? Dia ingin Gabriel tak membencinya dan mereka kembali bersahabat seperti dulu lagi, tapi apakah dia bisa mengembalikan semuanya sementara Gabriel telah membencinya terlalu dalam.
Semoga lo nggak jadiin Ify pelampiasan Yel, gue mohon, batinnya penuh harap.
"Woyy!!"
Seseorang mengagetkannya dan menepuk bahunya cukup keras.
"Gila lo Cakk! Untung gue nggak jantungan." Rio mengusap-usap dadanya yang kaget karena Cakka mengagetkannya.
"Ya habisnya lo ngelamun mulu. Kalau lo kesambet gimana coba? Kan masih untung lo gue kagetin. Emangnya lo nglamunin apaan sih?"
"Bukan apa-apa"
"Yo, lo ngapain di sini? Bukannya lo lagi ngepel lapangan ya?" Kali ini Alvin yang bertanya.
"Gue udah selesai ngepel lapangannya tinggal bersihin ruang musik ini." Rio memasuki ruang musik diikuti Alvin dan Cakka di belakangnya.
"Lo nggak capek Yo?"
Rio menatap Alvin bingung, "Maksud lo?"
"Lo nggak capek buat masalah terus sama guru-guru di sini? Lo nggak capek dihukum terus sama Pak Bagas? Dan sekarang, apa lo nggak capek bersihin ruang musik ini sendirian setelah lo baru aja ngepel lapangan basket? Gue udah bilang kan sama lo buat hentiin kejahilan lo sama Pak Budi and see lo dihukum kan sama Pak Bagas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Till the Sun Rises
ActionDulu, Rio hanyalah seorang bocah 'Ice' yang teramat dingin namun mencoba untuk berubah menjadi seceria matahari terbit, hingga ia sadar bahwa matahari tak selamanya akan terbit dan ada saatnya matahari akan terbenam dalam titik lemahnya. Dan se...